Selasa, 09 Oktober 2012

Gaya Bahasa Retoris dan Kiasan


Macam – macam gaya bahasa menurut Keraf (2009:129) adalah : a) aliterasi, b) asonansi, c) anastrof, d) apofasif, e) apostrof, f) asyndeton, g) polisindenton, h) kiasmus, i) elipsisis, j) eufimisme, k) litotes, l) hysteron prosteron, m) pleonasme dan tautologi, n) perifasis,) prolepsis atau antipasi, p) erotesis atau pernyataan retoris, q) silepsis dan zeuqma, r) okoreksio atau epanortosis, s) hiperbola, t) paradoks, dan u) oksimoron.
“ Gaya bahasa kiasan dibentuk berdasrkan perbandingan atau persamaaan “(Keraf : 1991). Macam – macam gaya bahasa kiasan menurut Keraf ( 1991 ) diantaranya : 1) persamaan atau simile, 2) metafora, 3) alegori, parabol,dan fabel, 4) personifikasi, 5) alusi, 6) sinekdok, 7) metonemia, 8) anfonomasia, 9) hipalase, 10) ironi, sinisme, dan sarkasme, 11) satire, 12) ineundo, 13) antifrases, dan 14) paronomasia.
Tidak semua gaya bahasa tersebut akan dibahas dalam makalah ini, akan dibatasi oleh beberapa gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Gaya bahasa yang akan dibahas adalah gaya bahasa retoris meliputi : pleonasme, paradoks, eufimisme, litotes, hiperbola. Sedangkan gaya bahasa kiasan meliputi : simile, metafora,personifikasi, alusi, sinekdok, metonemia, ironi.

Sinonim dan Antonim

 
A.   Sinonim
Secara etimologis kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kono yaitu anoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Secara harfiah kata sinonim berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik Verhaar ( 1978 ) dalam bukunya Chaer (1994:82) mendefinisikan “ Sebagai ungkapan ( bisa berupa kata, frase, kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain”. Pada definisi di atas dikatakan “maknanya kurang lebih sama” ini berarti “Dua buah kata yang bersinonim itu kesamaan maknanya tidak seratus persen, hanya kurang lebih saja” ( Zgusta : 1971 dalam bukunya Chaer,1994:83).
Contoh : Bodrex redakan pening,pusing. Bodrex dapat diminum   kapan saja.

Kamis, 27 September 2012

Ragam Menyimak


Kegiatan menyimak mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Ragam menyimak menurut Sutari, dkk (1997: 28-33), diklasifikasikan berdasarkan sumber suara, taraf aktifitas menyimak, taraf hasil simakan, cara penyimakan, bahan simakan, tujuan menyimak, dan tujuan spesifik.
Berdasarkan sumber suara yang disimak, terdapat dua ragam menyimak, yaitu menyimak intrapribadi dan menyimak antarpribadi. Menyimak intrapribadi adalah suara yang disimak berasal dari diri sendiri, sedangkan menyimak antarpribadi adalah menyimak suara yang berasal dari orang lain.
Berdasarkan taraf aktifitas menyimak dibedakan atas kegiatan menyimak taraf rendah dan taraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah disebut silent listening. Menyimak taraf rendah hanya memberikan perhatian, dorongan dan menunjang pembicaran. Sedangkan menyimak taraf tinggi disebut active listening. Menyimak taraf tinggi biasanya diperlihatkan penyimak dengan mengutarakan kembali isi simakan.
Berdasarkan taraf hasil simakan terdapat beberapa ragam menyimak.
Pertama, menyimak terpusat. Menyimak ini harus memusatkan pikiran agar tidak salah melaksanakan hasil simakannya itu.
Kedua, menyimak untuk membandingkan. Penyimak menyimak pesan tersebut kemudian membandingkan isi pesan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak relevan.
Ketiga, menyimak organisasi materi. Yang dipentingkan oleh penyimak adalah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembicara, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.
Keempat, menyimak kritis. Penyimak melakukan menyimak secara kritis dengan cara menganalisis pesan yang disimaknya untuk kejelasan penyimak meminta data lebih lengkap tentang hal yang dikemukakan pembicara.
Kelima, menyimak kreatif dan apresiatif. Penyimak ini memberi reaksi lebih jauh terhadap hasil simakannya dengan memberi respon setelah penyimak memahami dan menghayatinya betul pesan itu ia memperoleh informasi yang dapat melahirkan pendapat baru sebagai hasil kreasinya.

Menyimak


      1. Pengertian Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa pertama ketika manusia memperoleh bahasa. Menyimak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai sarana berinterkasi dan komunikasi. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan pertama kali yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran sebelum keterampilan yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis. Dengan demikian keterampilan menyimak adalah keterampilan terpenting sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis.
Menyimak menurut Akhdiat (dalam Sutari 1997: 19), ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Anderson (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Russel & Russel (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Menurut Tarigan (1994: 28), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Subyantoro dan Hartono (2003: 1-2 dalam Suratno 2006), menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang
dilakukan dengan sengaja penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu
menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
Dari pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh suatu pesan, informasi dan menangkap isi pesan tersebut yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa lisan yang telah disimak.

Menulis Karangan Deskripsi


Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan pembaca melihat sendiri objek itu.
Dalam deskripsi pembaca melihat objek kajian secara hidup-hidup dan konkret; melihat objek secara bulat (Keraf, 1995: 16). Deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis melalui pancainderanya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung.
Dalam deskripsi terdapat proses, yang selanjutnya penulis memindahkan kesan-kesan yang ditangkap oleh panca inderanya melalui pengamatan kemudian merangkainya dalam bentuk bahasa yang teratur dan disampaikan kepada pembaca dengan tujuan agar pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis.
Menurut Keraf (1981: 94) berdasarkan tujuannya wacana deskripsi dibedakan  menjadi dua macam yaitu: (1) deskripsi sugestif dan (2) deskripsi teknis atau deskripsi ekspositoris. Dalam wacana deskripsi sugestif penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan objek melalui kesan atau interpretasi. Dengan kata lain, deskripsi sugestif berusaha untuk menciptakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut melalui imajinasi para pembaca. Di pihak lain, deskripsi teknis atau ekspositoris hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi mengenai suatu objek sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tersebut, tidak berusaha untuk menciptakan kesan atau imajinasi pada diri pembaca.

Menulis


a. Pengertian Menulis
Menulis adalah kegiatan mengabadikan bahasa dengan tanda-tanda grafis yang disertai dengan aktivitas berpikir dan berbahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 1219) menulis diartikan sebagai kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan; membuat huruf dengan pena.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis sang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus malalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan, 1985: 3-4).
Robert Lado (lewat Suriamiharja, 1996:1) menyatakan bahwa: To write is to put down the graphic symbols that represent a language one understand, so that other can read these graphic representation. Kalimat di atas dapat diartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.
Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain  secara tertulis. Selanjutnya, juga dapat diartikan bahwa menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa teori di atas yaitu bahwa menulis adalah kegiatan berbahasa secara tidak langsung yaitu dengan melukiskan atau menuangkan ide, gagasan, atau perasaan dalam bentuk grafis atau lambang-lambang grafis berupa huruf, kata, kalimat, dan parangaf secara utuh dan bermakna.

Kosakata

a. Pengertian Kosakata
Ada beberapa pengertian kosakata yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa. Menurut Mukidi (1994: 43) kosakata sama dengan leksikon. Di sini leksikon diartikan sebagai perbendaharaan kata dalam suatu bahasa. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 597) kosakata diartikan sebagai perbendaharaan kata. Kridalaksana (1993: 127) menjelaskan bahwa kosakata sama dengan leksikon, sedangkan yang dimaksud dengan leksikon adalah: (1) komponen bahasa yang memuat secara informatif tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa, (2) kekayaan kosakata yang disusun seseorang pembicara atau penulis, (3) daftar kata yang disusun dengan penjelasan singkat dan praktis.
Dari uraian di atas, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat daftar kata-kata beserta batasannya yang penggunaannya sesuai dengan makna dan fungsinya.
 Adiwimanta (lewat Dipodjojo, 1984: 21) membatasi pengertian kosakata pada:
1.      semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa,
2.      kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau dipergunakan oleh sekelompok orang dalam suatu lingkungan yang sama,
3.      kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan,
4.      seluruh morfem yang ada dalam suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai dengan batasan dan keterangannya. 
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan sejumlah kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Dengan demikian, penguasaan kosakata dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menguasai dan mempergunakan kata-kata atau perbendaharaan kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...