Selasa, 12 Juni 2012

Kalimat Penutup pada Surat Resmi

Surat merupakan sarana komunikasi tulis. Agar dapat dipahami oleh pem­bacanya, di dalam penulisan surat (resmi), penulis perlu mempertim­bangkan faktor kesederhana­an, kesantunan bahasa, kelugasan kalimat, ke­cermatan dan ketepatan dalam pemilihan kata dan struktur kalimat, serta keserasian atak. Walau­pun demikian, faktor kelaziman juga perlu diper­hatikan. Oleh karena itu, bagian isi surat selalu terdiri atas bagian pem­buka, bagian isi, dan bagian pe­nutup.
Bagian penutup surat dapat berupa harapan pengirim surat atau ucap­an terima kasih kepada penerima surat. Hingga saat ini masih terdapat kalimat pada bagian penutup surat resmi sebagai berikut.
(1) Demikian agar Saudara maklum adanya.
(2) Atas perhatiannya, diucapkan terima kasih.
(3) Demikian, atas perhatian Bapak, kami haturkan terima kasih.
Setiap surat yang dikirimkan tentu diharapkan untuk dapat dimaklumi oleh pene­rima surat. Oleh karena itu, pernyataan seperti pada kalimat (1) tidak diperlukan lagi. Selain itu, pernyataan pada kalimat (1) "Demikian agar Saudara maklum adanya" bukanlah sebuah kalimat yang lengkap karena tidak memiliki subjek dan predikat.
Pernyataan itu hanya berupa anak kalimat yang tidak disertai induk kalimatnya. Oleh karena itu, pernyataan itu dapat dikatakan mubazir karena tidak informatif. Pada kalimat (2) penggunaan kata ganti-nya pada Atas perhatiannya di­ucapkan terima kasih tidak jelas mengacu kepada siapa. Bentuk -nya itu lebih tepat jika diganti dengan kata sapaan untuk orang kedua, seperti Saudara, Bapak, atau Anda karena komunikasi yang terjadi di dalam surat ialah komuni­kasi antara pihak pertama dan ke­dua. Selain itu, peng­gunaan imbuhan di- pada kata diucapkan terasa tidak masuk akal karena secara logika akan timbul pertanyaan, "Siapakah yang mengucapkan teri­ma kasih itu." Ucapan terima kasih itu disampaikan oleh penulis surat kepada penerima surat. Oleh karena itu, kalimat penutup surat yang dapat digunakan ialah, Atas per­hatian Saudara, kami sampaikan ucapan
terima kasih. Pada contoh kalimat penutup surat nomor (3), Demikian atas per­hatian Bapak, kami haturkan terima kasih. Kata demikiantidak diperlu­kan pada penutup surat itu karena penggunaan kata itu tidak memberikan informasi apa pun. Selain itu, penggunaan kata haturkan tidaklah tepat karena kata haturkan itu masih bersifat kedaerahan, sedangkan surat yang dibuatnya adalah surat resmi, yang menuntut penggunaan kosakata baku bahasa Indone­sia. Oleh karena itu, kata haturkan lebih tepat jika diganti dengan kata ucapkan apabila kita menekankan pada keinginan untuk mengucapkan sesuatu, atau kata sampaikan apa­bila kita memang ingin menyampaikan sesuatu, yaitu ucap­an terima kasih kepada penerima surat. Jadi, di dalam penulisan surat dinas, pada kalimat penutup surat se­baik­­nya tidak digunakan kata-kata yang masih bersifat kedaerahan dan tidak digunakan kata-kata yang tidak memberikan kejelasan informasi.

Urutan Kata dan Maknanya

Tadi Malam dan Malam Tadi
Ada sementara orang yang beranggapan bahwa gabungan kata tadi malam tidak baku.
Bentuk yang baku ialah malam tadi. Namun, benar­kah anggapan itu? Dalam hal itu, ada beberapa hal yang perlu diperhati­kan sehubungan dengan contoh tersebut.
Pertama-tama yang harus kita perhatikan ialah masalah urutan kata. Pada umum­nya, gabungan kata bahasa Indonesia mengikuti kaidah hu­kum DM. Marilah kita simak contoh di bawah ini.
bank sirkulasi -------- sertifikat
deposito
bank berantai -------- sertifikat obligasi
cek terbayar -------- uang palsu
cek tolakan -------- uang lunak
Pada contoh itu terlihat bahwa semua kata yang berada di sebelah kiri atau yang dicetak tebal, yaitu bank, cek, sertifikat, dan uang, berfungsi sebagai unsur di­terangkan (D). Jadi, semua gabungan kata di atas mengikuti kaidah hukum DM.
Hal kedua yang perlu diperhatikan ialah masalah makna. Dalam bahasa Indonesia ada gabungan kata yang apabila diubah urutannya akan berubah pula maknanya. Perhatikan contoh berikut.
tabungan berhadiah berhadiah tabungan
hijau rumput rumput hijau
Gabungan kata tabungan berhadiah berarti 'tabungan yang menyediakan hadiah', sedangkan gabungan kata berhadiah tabungan berarti 'mempunyai hadiah yang berupa tabungan'.
Gabungan kata hijau rumput adalah istilah untuk warna yang hijaunya seperti warna rumput, sedangkan rumput hijau adalah sebuah gabungan kata yang me­ngandung makna 'rumput yang berwarna hijau'. Jadi, makna kedua bentuk kata itu berbeda/tidak sama. Kata hijau pada hijau rumput merupakan kata yang diterangkan (D), sedangkan kata rumput menerangkan kata yang di depannya (M). Kata rumput pada rumput hijau merupakan kata yang diterang­kan, sedangkan kata hijau me­nerangkan kata yang di depannya (M).
Hal ketiga yang juga perlu diperhatikan ialah bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat sejumlah gabungan kata yang urutannya berdasarkan MD, bukan DM. Contoh untuk itu ialah perdana menteri dan mayor jenderal. Pada contoh itu kata yang terletak di sebelah kanan berfungsi sebagai unsur inti atau unsur yang diterangkan (D), sedangkan unsur yang terletak di sebelah kiri berfungsi sebagai unsur penjelas atau yang menerangkan (M).
Hal keempat atau terakhir yang perlu dicatat ialah bahwa dalam bahasa Indonesia terdapat gabungan kata yang urutan unsur-unsurnya dapat dipertukar­kan letaknya (DM atau MD), tetapi tidak mengubah makna dasarnya. Ambillah contoh sejenak bersantai dan bersantai sejenak. Perbedaan kedua urutan kata itu terletak pada masalah pengutamaan un­sur. Sejenak bersantai mengutama­kan waktunya (sejenak), sedangkan bersantai sejenak mengutamakan kegiatan­nya
(bersantai).
Gabungan kata tadi malam dan malam tadi mempunyai perilaku yang sama
dengan sejenak bersantai dan bersantai sejenak. Tadi malam dipakai
untuk meng­utamakan waktu lampaunya (tadi), sedangkan malam tadi dipakai untuk mengutamakan harinya (malam). Dengan kata lain, baik tadi malam maupun malam tadi dapat digunakan dengan pengutamaan yang berbeda.
Perlu ditambahkan keterangan bahwa pengubahan urutan kata dalam tadi malam dan malam tadi bukanlah masalah tata bahasa semata, melain­kan me­nyangkut ma­salah retorika atau gaya bahasa, yakni masalah pe­ngedepanan unsur yang dianggap penting dan yang dianggap kurang penting. Unsur yang di­pentingkan dikedepankan posisinya.
Kondisi struktur tadi malam dan malam tadi itu tampaknya tidak dapat
disamakan dengan kondisi struktur hari ini dan ini hari. Dalam
hal itu, bentuk hari ini lebih tepat daripada bentuk ini hari.

Minggu, 10 Juni 2012

Bila Mauku Maumu

Maumu bukan mauku
mauku tak seperti maumu
maumu tak seperti mauku
maumu harus kuikuti maumu
mauku harus kau ikuti mauku
kita sama - sama tak mau
maumu semau - mau kamu
mauku semau - mau aku
kubilang tak mau
kaubilang harus mau
mau mau mau 
tak mau tak mau tak mau 
lalu apa maumu?
aku mau kamu semau sama aku
mauku maumu sama - sama mau
mauku maumu
maumu mauku
mau... mau...
mau...






Mereka - Mereka dan Nenek - Nenek

Dalam suatu kesempatan seorang ketua panitia mengajak para undangan yang hadir dengan mengatakan sebagai berikut.
(1) Bapak dan Ibu yang saya hormati, siapa lagi yang mau memikirkan nasib mereka kalau bukan kita-kita yang hadir sekarang?
Kita perhatikan pemakaian kata kita-kita. Mengapa kata kita harus
diulang? Bukan­kah kata ganti kita sudah menyatakan pengertian jamak?
Kata ganti kita adalah kata ganti orang pertama jamak. Kalau digunakan untuk menyatakan pengertian jamak dengan mengulang menjadi kita-kita, pengulangan itu jelas mubazir. Kalau kita perhatikan konteksnya, peng­ulangan kata ganti kita menjadi kita-kita tersebut berlebihan. Seharusnya, ketua panitia cukup mengatakan sebagai berikut.
(1a) Bapak dan Ibu yang saya hormati, siapa lagi yang mau memikirkan nasib mereka kalau bukan kita yang hadir sekarang?
Pertanyaan yang muncul sekarang, "Apakah kata ganti yang sudah menyatakan pengertian jamak seperti kita atau mereka tidak boleh diulang dalam penggunaannya?" Tentu saja tidak selalu harus demikian. Dalam hal itu, peng­guna bahasa perlu mem­pertimbangkan konteks pemakaian kata itu di dalam kalimat. Perhatikanlah contoh-contoh kalimat berikut.
(2) Akhirnya, kita-kita juga yang harus menyelesaikan pekerjaan ini.
(3) Dari dahulu mereka-mereka saja yang dilibatkan dalam kegiatan itu.
Kata ulang kita-kita dan mereka-mereka pada kalimat (2) dan (3) menyatakan makna 'selalu', 'selalu kita', dan 'selalu mereka'. Penggunaan kata ulang seperti itu, yang lebih sering kita temukan dalam ragam lisan, tidaklah mubazir. Namun, dalam ragam tulis kata ulang kita-kita, mereka-mereka ter­golong mubazir, seperti yang terlihat pada contoh kali­mat berikut.
(4) Selesai atau tidaknya pekerjaan itu bergantung pada kita-kita yang ada di sini.
(5) Bantuan itu seharusnya tidak dibagikan kepada mereka-mereka yang ter­golong mampu.
Kata ulang kita-kita dan mereka-mereka pada kalimat (4) dan (5)
dipakai untuk mengacu kepada orang yang jumlahnya banyak. Padahal, kata kita dan mereka sudah menyatakan pengertian jamak. Oleh karena itu, penggunaan bentuk kata ulang seperti itu tidak benar.
Bagaimana halnya dengan pengulangan kata nenek menjadi nenek­nenek, seperti yang tercantum di dalam topik bahasan ini? Tampaknya, pengulangan kata yang seperti itu ternyata tidak hanya menyatakan
pengertian jamak. Marilah kita simak kalimat yang berikut.
(6) Tempat duduk bagi nenek-nenek yang diundang untuk menghadiri per­temuan itu diatur dalam kelompok tersendiri.
(7) Harap dimaklumi saja, dia ‘kan sudah nenek-nenek.
(8) Hampir setiap hari nenek-nenek saja yang diperhatikan.
Kata ulang nenek-nenek pada kalimat (6) maknanya menyatakan jumlah banyak, sedangkan pada kalimat (7) bermakna ‘seperti wanita yang sudah tidak muda lagi atau yang sudah berusia lanjut'. Kata ulang nenek-nenek pada kalimat (8) menyatakan pengertian (1) selalu nenek, (2) seperti atau mirip, dan (3) selalu.

Paling Lama atau Paling Lambat

Di dalam berbagai pasal undang-undang yang mengatur sanksi sering ditemukan istilah paling lama dan paling lambat. Kadang-kadang kedua istilah itu digunakan secara tidak tepat, sebagaimana contoh berikut.
(1) Putusanpengadilan tingkat banding diucapkan paling lama dua minggu setelah sidang banding pertama dilakukan.
Contoh itu terasa tidak masuk akal karena sebuah putusan tidak diucapkan sampai mencapai durasi paling lama dua minggu. Bukankah pengucapan sesuatu hanya berlangsung sesaat? Yang dimaksud dengan pernyataan pada kalimat (1) ialah 'batas waktu', atau 'batas akhir' pengeluaran putusan, bukan lama waktu sesuatu diucapkan. Untuk itu,istilah yang tepat ialah paling lambat, bukan paling lama dan verba yang digunakan bukan diucapkan, melainkan mi­salnya dikeluarkansehingga kalimat (1) itu diperbaiki seperti berikut.
(la) Putusan pengadilan tingkat banding dikeluarkan paling lambat dua minggu setelah sidang banding pertama dilakukan.
Istilah paling lama digunakan untuk menunjukkan 'rentang waktu','durasi', atau 'lama waktu sesuatu berlangsung' seperti pernyataan berikut ini.
(2) ... dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Paling lama pada contoh (2) berarti 'rentang waktu terkena pidana penjara' atau 'lama waktu pidana penjara berlangsung'. Selainpaling lambat pada kalimat (la) dan paling lama pada kalimat (2), dapat juga digunakan selambat-lambatnya dan selama-lamanya sehingga masing-masing dapat diubah seperti berikut.
(1b) Putusan pengadilan tingkat banding diucapkan selambat-lambatnya dua minggu setelah sidang banding pertama dilakukan.
(2a) ... dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun atau denda paling banyak Rp l.000.000.000, 00 (satu miliar ru­piah). Paling lama juga bermakna 'terlama' seperti contoh berikut.
(3) Saya pernah menetap di beberapa kota, tetapi yang paling lama/ terlama di Jakarta.
Paling lambat tidak selalu bermakna 'terlambat' sebab terlambat dapat juga bermakna 'telah lewat waktu'. Pertimbangkan contoh berikut.
(4) Dia peserta yang terlambat/paling lambat, bukan peserta yang ter­cepat dalam lomba lari cepat pagi ini.
(5) la tidak boleh masuk sebab datang terlambat.
Makna terlambat pada kalimat (4) berarti 'paling lambat' atau 'paling rendah kecepatannya di antara peserta', tetapi terlambat pada kalimat (5) berarti 'telah lewat waktu' atau 'telah lewat batas akhir' (masuk).

sumber :  http://badanbahasa.kemdikbud.go.id

Sabtu, 09 Juni 2012

Menghapus Jejak Kata

Wahai kata
dengarkan aku yang bercerita
mengungkap rasa
yang tak kan binasa
menghapus benci
dari rasa yang mati

Tidakkah kau tahu
wujudmu yang terakhir terucap  membuatku terluka?
Hilang ..terbang
hancur...lebur..
musnah sudah semua asa
Di manakah sejuta makna yang indah
tatkala romantika cinta mewarnai jiwa?

Melupakanmu..
hal yang tersulit bagiku
kucoba tutup telinga, tetap kudengar
kucoba tutup mata , tetap kulihat
kucoba menghapusmu, tetap ada di jejak pikirku
Aku bingung
Bagaimana kuharus membuangmu?
Sementara dirimu terlalu indah di benakku

Kini aku hanya bisa menunggumu
terdengar kembali di telingaku
bersama sepiku
bersama kesendirianku
di tengah perasaanku yang berkecamuk
aku selalu yakin
kau akan kembali terucap
memberi sejuta makna dalam hidupku
mewarnai hari - hariku
seperti dahulu..
tatkala dia berada di sampingku
 





Selasa, 05 Juni 2012

Agendakue Hari ini


Kujalani segala aktivitasku dengan semangat baru.  Sedikit demi sedikit kumulai melupakan masa lalu dan beranjak kembali menatap masa depan. Malam ini , kurebahkan tubuhku  sambil kutatap layar komputer. Kubuka beranda facebook ..tanpa sengaja kutemukan kata mutiara penuh makna tautan dari Mario Teguh...
Cara terbaik untuk ditemukan
oleh belahan jiwamu,
adalah menjadikan dirimu
pribadi yang dicintai oleh sesama.

Belahan jiwamu itu
ADA DI ANTARA sesamamu,
maka indahkanlah wajahmu,
berlakulah penuh hormat,
dan lembutkanlah bicaramu
kepada sesamamu.

Tersenyumlah kepada setiap jiwa,
karena senyum adalah awal dari cinta.

Mario Teguh - Loving you all as always
Kalimat itu menjadi motivatorku dan memberi semangat baru bagiku. Meskipun cukup singkat, tetapi menyimpan berjuta makna di dalamnya . Cara tepat mendapatkan cinta sejati , terlebih dahulu jadilah pribadi yang dicintai orang lain dengan cara memperbaiki kualitas diri menjadi pribadi yang lebih baik . Ingat wanita yang baik untuk lelaki yang baik....

Senin, 04 Juni 2012

Agendakue Hari Ini..

Hari ini seperti biasa kujalani rutinitas aktivitasku di sekolah. Ditemani dengan setumpuk buku dan seberkas laporan yang belum selesai kumulai nyalakan computer. Kumulai tekan tombol power sambil menunggu booting computer. Kucoba lirik kalender kecil yang berdiri tegak diatas meja. Betapa terkejutnya aku hari ini tepat tanggal 4 Juni 2012 .Kuteringat  hari ini hari spesial bagi si dia yang pernah menjadi orang terspesial. Kucoba buka hp dan kumulai mengetik sebuah ucapan " Iedul Miladil Mubarok ya Akh" . Tiba - tiba kuteringat peristiwa dua bulan silam...dikala dia melepaskanku melalui pesan singkatnya yang menyakitkan. Segera kuurungkan niatku tuk mengirim ucapan .Kucoba berpikir sejenak dan mengambil sebuah pena . Penaku menari di atas kertas melukiskan perasaanku seraya bercerita :

Kalender itu mengingatkanku
pada hari bersejarah dalam hidupmu
Kucoba ucapkan sepatah kata 
tapi tak kuasa menahan rasa
bimbang , ragu menyelimuti jiwa
Kuteringat
Berapa juta air mata tlah kuteteskan
seberapa dalam luka yang kurasakan
tatkala kau ucap kata perpisahan
kau hancurkan  cinta dan persahabatan
di atas kesetiaan yang kupertahankan
Kucoba hapus jejak - jejak yang kau tinggalkan
Kukubur dalam - dalam puing - puing kenangan 
Kuhapus air mata dengan kebahagiaan
kusembunyikan luka dengan senyuman
kucoba bangkit dari kesedihan

Aku sadar
Kemarin adalah hari yang penuh kenangan
yang harus dilupakan
Esok adalah masa depan 
akan kupikirkan untuk kesuksesan
Teringat sepatah kata yang kau ucapkan
" Kita masih punya logika dan masa depan.
Jodoh ada di tangan Tuhan" 

Jika Tuhan menghendaki... 
ingin kunikmati beberapa tahun kedepan bersamamu
Dengan penuh harapan dan doa
sekaligus kepadamu kuucapkan 
Iedul Miladil Mubarok ya Akh...
Tetaplah di sampingku meskipun kau angap aku telah mati
Karna bagiku persahabatan lebih berarti...

Kucoba tuliskan ucapan itu kembali..tapi kuurungkan niatku lagi. Ada keraguan yang menyelimuti. Hingga sore tiba kutuliskan sebuah kata " Just wanna say happy birthday. sukses dan sehat selalu". Kucoba singkap keraguan yang menyelimuti. Kukirimkan pesan singkat  dengan harapan semoga persahabatan kita tetap terjalin dan abadi.

Minggu, 03 Juni 2012

Kalimat Efektif


Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk


Kalimat Tunggal

KALIMAT

Makna Syair Abdul Muluk


Syair Abdul Muluk

 Dayang segera turunkan pergi,
Mengambil teropong berlagak kaki,
Lalu dibaca ke anjung tinggi,
Siti meneropong kapal dan kici.
Sesudah meneropong Siti terala,
Dayang tahadi meneropong pula,
Direbut dayang Ratna Jumala,
Katanya, ‘Huwa Allah Taala.
Kita meneropong tiada sempat,
Tangan merebut terlalu cepat!’
Direbut pada dayang Mahaibat,
Sambil tertawa mulut disumbat.
Seketika bersenda sekalian Siti,
Meneropong semua bersungguh hati,
Lepas seorang, seorang ganti,
Tampaklah kealatan muda yang sakti.
Tampaklah segala hulubalang berjalan,
Bersiar di kapal berambal-ambalan,
Ia memakai pedang gemerlapan,
Pistol dipegang berjuluran.
Tampaklah hulubalang berbagai-bagai,
Ada yang berjanggut, ada yang bermisai,
Ada berserban terumbai-rumbai,
Ada gemuk, ada yang lampai.
Ada yang seperti harimau menerkam,
Bersiar sambil tangan digenggam,
Ada yang menghisap hokah manikam,
Keluar dari mulut asapnya hitam

berambal-ambalan = berarak-rakan.
bermisai = bercambang
hokah = pipa  

Makna Tekstual :
Dayang segera pergi mengambil teropong,kemudian dibawanya teropong itu ke anjungan kapal. Siti meneropong kapal dan kici( kapal kecil ).setelah meneropong Siti merasa kagum.Melihat sikap Siti yang demikian,dayang tadi juga ikut meneropong. Tiba – tiba teropong direbut dayang Ratna Jumala, Katanya, ‘Huwa Allah Taala. Belum sempat meneropong , teropong direbut oleh dayang Mahaibat, Sambil tertawa dan bercanda kemudian mereka meneropong secara bergantian.Tampaklah seorang pemuda yang sakti bersama beberapa hulubalang yang sedang berjalan,Mereka arak –arakan bersiar di kapal .Ia memakai pedang yang gemerlapan serta membawa pistol. Sedangkan Para hulubalang itu tampak bermacam – macam,ada yang berjanggut, ada yang bermisai( bercambang ),ada berserban terumbai-rumbai, ada yang gemuk dan ada yang kurus,ada yang seperti harimau menerkam( kejam ), bersiar sambil tangan digenggam.ada yang menghisap hokah manikam yang mengeluarkan asap hitam.

Cerita Asli :
Cerita syair Abdul Muluk dimulai dari negeri Barbari dengan raja-raja Sultan Abdul Aidid. Sultan ini memenjarakan seorang pedagang Hindustan yang dituduh berbuat curang dalam pengaduannya. Pedagang yang kemudian meninggal di dalam penjara ini ternyata adalah paman Sultan Hindustan.Dendamlah Sultan Hindustan kepada Raja Kerajaan Barbari. Tetapi, karena Raja Barbari amat kuat, saat pembalasan ditangguhkan oleh Sultan Hindustan.Syahdan Abdul Aidid wafat dan negeri-nya diperintah oleh anaknya, Sultan Abdul Mukari. Abdul Mukari yang telah beristri,pada suatu hari bertemu dengan putri negeri Ban, Siti Akbari atau Bukit Permata. Putri ini diambilnya sebagai istrinya yang kedua. Sultan Hindustan yang mengetahui bahwa Sultan Abdul Aidid telah wafat segera menyerbu Barbari dan berhasil menahan Abdul Mukari beserta istri pertamanya. Ketika Sultan Hindustan bermaksud memperistri istri Sultan Abdul Mukari, istri pertama ini setuju asal ia diperistri bersama Siti Akbari. Ketika Siti Akbari dicari, ia ditemukan telah menjadi mayat di kamarnya.Sebenarnya Siti Akbari belum mati. Ia mengembara dan menyamar sebagai lelaki. Dalam pengembaraannya, ia berhasil menolong seorang raja yang dirongrong pemberontakan pamannya sendiri. Dengan pertolongan raja inilah Siti Akbari memerangi Sultan Hindustan dan membebaskan Sultan Abdul Mukari. Namun, Sultan Abdul Mukari tetap bersedih karena istri keduanya, Siti Akbari, sudah mati. Maka diaturlah suatu pertemuan untuk menyadarkan Sultan Abdul Mukari dan istri pertamanya bahwa pembebasnya, tak lain adalah Siti Akbari. ( sumber Berbahasa dan Bersastra Indonesia : Asep Wirajaya )

Rasa Hampa

Rasaku bukan rasamu..
biar kusimpan sendiri rasaku
Rasa yg dulu bersemi
kini telah pergi
rasa itu telah mati
kan kupendam dalam - dalam semua rasa di hati
kuabadikan sejuta kenangan indah dlm sanubari
Bila rasaku ini rasamu
sama rasa yang pernah ada
kini berubah tanpa rasa
dan aku di sini sendiri
membiarkan rasa itu pergi
hampa terasa
damai di jiwa

Sabtu, 02 Juni 2012

Seribuan dan Ribuan

Dalam mata uang rupiah terdapat nilai mata uang satu ribu rupiah.
Satuan mata uang tersebut disebut seribu atau 1000 rupiah. Sejumlah uang, misalnya senilai dua ratus ribu rupiah, yang terdiri atas mata uang yang nilainya seribu rupiah berarti uang tersebut terdiri atas mata uang seribuan sebanyak 200 lembar. Kata seribuan tidak dapat disamakan arti­nya dengan kata ribuan. Kata ribuan mengandung makna beribu-ribu' dan dapat saja terdiri atas berjenis-jenis nilai mata uang rupiah, misalnya ada yang nilainya lima ratusan, seribuan, se­puluh ribuan, dan seratus ribuan.
Perhatikan kata ribuan dalam kalimat berikut.
"Kekayaannya tidak hanya ribuan, tetapi jutaan, bahkan miliaran."
Kata ribuan dalam kalimat contoh itu tidak dapat diganti dengan kata seribuan. Kata seribuan jika dikenakan pada angka tahun, misalnya tahun seribuan atau tahun 1000-an, menunjukkan makna 'sekitar tahun seribu ke atas' atau 'di antara tahun I000 dan 2000'. Di dalam konteks itu kedudukan kata seribuan tidak dapat digantikan kedudukannya oleh kata ribuan.

Relawan Atau Sukarelawan??

Dalam bahasa Indonesia imbuhan –wan berasal dari bahasa Sanskerta. Penggunaan akhiran itu digunakan bersama kata benda, seperti bangsawan ‘orang yang memiliki bangsa’, hartawan ‘orang yang memiliki harta’, dan rupawan ‘orang yang memiliki rupa yang elok’.
Dalam perkembangannya, arti –wan meluas. Hal itu ditemukan pada kata ilmuwan ‘orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu’, negarawan orang yang ahli dalam bidang ilmu negara’, dan fisikawan ‘orang yang ahli dalam bidang fisika’. Jadi, -wan dalam contoh itu berarti orang yang ahli dalam bidang yang disebutkan pada kata dasarnya.
Pada kata seperti olahragawan, peragawan, dan usahawan, imbuhan –wan berarti ‘orang yang berprofesi dalam bidang yang disebutkan pada kata dasarnya’. Jadi, olahragawan berarti ‘orang yang berprofesi dalam bidang olahraga’, peragawan ‘orang yang berprofesi dalam bidang peragaan’ , dan usahawan ‘orang yang berprofesi dalam bidang usaha (tertentu).
Berdasarkan contoh tersebut, imbuhan –wan tidak pernah melekat pada kata kerja, seperti pada kata rela. Oleh karena itu, kata yang benar adalah sukarelawan yang berarti ‘orang yang dengan sukacita melakukan sesuatu tanpa rasa terpaksa’.

Sumber : http://badanbahasa.kemdikbud.go.id

ANALISIS WACANA MODEL MICHAEL FOUCOULT



  1. Pendahuluan
Saat ini pembahasan analisa diskursus atau wacana telah melampaui pakem-pakem linguistik konvensional, yang hanya berkutat dengan text dan talk serta tidak melibatkan faktor-faktor sosio-politis dan ideologis. Pengaruh kajian Post-Struktural dan Teori Kritis terhadap dunia pemikiran telah membentuk mahzab baru di dunia ilmu pengetahuan, termasuk linguistik yang saat ini telah berkembang menjadi Linguistik Kritis (Critical Linguistics), fokusnya adalah Analisa Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) yang dikembangkan oleh Norman Fairclough, Teun Van Djik dll. Disamping itu, pemikiran Foucault dalam analisa wacana juga sangat signifikan, dimana Foucault telah memulai analisa wacana atau diskursus yang bersifat politis dan ideologis sebelum orang lain memikirkannya, hal ini adalah semacam gebrakan dalam dunia pemikiran.
Bagaimana wacana diproduksi,siapa yang memproduksi ,dan apa efek dari produksi wacana? Konsep mengenai wacana mutakhir diperkenalkan oleh Michael Foucoult. Wacana menurut pandangan Foucoult tidaklah dipahami sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks , tetapi merupakan sesuatu yang memproduksi yang lain ( gagasan, konsep, atau efek ). Wacana dapat dideteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu. Melalui wacana dan karena faktor wacana terjadilah apa yang kita saksikan sebagai perubahan zaman atau perubahan arah sejarah. Sampai zaman di mana kita tinggal pada saat ini  telah berkali-kali terjadi perubahan, dan “wacana praktis” menjadi salah satu faktor dari perubahan budaya maupun arah sejarah.
  1. Pengertian Wacana Menurut Prespektif Michael Foucoult
Istilah wacana (discours, discourse) dipopulerkan oleh Foucault dan merupakan konsep penting dalam pemikirannya (Akhyar Yusuf, 2009: 6). Wacana dalam perspektif Foucault bukanlah sebagai rangkaian kata atau proposisi dalam teks, melainkan sesuatu yang memproduksi sesuatu yang lain. Oleh karena itu, dalam analisis wacana hendaknya mempertimbangkan peristiwa bahasa dengan melihat bahasa dari dua segi yaitu segi arti dan referensi. Hal ini bertentangan dengan strukturalisme yang hanya melihat bahasa sebagai sistem dan tidak mempertimbangkan pengalaman berbicara sebagai peristiwa bahasa.
Dalam sebuah wacana terdapat pernyataan (proposisi) yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/ makna), akan tetapi juga mengatakan sesuatu tentang sesuatu (referensi). Referensi inilah yang memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi sistem sosial budaya sampai pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat dalam satu kesatuan yang utuh. Foucault mengatakan bahwa sementara wacana dikonstruksi oleh bentuk diskursif atau episteme (Akhyar Yusuf, 2009: 15).
  1. Produksi Wacana Perspektif Foucoult
Studi analisis wacana bukan sekedar mengenai pernyataan, tetapi juga struktur dan tata aturan dari wacana. Untuk itu, perlu diketahui bagaimana keterkaitan antara wacana dengan kenyataan (realitas). Raelitas dipahami sebagai seperangkat konstruk yang dibentuk melalui wacana. Realitas itu sendiri menurut Foucault tidak bisa didefinisikan jika kita tidak memiliki akses dengan pembentukan struktur diskursif tersebut. Karena, menurut Foucault pandangan kita tentang suatu objek dibentuk dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh struktur diskursif yaitu pandangan yang mendefinisikan sesuatu bahwa yang ini benar dan yang lain tidak.
Wacana membatasi bidang pandangan kita. Pernyataan yang diterima akan dimasukkan dan mengeluarkan pandangan yang berbeda tentang suatu objek. Objek bisa saja tidak berubah, tetapi struktur diskursif yang dibuat dapat mengubah objek. . Wacana membentuk dan mengontruksi peristiwa tertentu dan gabungan dari peristiwa – peristiwa tersebut ke dalam narasi yang dapat dikenali oleh kebudayaan masyarakat tertentu. Dalam prosesnya , kita mengkategorikan dan menafsirkan pengalaman dan peristiwa mengikuti struktur yang tersedia dan dalam penafsirannya kita sukar keluar dari struktur diskursif.
D.     Konsep Michael Foucoult tentang Pengetahuan dan Kekuasaan
Pengetahuan dan kekuasaan adalah konsep Foucault yang menarik, karena Foucault mendefinisikan kuasa agak berbeda dengan para ahli yang lain. Kuasa oleh Foucault tidak diartikan “kepemilikan”. Kuasa, menurut Foucault tidak dimiliki tetapi dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup tertentu di mana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain (Eriyanto, 2001: 65).
Dalam menentukan kebenaran, bagi Foucault tidak dipahami sebagai sesuatu yang datang begitu saja (konsep yang abstrak). Kebenaran menurut Foucault diproduksi oleh setiap kekuasaan. “ Kekuasaan menghasilkan pengetahuan. Kekuasaan dan pengetahuan secara langsung saling mempengaruhi…tidak ada hubungan kekuasaan tanpa ada konstitusi korelatif dari bidang pengetahuannya…” (Michel Foucault, 1979: 27).
Apa yang hendak dibongkar oleh Foucault adalah bagaimana orang- orang mengatur atau meregulasi diri mereka sendiri dan orang lain dengan menciptakan klaim kebenaran (sebuah pembakuan atau pemutlakan benar-salah, baik-buruk, indah-jelek) dapat dibuat teratur, tetap, dan stabil. Oleh karena itu, Foucault meyakini bahwa kuasa tidak bekerja melalui represi, tetapi melalui normalisasi dan regulasi. Kuasa tidak bekerja secara negatif dan represif, tetapi melainkan dengan cara positif dan produktif.
Kekuasaan dalam pandangan Foucault disalurkan melalui hubungan sosial, dengan memroduksi bentuk-bentuk kategorisasi perilaku seperti baik dan buruk sebagai bentuk pengendalian perilaku. Jadi khalayak ditundukkan dengan wacana dan mekanisme berupa prosedur, aturan, tata cara, dan sebagainya. Bukan dengan cara kontrol yang bersifat langsung dan fisik.
  1. Wacana Terpinggirkan (marginalized)
Menurut Foucault, ciri utama wacana adalah kemampuannya untuk menjadi suatu himpunan wacana yang berfungsi membentuk dan melestarikan hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu masyarakat (Eriyanto, 2001: 76). Contohnya yang ditunjukkan oleh Foucault adalah konsep gila dan tidak gila, sehat dan sakit, benar dan salah, bukan konsep abstrak yang ada begitu saja tetapi dibentuk oleh wcana yang berkaitan dengan bidang psikiatri, ilmu kedokteran, serta ilmu pengetahuan pada umumnya.
Dalam suatu masyarakat terdapat berbagai wacana yang berbeda- beda. Ada yang dominan ada yang terpinggirkan. Wacana dominan adalah wacana yang dipilih dan didukung oleh kekuasaan, sedangkan wacana lainnya yang tidak didukung akan terpinggirkan (marginalized) atau terpendam (submerged). Misalnya saja wacana mengenai PKI (Partai Komunis Indonesia) yang dibangun oleh Orde Baru sebagai partai yang memberontak dan anti Tuhan menyingkirkan wacana lainnya yang menunjukkan PKI sebagai partai yang paling radikal dan gigih melawan kolonialisme. Wacana mengenai PKI sebagai pemberontak dan anti Tuhan disebut wacana dominan. Adapun PKI sebagai partai yang paling gigih melawan kolonialisme dapat dikatakan sebagai wacana yang terpinggirkan.
  1. Kesimpulan
Wacana menurut pandangan Foucoult tidaklah dipahami sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks , tetapi merupakan sesuatu yang memproduksi yang lain ( gagasan, konsep, atau efek ). Wacana dapat dideteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.
 Dalam sebuah wacana terdapat pernyataan (proposisi) yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/ makna), akan tetapi juga mengatakan sesuatu tentang sesuatu (referensi). Referensi inilah yang memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi sistem sosial budaya sampai pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat dalam satu kesatuan yang utuh.
  1. Daftar Pustaka
Eriyanto.2008. Analisis Wacana. Yogyakarta : LKiS
Foucault, Michel. 2002. Pengetahuan dan Metode (Karya-Karya Penting Foucault). Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.














TES MENYIMAK


MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR TeRTAWA DALAM PEMBELAJARAN PRODUKTIF NASKAH DRAMA SISWA SMA KELAS XI

Discourse Analysis : Wacana Resensi


3.1  Resensi buku “ Buku – Buku yang Mengubah Dunia”
Judul : Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis : Andrew Taylor
Penerjemah : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit : Erlangga

Predikat “Akademisi Intelektual” Pantaskah Melekati Diri Mahasiswa Era Kini?


Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...