Jumat, 03 Agustus 2012

Pemerolehan Bahasa


A. Teori Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal. Dengan kata lain, kegiatan ini dilakukan anak tanpa sadar, tanpa beban, serta berlangsung secara informal dan dalam konteks berbahasa yang bermakna.
Beberapa ahli psikolinguistik mengemukakan bahwa teori pemerolehan bahasa dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.      teori behaviorisme
Teori ini dikemukakan oleh Bloom dan Skinner . Menurut teori ini , semua pengetahuan dalam  bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil dari integrasi peristiwa – peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu. Pengetahuan linguistik dibentuk oleh  rangkaian hubungan antara stimulus dan respon. Bayi tidak akan dapat menghasilkan bunyi yang bermakna jika pada dirinya tidak diberikan rangsangan atau stimulus. Dengan adanya stimulus ini bayi selalu memberikan respon.
2.      teori nativisme
Teori ini dikemukakan oleh Chomsky . Menurut teori ini , setiap anak yang lahir telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang pada perkembangannya potensi ini akan ikut menentukan struktur bahasa yang akan digunakan. Sejak lahir seorang anak sudah memiliki piranti pemerolehan bahasa disebut Language Acquisition Device (LAD). LAD ini yang memproses masukan dari lingkungan dan kemudian menghasilkan bahasa yang diujarkan. Dengan piranti itu ia mempunyai potensi untuk mempelajari bahasa sesuai bahasa lingkungannya.
3.       teori kognitif
Teori ini dikemukakan oleh Piaget . Menurut teori ini , pemerolehan bahasa anak sangat berhubungan dengan perkembangan intelektual atau kognitifnya. Struktur bahasa baru akan dikuasai jika dasar kemampuan kognitifnya sudah ada. Anak harus memiliki kemampuan konseptual mengenai sesuatu.
Ketiga teori tersebut merupakan teori yang sesuai dengan pemerolehan bahasa anak. Ketiga teori ini sebetulnya sangat berhubungan erat. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan pemerolehan bahasa anak memerlukan rangsangan yang terus menerus berupa kata-kata yang diulang  sesering mungkin sejalan dengan teori behaviourisme. Sementara itu, anak  pun telah dibekali dengan LAD yang ada di otak sesuai dengan teori nativisme. Oleh sebab itu ,nutrisi otak melalui asupan gizi seimbang, harus dioptimalkan sejak usia dini.
B.     Proses Pemerolehan Bahasa Anak usia 3 – 6 tahun.
Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh sekaligus. Akan tetapi , kemampuan berbahasa ini dimiliki anak melalui tahap-tahap berikut  :
  1. Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampu menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan, rengekan, dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerak artikulatorisnya sampai ia mampu mengucapkan kata-kata yang bermakna.
  2. Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampu menggunakan ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap.
  3. Tahap dua-kata, yaitu fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalam pertuturannya.
  4. Tahap banyak-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga-kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.
Pada usia 3 – 6 tahun , proses pemerolehan bahasa anak adalah sebagai berikut :
1.      Pemerolehan dalam bidang fonologi . Pada usia 3 tahun , anak sudah dapat mengucapkan bunyi / r /, bunyi hambat , bunyi frikatif dan bunyi afrikat.
2.      Pemerolehan dalam bidang  sintaksis. Perkembangan bahasa anak usia 3 -6 tahun , telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik . Anak usia ini telah mampu bercerita , mengunakan kata sesudah dan sebelum , menggunakan kalimat kompleks dan kalimat interogatif .
3.      Pemerolehan dalam bidang leksikon . Macam kata yang dikuasai anak pada usia ini adalah nomina , verba , adjektiva dan kata fungsi . Sedangkan untuk mementukan makna , anak harus menganalisis segala macam fiturnya sehingga makna yang diperolehnya itu sama dengan makna yang dipakai orang dewasa. Pada umumnya , dalam hal penetuan makna, anak  mengikuti prinsip overextension ( penggelembungan makna ) berdasarkan bentuk , ukuran , gerakan , bunyi dan tekstur atau menggunakan prinsip underextension ( penciutan makna ) dengan membatasi makna hanya pada referen yang telah dirujuk.
4.      Pemerolehan dalam bidang pragmatik .Pada usia ini , anak belum mampu membedakan pemakaian pronomina orang kedua seperti kamu , engkau , saudara , anda , bapak , ibu . Selain itu , belum mampu menguasai tata krama dalam bahasa khususnya dalam Bahasa Jawa. Mengenai perkembangan percakapan , hanya sekitar 19 % dari tanggapan anak yang relevan dengan topik yang dibicarakan.
C.           Perkembangan bahasa anak usia 3-6 tahun.

Perkembangan bahasa anak dipengaruhi banyak faktor, seperti faktor biologis, lingkungan sosial, intelegensi, dan motivasi. Faktor-faktor itu memiliki peran yang sama pentingnya . Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Berikut  tabel perkembangan  bahasa pada anak normal :
Umur
Kemampuan Reseptif
Kemampuan Ekspresif
Lahir
Melirik ke sumber suara
Memperlihatkan ketertarikan
terhadap suarasuara
Menangis
2 – 4 bulan

Tertawa dan mengoceh tanpa arti

6 bulan
Memberi respon jika namanya
dipanggil
Mengeluarkan suara yang
merupakan kombinasi huruf
hidup (vowel) dan huruf mati
(konsonan)
9 bulan
Mengerti dengan katakata
yang
rutin (dada)
Mengucapkan “mama”,
“dada”

12 bulan
Memahami dan menuruti
perintah sederhana
Bergumam
Mengucapkan satu kata
15 bulan
Menunjuk anggota tubuh
Mempelajari katakata
Dengan perlahan
18 – 24 bulan
Mengerti kalimat
Menggunakan/merangkai dua
kata
24 – 36 bulan
Menjawab pertanyan
Mengikuti 2 langkah perintah
Frase 50% dapat dimengerti
Membentuk 3 (atau lebih)
kalimat
Menanyakan “apa”
36 – 48 bulan
Mengerti banyak apa yang
diucapkan
Menanyakan “mengapa”
Kalimat 75% dapat dimengerti,
bahasa sudah mulai jelas,
menggunakan lebih dari 4 kata
dalam satu kalimat
48 – 60 bulan
Mengerti banyak apa yang
dikatakan, sepadan dengan
fungsi kognitif
Menyusun kalimat dengan baik
Bercerita
100% kalimat dapat dimengerti
6 tahun

Pengucapan bahasa lebih jelas


D. Data Penelitian

Data  berikut merupakan hasil dari penelitian kami  mengenai perkembangan bahasa anak usia 3 – 6 tahun.

 
Nama anak                  : Nurma Himmatul Mahmudah
Tempat , tgl. Lahir            : Kediri , 6 November 2003
Umur                                 : 6 tahun lebih 1 bulan
Nama ayah                        : Moh. Shobirin
Nama Ibu                          : Umi Hajar
Pendidikan ayah               : SMA
Ibu                                     : SMA
Pekerjaan ayah                  : Petani
Ibu                                     : Ibu rumah tangga
Alamat                              : Jatisari – Kepung – Kediri

2.  Kemampuan bahasa anak
Kemampuan bahasa anak cukup baik , anak tersebut mampu berbicara , membaca  dengan lancar dan menulis  . Selain itu, anak tersebut dapat menirukan bunyi suara, berhitung , bercerita  dengan runtut dan bernyanyi mulai lagu anak – anak sampai lagu dewasa. 
3.   Pemahaman orang tua tentang pemerolehan bahasa
Pemahaman orang tua terhadap pemerolehan bahasa anak cukup baik .  Sejak kecil, ibunya selalu memberikan stimulus dengan menyanyikan beberapa lagu anak – anak . Selain itu , si ibu juga aktif mengajak anak tersebut  berbicara / berkomunikasi . Sejak umur 3 tahun , anak tersebut sudah mulai diperkenalkan dengan huruf . Sang Ibu juga sering mendongeng. Mendongeng bermanfaat untuk menambah perbendaharaan kata anak. Melalui dongeng anak bisa mengenal kata gunung, danau, hutan dan perahu yang kadang jarang ditemui pada percakapan sehari-hari. Pada usia 5 tahun anak tersebut dimasukkan ke sekolah TK , dalam waktu yang sangat singkat anak tersebut telah bisa membaca.
4.   Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi anak cukup terpenuhi . Setiap hari sang ibu selalu memberikan makanan yang sehat dan bergizi . Selain itu , 2 gelas susu sehari  selalu ibu berikan setiap pagi dan  malam sebelum tidur .
5.   Masalah perkembangan bahasa
Sejauh ini , tidak ada masalah dengan perkembangan bahasa anak .Anak tersebut mampu berbicara dengan baik , bercerita sederhana , bernyanyi dan membaca dengan lancar .
6.   Lingkungan keluarga dan sekitarnya .
Nurma dilahirkan dilingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang religius . Sejak kecil , ibunya selalu mengajarinya untuk terbiasa berbicara baik . Selain itu , penanaman pendidikan agama sejak dini , telah diterapkan orang tuanya dengan mengajarinya membaca Al Qur’an , hafalan surat – surat pendek dan do’a sehari – hari .


1.  Nama anak                         : Ahfal Al Farisi
Tempat , tgl. Lahir            : Kediri , 15 Oktober 2003
Umur                                 : 6 tahun lebih 2 bulan
Nama ayah                        : Moh. Djamil
Nama Ibu                          : Syarifa Al Mufida  
Pendidikan ayah               : S1
Ibu                                     : S1
Pekerjaan ayah                  : Wiraswasta
Ibu                                     : Wiraswasta
Alamat                              : Jatisari – Kepung – Kediri

2.  Kemampuan bahasa anak
Kemampuan bahasa anak kurang baik , anak tersebut mampu berbicara , akan tetapi anak tersebut cenderung pendiam apabila berada di dekat anak / orang yang belum akrab dengannya . Sudah mengenal huruf akan tetapi belum mampu membaca dengan lancar.
3.   Pemahaman orang tua tentang pemerolehan bahasa
Pemahaman orang tua terhadap pemerolehan bahasa anak cukup baik .  Akan tetapi karena kesibukan orang tuanya , sehingga perhatian orang tua terutama sang ibu sangat kurang . Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya.
4.   Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi anak cukup terpenuhi . Setiap hari sang ibu selalu memberikan makanan yang sehat dan bergizi . Selain itu , 2 gelas susu sehari  selalu ibu berikan setiap pagi dan  malam sebelum tidur .
5.   Masalah perkembangan bahasa
Sejauh ini , anak tersebut telah mampu berbicara . Akan tetapi anak tersebut cenderung pendiam apabila berada di dekat anak / orang yang belum akrab dengannya .
6.   Lingkungan keluarga dan sekitarnya .
Karena kesibukan orang tuanya , setiap hari Ahfal dititipkan kepada neneknya . Sementara neneknya, juga sibuk mengurus kakeknya yang sedang sakit . Sehingga perhatian keluarga , orang tua terutama sang ibu sangat kurang . Selain itu , Ahfal juga jarang bermain dengan teman sebayanya di lingkungan sekitar rumahnya .Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya dan ia cenderung menjadi anak pendiam.

E. Simpulan

Dalam usia 3 - 6 tahun, umumnya anak-anak normal telah dapat menguasai bahasa ibunya dengan baik. Berdasarkan teori, pemerolehan bahasa yang cepat seperti itu ditempuh anak secara informal dengan strategi berikut ini :
  1. Mengingat masukan bahasa yang didengar dari anggota sosial anak seperti ayah, ibu, saudara, teman dan tetangga.
  2. Meniru bahasa yang didengarnya. Peniruan ini tidak terlalu persis. Penyebabnya, selain karena kemampuan otak, alat ucap, dan penguasaan kaidah bahasa anak masih berkembang, juga karena anak memiliki kreativitas berbahasa. Jadi, peniruan ini bersifat kreatif.
  3. Mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang sesungguhnya. Pengalaman ini merupakan sarana latihan berbahasa anak yang tak jarang diwarnai oleh eksperimen atau uji coba.
  4. Bermain sendiri atau dengan orang lain. Kegiatan bermain ini sekaligus berfungsi sebagai sarana anak dalam berlatih bahasa.
  5. Penyederhanaan atas tuturan orang dewasa yang didengar, diingat, dan dicontohnya.

 
DAFTAR PUSTAKA
  

-       Chaer , Abdul . Psikolinguistik Kajian Teoritik . Bandung :Rineka Cipta
-       Djardjowidjojo , Soenjono . Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa . Yayasan Obor Indonesia : Unika Atmajaya






















































Buku Teks Sebagai Salah Satu Bahan Ajar


A.  Pendahuluan

Kurikulum pengajaran Bahasa Indonesia diklasifikasikan dalam tiga aspek ,yaitu :
1.   Aspek kebahasaan,meliputi : fonologi,morfologi,sintaksis,dan semantik.
2.   Aspek keterampilan berbahasa,meliputi : menyimak , berbicara, membaca, menulis.
3.   Aspek kesastraan,meliputi : sejarah sastra , teori sastra , kritik sastra, apresiasi sastra.
Setiap aspek tersebut tentunya harus ditunjang buku teks tertentu . Untuk itu , materi yang terdapat dalam buku teks Bahasa dan Sastra Indonesia hendaknya disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku dan berorientasi pada pada tujuan pengajaran Bahasa Indonesia yaitu melatih siswa terampil berbahasa baik secara lisan maupun tulis. Kelengkapan materi dalam buku teks bisa dilihat dari adanya wacana, pemahaman terhadap wacana, fakta kebahasaan dan kesastraan dan juga adanya penerapan konsep dasar baik dari materi kebahasaan maupun kesastraan melalui pelatihan, tugas serta kegiatan mandiri sehingga peserta didik mampu menggali dan memanfaatkan informasi serta menyelesaikan masalah yang ada.

B.  Pengertian Buku Teks

Beberapa ahli mengemukakan pengertian buku teks sebagai berikut :
1.      Buku  teks adalah rekaman pikiran rasial yang disusun buat maksud dan tujuan – tujuan instruksional ( Hall-Quest,1915)
2.      Buku teks adalah buku standar /buku setiap cabang khusus studi. ( Lange,1940)
3.      Buku teks adalah buku standar / buku yang dirancang buat penggunaan di kelas , dengan cermat disusun dan disiapkan oleh para pakar atau para ahli dalam bidang itu dan diperlengkapi dengan sarana – sarana pengajaran yang sesuai dan serasi.( Bacon,1935 )
4.      Buku teks adalah sarana belajar yang biasa digunakan di sekolah – sekolah dan perguruan tinggi untuk menunjang suatu program pengajaran .( Buckingham,1958:1523)
5.      A.J. Loveridge (terjemahan Hasan Amin) berependapat bahwa
”Buku teks adalah buku sekolah yang memuat bahan yang telah diseleksi mengenai bidang studi tertentu, dalam bentuk tertulis yang memenuhi syarat tertentu dalam kegiatan belajar mengajar, disusun secara sistematis untuk diasimilasikan.”
6.      Chambliss dan Calfee (1998) menjelaskan bahwa buku teks adalah alat bantu siswa untuk memahami dan belajar dari hal-hal yang dibaca dan untuk memahami dunia (di luar dirinya). Buku teks memiliki kekuatan yang luar biasa besar terhadap perubahan otak siswa. Buku teks dapat mempengaruhi pengetahuan anak dan nilai-nilai tertentu.
7.      Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2004: 3) menyebutkan bahwa buku teks atau buku pelajaran adalah sekumpulan tulisan yang dibuat secara sistematis berisi tentang suatu materi pelajaran tertentu, yang disiapkan oleh pengarangnya dengan menggunakan acuan kurikulum yang berlaku. Substansi yang ada dalam buku diturunkan dari kompetensi yang harus dikuasai oleh pembacanya (dalam hal ini siswa).
8.      Pusat Perbukuan (2006: 1) menyimpulkan bahwa buku teks adalah buku yang dijadikan pegangan siswa pada jenjang tertentu sebagai media pembelajaran (instruksional), berkaitan dengan bidang studi tertentu. Buku teks merupakan buku standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya, biasa dilengkapi sarana pembelajaran (seperti pita rekaman), dan digunakan sebagai penunjang program pembelajaran.
9.      Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 menjelaskan bahwa buku teks (buku pelajaran) adalah buku acuan wajib untuk digunakan di sekolah yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan dan ketakwaan, budi pekerti dan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, kepekaan dan kemampuan estetis, potensi fisik dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat diketahui ciri  penanda buku teks sebagai berikut :

-       Buku teks merupakan buku sekolah yang ditujukan bagi siswa pada jenjang pendidikan tertentu.
-       Buku teks berisi bahan yang telah terseleksi.
-       Buku teks selalu berkaitan dengan bidang studi atau mata pelajaran tertentu
-       Buku teks biasanya disusun oleh para pakar di bidangnya
-       Buku teks ditulis untuk tujuan instruksional tertentu.
-       Buku teks biasanya dilengkapi dengan sarana pembelajaran.
-       Buku teks disusun secara sistematis mengikuti strategi pembelajaran tertentu.
-       Buku teks untuk diasmilasikan dalam pembelajaran.
-       Buku teks disusun untuk menunjang program pembelajaran.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa buku teks adalah buku pelajaran dalam bidang studi tertentu ,yang merupakan buku standar ,yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk mencapai tujuan instruksional tertentu yang dilengkapi dengan sarana – sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran.
C.  Fungsi Buku Teks
Buku teks memberikan pengaruh besar terhadap kesatuan nasional melalui pendirian dan pembentukan kebudayaan umum. Buku  teks merupakan sarana penting dan ampuh bagi penyediaan dan pemenuhan pengalaman tak langsung dalam jumlah yang besar dan terorganisasi rapi. Keuntungan mempelajari buku teks antara lain :
1.      Kesempatan mempelajarinya sesuai dengan kesempatan masing – masing.
2.      Kesempatan untuk mengulang atau meninjau kembali buku cukup terbuka dan bebas.
3.      Buku teks memberi kesempatan kepada pemiliknya untuk menyegarkan ingatan.
4.      Kemudahan untuk membuat catatan – catatan kecil.
5.      Sarana – sarana khusus yang ada dalam buku teks dapat menunjang upaya belajar dari sebuah buku.
Green dan Petty merumuskan beberapa fungsi buku teks sebagai berikut :
1.      Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern mengenai pengajaran serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan pengajaran yang disajikan.
2.      Menyajikan suatu sumber poko masalah yang kaya , mudah dibaca dan bervariasi sesuai minat dan kebutuhan siswa.
3.      Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapid an bertahap mengenai keterampilan – keterampilan ekspresional yang mengemban masalah pokok dalam komunikasi.
4.      Menyajikan metode – metode dan sarana – sarana pengajaran untuk memotivasi siswa.
5.      Menyajikan bahan / sarana evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
Sementara itu, Hubert dan Harl menyoroti nilai lebih buku teks bagi guru sebagai berikut:
·      Buku teks memuat persediaan materi bahan ajar yang memudahkan guru merencanakan jangkauan bahan ajar yang akan disajikannya pada satuan jadwal pengajaran (mingguan, bulanan, caturwulanan, semesteran).
·      Buku teks memuat masalah-masalah terpenting dari satu bidang studi.
Buku teks banyak memuat alat bantu pengajaran, misalnya gambar, skema, diagram, dan peta.
·      Buku teks merupakan rekaman yang permanen yang memudahkan untuk mengadakan review di kemudian hari.
·      Buku teks memuat bahan ajar yang seragam, yang dibutuhkan untuk kesamaan evaluasi, dan juga kelancaran diskusi.
·      Buku teks memungkinkan siswa belajar di rumah.
·      Buku teks memuat bahan ajar yang relatif telah tertata menurut sistem dan logika tertentu.
·      Buku teks membebaskan guru dari kesibukan mencari bahan ajar sendiri sehingga sebagian waktunya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan lain.
D. Kualitas Buku Teks
Secara teknis Geene dan Pety (dalam Tarigan, 1986: 21) menyodorkan sepuluh kategori yang harus dipenuhi buku teks yang berkualitas. Sepuluh kategori tersebut sebagai berikut.
·      Buku teks haruslah menarik minat siswa yang mempergunakannya.
·      Buku teks haruslah mampu memberikan motivasi kepada para siswa yang memakainya.
·      Buku teks haruslah memuat ilustrasi yang menarik siswa yang memanfaatkannya.
·      Buku teks seyogyanya mempertimbangkan aspek-aspek linguistik sehingga sesuai dengan kemampuan para siswa yang memakainya.
·      Isi buku teks haruslah berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya, lebih baik lagi kalau dapat menunjangnya dengan terencana sehingga semuanya merupakan suatu kebulatan yang utuh dan terpadu.
·      Buku teks haruslah dapat menstimuli, merangsang aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang mempergunaknnya.
·      Buku teks haruslah dengan sadar dan tegas menghindar dari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak biasa, agar tidak embuat bingung siswa yang memakainya.
·      Buku teks haruslah mempunyai sudut pandang atau ”point of view” yang jelas dan tegas sehingga ada akhirnya juga menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia.
·      Buku teks haruslah mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai-nilai anak dan orang dewasa.
·      Buku teks haruslah dapat menghargai perbedaan-perbedaan pribadi para pemakainya.
Dari beberapa kriteria di atas dapat disimpulkan pedoman penilaian buku teks sebagai berikut :
1.       Sudut pandang ( Point of view )
Buku teks harus mempunyai landasan , prinsip , dan sudut pandang tertentu yang menjiwai atau melandasi buku teks secara keseluruhan. Sudut pandang dapat berupa teori dari ilmu jiwa, bahasa, dsb.
2.       Kejelasan konsep
Konsep – konsep yang digunakan dalam suatu buku teks harus jelas , tandas.
3.       Relevan dengan kurikulum
Buku teks harus relevan dengan kurikulum yang berlaku.
4.       Menarik minat
Penulis buku teks harus mempertimbangkan minat siswa pemakai buku tersebut. Semakin sesuai buku teks dengan minat siswa , semakin tinggi daya penarik buku tersebut.
5.       Menumbuhkan motivasi
Buku teks yang baik dapat menumbuhkan motivasi siswa yaitu dapat membuat siswa menjadi ingin , mau , senang mengerjakan apa yang diinstruksikan dalam buku tersebut.
6.       Menstimulasi aktivitas siswa
Buku teks yang baik dapat merangsang , menantang , dan menggiatkan aktivitas siswa.
7.       Ilustratif
Buku teks harus disertai ilustrasi yang mengena dan menarik.
8.       Bahasa buku teks harus dimengerti olehh para pemakainya.
Bahasa buku teks harus :
-       Sesuai dengan bahasa siswa ,
-       Kalimat – kalimatnya efektif,
-       Terhindar dari makna ganda,
-       Sederhana,
-       Sopan ,
-       Menariik.
9.       Menunjang mata pelajaran lain
Materi buku teks harus bisa menunjang pelajaran lain. Penyajian materi Bahasa Indonesia hendaknya disajikan secara tematis.
10.   Menghargai perbedaan individu
Buku teks yang baik tidak membesar – besarkan perbedaan individu tertentu.
11.   Memantapkan nilai – nilai
Buku teks yang baik berusaha memantapkan nilai – nilai yang berlaku di masyarakat.

E. Keterbatas Buku Teks

Greene dan Petty telah mengidentifikasi keterbatasan buku teks . Keterbatasan tersebut antara lain :

1.      Buku teks itu sendiri tidaklah mengajar , tetapi merupakan suatu sarana pengajaran.
2.      Isi yang disajikan sebagai perangkat – perangkat kegiatan belajar dipadu secara artificial atau secara buatan saja bagi kelas – kelas tertentu.
3.      Latihan – latihan dan tugas praktis agaknya kurang adekuat atau kurang memadai karena keterbatasan – keterbatasan dalam ukuran buku teks dan dikarenakan begitu banyaknya praktik dan latihan.
4.      Sarana pengajaran juga sedikit dan singkat karena keterbatasan ruang , tempat, atau wadah yang tersedia di dalamnya.
5.      Pertolongan – pertolongan yang berkaitan dengan evaluasi hanyalah bersifat sugestif dan tidak mengevaluasi secara keseluruhan yang diinginkan.
F. Jenis – Jenis Buku Teks
Buku teks memiliki aneka jenis atau ragam. Menurut pengamatan penulis  ada empat dasar atau patokan yang digunakan dalam pengklasifikasian buku teks. Patokan – patokan itu adalah :
1.      Berdasarkan mata pelajaran atau bidang studi ( terdapat di SD,SMP, SMA)
2.      Berdasarkan mata kuliah bidang yang bersangkutan
3.      Berdasarkan penulisan buku teks
4.      Berdasarkan jumlah penulis buku teks
Dari segi cara penulisan buku teks dibagi menjadi tiga yaitu :
1.      Buku teks tunggal
Buku teks tunggal adalah buku teks yang hanya terdiri atas satu buku saja, contoh :
Tarigan , Henry Guntur .1985.Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia.Bandung :Penerbit Angkasa.

2.      Buku teks berjilid
Buku teks berjilid adalah buku pelajaran untuk satu kelas tertentu atau untuk satu jenjang sekolah tertentu, contoh :
Depdikbud.1981.Bahasa Indonesia I,II, dan III . Jakarata : Proyek pengadaan buku pelajaran, Perpustakaan dan keterampilan SLU.

3.      Buku teks berseri
Buku teks berseri adalah buku pelajaran berjilid mencakup beberapa jenjang sekolah , misalnya dari SD , SMP , SMA, contoh :
Tarigan, Henry Guntur dan Djago Tarigan.1985.Terampil Berbahasa Indonesia ( untuk SD – 9 jilid).Bandung : Penerbit Angkasa.

Berdasarkan jumlah penulis ,buku teks dibagi menjadi buku teks penulis tunggal dan penulis kelompok.

a.       Penulis tunggal
Penulis tunggal ialah penulis yang menyiapkan buku teks tertentu seorang diri( buku teks tunggal). Buku teks tunggal biasanya digarap oleh penulis perseorangan.

b.      Penulis kelompok
Penulis kelompok ialah penulis yang terdiri atas beberapa orang untuk menyiapkan buku teks tertentu.Buku teks berjilid dan berseri biasanya digarap oleh penulis tim.

Pengarang buku teks harus memenuhi persyaratan diantaranya :

-       Berkemauan keras
-       Berdisiplin kerja yang tinggi
-       Berpengalaman di bidangnya

G.  Simpulan
Buku teks merupakan  buku pelajaran dalam bidang studi tertentu ,yang merupakan buku standar ,yang disusun oleh para pakar dalam bidang itu untuk mencapai tujuan instruksional tertentu yang dilengkapi dengan sarana – sarana pengajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya sehingga dapat menunjang suatu program pengajaran. Sebagai salah satu bahan ajar , buku teks hendaknya disusun berdasarkan kurikulum yang berlaku dan berorientasi pada tujuan pengajaran .
Seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran jangan hanya mengacu pada buku teks sebagai bahan ajar. Buku teks hanya berfungsi sebagai salah satu sarana pengajaran. Disamping buku – buku teks , hendaknya guru harus mengembangkan bahan ajar  baik cetak maupun noncetak. Guru memiliki wewenang dan tanggung jawab profesionalitas dalam memilih ,mengembangkan, dan menyajikan bahan ajar.
H. Daftar Pustaka
Tarigan , Henry Guntur dan Djago Tarigan.1986.Telaah Buku Teks Bahasa Indonesia. Bandung : Penerbit Angkasa.
www.masnurmuslich.blogspot.co.id





Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...