Kamis, 27 September 2012

Ragam Menyimak


Kegiatan menyimak mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Ragam menyimak menurut Sutari, dkk (1997: 28-33), diklasifikasikan berdasarkan sumber suara, taraf aktifitas menyimak, taraf hasil simakan, cara penyimakan, bahan simakan, tujuan menyimak, dan tujuan spesifik.
Berdasarkan sumber suara yang disimak, terdapat dua ragam menyimak, yaitu menyimak intrapribadi dan menyimak antarpribadi. Menyimak intrapribadi adalah suara yang disimak berasal dari diri sendiri, sedangkan menyimak antarpribadi adalah menyimak suara yang berasal dari orang lain.
Berdasarkan taraf aktifitas menyimak dibedakan atas kegiatan menyimak taraf rendah dan taraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah disebut silent listening. Menyimak taraf rendah hanya memberikan perhatian, dorongan dan menunjang pembicaran. Sedangkan menyimak taraf tinggi disebut active listening. Menyimak taraf tinggi biasanya diperlihatkan penyimak dengan mengutarakan kembali isi simakan.
Berdasarkan taraf hasil simakan terdapat beberapa ragam menyimak.
Pertama, menyimak terpusat. Menyimak ini harus memusatkan pikiran agar tidak salah melaksanakan hasil simakannya itu.
Kedua, menyimak untuk membandingkan. Penyimak menyimak pesan tersebut kemudian membandingkan isi pesan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak relevan.
Ketiga, menyimak organisasi materi. Yang dipentingkan oleh penyimak adalah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembicara, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.
Keempat, menyimak kritis. Penyimak melakukan menyimak secara kritis dengan cara menganalisis pesan yang disimaknya untuk kejelasan penyimak meminta data lebih lengkap tentang hal yang dikemukakan pembicara.
Kelima, menyimak kreatif dan apresiatif. Penyimak ini memberi reaksi lebih jauh terhadap hasil simakannya dengan memberi respon setelah penyimak memahami dan menghayatinya betul pesan itu ia memperoleh informasi yang dapat melahirkan pendapat baru sebagai hasil kreasinya.

Menyimak


      1. Pengertian Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa pertama ketika manusia memperoleh bahasa. Menyimak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai sarana berinterkasi dan komunikasi. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan pertama kali yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran sebelum keterampilan yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis. Dengan demikian keterampilan menyimak adalah keterampilan terpenting sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis.
Menyimak menurut Akhdiat (dalam Sutari 1997: 19), ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Anderson (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Russel & Russel (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Menurut Tarigan (1994: 28), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Subyantoro dan Hartono (2003: 1-2 dalam Suratno 2006), menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang
dilakukan dengan sengaja penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu
menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
Dari pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh suatu pesan, informasi dan menangkap isi pesan tersebut yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa lisan yang telah disimak.

Menulis Karangan Deskripsi


Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan pembaca melihat sendiri objek itu.
Dalam deskripsi pembaca melihat objek kajian secara hidup-hidup dan konkret; melihat objek secara bulat (Keraf, 1995: 16). Deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis melalui pancainderanya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung.
Dalam deskripsi terdapat proses, yang selanjutnya penulis memindahkan kesan-kesan yang ditangkap oleh panca inderanya melalui pengamatan kemudian merangkainya dalam bentuk bahasa yang teratur dan disampaikan kepada pembaca dengan tujuan agar pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis.
Menurut Keraf (1981: 94) berdasarkan tujuannya wacana deskripsi dibedakan  menjadi dua macam yaitu: (1) deskripsi sugestif dan (2) deskripsi teknis atau deskripsi ekspositoris. Dalam wacana deskripsi sugestif penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan objek melalui kesan atau interpretasi. Dengan kata lain, deskripsi sugestif berusaha untuk menciptakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut melalui imajinasi para pembaca. Di pihak lain, deskripsi teknis atau ekspositoris hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi mengenai suatu objek sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tersebut, tidak berusaha untuk menciptakan kesan atau imajinasi pada diri pembaca.

Menulis


a. Pengertian Menulis
Menulis adalah kegiatan mengabadikan bahasa dengan tanda-tanda grafis yang disertai dengan aktivitas berpikir dan berbahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 1219) menulis diartikan sebagai kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan; membuat huruf dengan pena.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis sang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus malalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan, 1985: 3-4).
Robert Lado (lewat Suriamiharja, 1996:1) menyatakan bahwa: To write is to put down the graphic symbols that represent a language one understand, so that other can read these graphic representation. Kalimat di atas dapat diartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.
Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain  secara tertulis. Selanjutnya, juga dapat diartikan bahwa menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa teori di atas yaitu bahwa menulis adalah kegiatan berbahasa secara tidak langsung yaitu dengan melukiskan atau menuangkan ide, gagasan, atau perasaan dalam bentuk grafis atau lambang-lambang grafis berupa huruf, kata, kalimat, dan parangaf secara utuh dan bermakna.

Kosakata

a. Pengertian Kosakata
Ada beberapa pengertian kosakata yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa. Menurut Mukidi (1994: 43) kosakata sama dengan leksikon. Di sini leksikon diartikan sebagai perbendaharaan kata dalam suatu bahasa. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 597) kosakata diartikan sebagai perbendaharaan kata. Kridalaksana (1993: 127) menjelaskan bahwa kosakata sama dengan leksikon, sedangkan yang dimaksud dengan leksikon adalah: (1) komponen bahasa yang memuat secara informatif tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa, (2) kekayaan kosakata yang disusun seseorang pembicara atau penulis, (3) daftar kata yang disusun dengan penjelasan singkat dan praktis.
Dari uraian di atas, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat daftar kata-kata beserta batasannya yang penggunaannya sesuai dengan makna dan fungsinya.
 Adiwimanta (lewat Dipodjojo, 1984: 21) membatasi pengertian kosakata pada:
1.      semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa,
2.      kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau dipergunakan oleh sekelompok orang dalam suatu lingkungan yang sama,
3.      kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan,
4.      seluruh morfem yang ada dalam suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai dengan batasan dan keterangannya. 
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan sejumlah kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Dengan demikian, penguasaan kosakata dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menguasai dan mempergunakan kata-kata atau perbendaharaan kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

Sabtu, 22 September 2012

Bentuk Ulang (Reduplikasi)


        A. Konsep Reduplikasi
Secara sederhana, reduplikasi diartikan sebagai proses pengulangan. Hasil dari proses pengulangan itu dikenal sebagai kata ulang (Sutanyaya, 1997: 130). Selanjutnya Kridalaksana (1983: 143) menjelaskan bahwa reduplikasi adalah suatu proses dan hasil pengulangannya satuan bahasa sebagai alat fonologis dan gramatikal. Ahli lain, Ramlan (1983: 55) mengatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan tersebut disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Selanjutnya, Keraf (1980: 119) dalam bukunya mengatakan, kata-kata ulang disebut reduplikasi. Istilah ini digunakan dalam tata bahasa pertama berdasarkan bentuk perulangan dalam bahasa barat, jadi bahasa Indonesia konsepsi sendiri tentang kata ulang. Dari pendapat kedua ahli tersebut di atas, jelas tergambar bahwa konsep reduplikasi (proses pengulangan kata) berhubungan dengan kata (termasuk perubahan bunyi kata), fungsi dan makna kata, karena disebutkan berhubungan dengan gramatika.
Dengan melihat konsep tersebut, dalam konteks ilmu bahasa, reduplikasi termasuk dalam kajian morfologi. Karena reduplikasi memiliki status yang sama dengan proses pembentukan kata dalam morfologi. Sebagaimana afiksasi dan penjamakan kata (kompositam). (Keraf, 1983: 120)
Sebagai proses pembentukan kata, reduplikasi dialami oleh semua bahasa di dunia. Kondisi ini sesuai dengan konsep langue dan parole yang dikemukakan oleh De Seassure (dalam Verhaar, 1980: 114). Langue berhubungan dengan kondisi umum semua bahasa. Artinya setiap unsur dan proses tata bahasa (gramatikalisasi) dialami dan dimiliki oleh semua bahasa. Hanya saja realisasi dari unsur dan proses tersebut yang berbeda-beda pada masing-masing bahasa di dunia.
Contoh :
-      Untuk menyatakan kegiatan yang terjadi berulang-ulang pada kata yang dialami oleh semua bahasa . Fenomena tersebut merupakan fenomena langue.
-  Kata berputar-putar (pengulangan kata dasar putar) : parole dalam bahasa Indonesia. 
B. Jenis Kata Ulang
Keraf (1984: 120) membagi kata ulang (reduplikasi) menjadi empat bagian :
a.    Kata ulang dengan perubahan suku awal
Contoh :
-      tanam-tanaman : tetanaman

b.   Kata ulang dengan perubahan seluruh (utuh) (Dwilingga)
Contoh :
-      buah : buah-buah
-      rumah : rumah-rumah
c.    Kata ulang dengan perubahan bunyi pada satu fonem atau lebih.
Contoh :
-      gerak-gerik : gerak-gerik
-      sayur-mayur : Sayur-mayur
d.   Kata ulang berimbuhan
Contoh :
-      main-main : bermain-main
-      kuda-kuda : kuda-kudaan 
   Ahli  lain,  Kridalaksana (1983: 143) membagi kata ulang (reduplikasi)  menjadi delapan bagian :
a.    Kata ulang (reduplikasi) antisipatoris, yakni reduplikasi yang terjadi karena pemakai bahasa mengantisipasikan bentuk yang diulang ke depan.
Contoh : tembak - menembak
b.   Kata ulang (reduplikasi) fonologis, yakni pengulangan unsur-unsur fonologis (fonem, suku kata, kata).
Contoh : laki-laki : lelaki
c.    Kata ulang (reduplikasi) grammatikal, yakni pengulangan fungsional dari suatu bentuk dasar (mencakup morfologi dan sintaksis).
Contoh : besar : membesar-besarkan
             putar : memutar-mutar
d.   Kata ulang (reduplikasi) idiomatis, yakni kata ulang yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari bentuk yang diulang.
Contoh : mata-mata à bukan pengulangan kata mata dengan makna panca indra.
e.    Kata ulang (reduplikasi) konsekutif, yakni kata ulang yang terjadi karena pemakai bahasa mengungkap lagi bentuk yang sudah diungkap (perulangan terjadi ke belakang).
Contoh : tembak menembak-nembak
f. Kata ulang (reduplikasi) morfologis, yakni pengulangan morfem yang menghasilkan kata.
Contoh : kabar : mengabar-ngabarkan
               naik   : menaik-naikkan
g.    Kata ulang non idiomatis, yakni perulangan yang maknanya jelas dari bagian yang diulang maupun dari prosesnya.
Contoh : kertas-kertas : banyak kertas
             Rumah-rumah : banyak rumah.
h.   Kata ulang (reduplikasi) sintaksis, yakni proses pengulangan yang menghasilkan klause.
Contoh : jauh-jauh : walaupun jauh
          Ahli lain, Ramlan (1983: 55) membagi kata ulang (Reduplikasi) menjadi empat bagian :
a.    Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses perubahan afiks.
Contoh :
-      sepeda : sepeda-sepeda
-      buku : buku-buku
-      kebaikan : kebaikan-kebaikan
b.   Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, dengan kata lain bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.
Contoh :
-      lelaki : bentuk dasar laki
-      tetamu : bentuk dasar tamu
-      beberapa : bentuk dasar berapa
c.    Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi.
Contoh :
-   kereta-keretaan : bentuk dasar kereta
-   gunung-gunungan : bentuk dasar gunung
d.   Pengulangan dengan perubahan fonem
Kata ulang yang perubahannya termasuk sebenarnya sangat sedikit.
Contoh :
-   gerak : gerak-gerik
-   serba : serba-serbi
-   rebut : berebut-rebutan
    C.   Bentuk Dasar Kata Ulang
      Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Jadi satuan yang diulang itu disebut kata dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk kata dasarnya.
Contoh :
-      rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah

Cara Mengembangkan Kebiasaan Membaca

Cara Mengembangkan Keterampilan Membaca


Salah satu tugas guru ialah membimbing dan membantu siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini adalah keterampilan membaca.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar siswa memiliki keterampilan membaca ialah:
1)            Membantu siswa untuk memperkaya kosakata dengan cara:
a)      Memperkenalkan sinonim, antonim, parafrase, kata-kata dasar yang mendasar sama.
b)      Memperkenalkan imbuhan (awalah, sisipan dan akhiran).
c)      Mengira-ngira makna kata-kata dari konteks atau hubungan kalimat.
d)     Menjelaskan arti suatu kata abstrak.
2)            Membantu siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan sebagai dan diberikan seperlunya.
3)            Guru dapat memberikan penjelasan pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, pribahasa.
4)            Guru mengajukan pertanyaan menanyakan ide pokok suatu paragraf, menunjukan kalimat yang kurang baik, menyuruh membuat rangkuman.
5)            Guru menyuruh membaca dalam arti dengan waktu yang terbatas, bibir tidak boleh digerak-gerakkan. Agar hal ini dapat berhasil dengan baik di informasikan kepada siswa tentang tujuan membaca itu, misalnya:
Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pikiran pokok dan sebagainya.
Apabila langkah-langkah itu telah dilakukan oleh guru, besar kemungkinan keterampilan siswa dalam membaca akan meningkat. Maka perlu sekali calon guru memahami langkah-langkah seperti yang disebutkan di atas.
Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan keterampilan membaca. Beberapa contoh langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan-kemapuan membaca:
1)      Melatih kemampuan membaca ide pokok sebuah wacana, langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Setiap paragraf, kelompok menentukan ide pokok.
b)      Setelah itu didiskusikan untuk menetapkan judul yang tepat.
c)      Setiap pasangan memusatkan perhatian pada kalimat topik serta paragraf wacana tersebut.
d)     Setiap pasangan memperhatikan/membaca rangkuman bab terakhir.
2)      Melatih kemampuan memahami bagian sebuah wacana, langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)      Bahan bacaan ditentukan guru.
b)      Setiap kelompok mencatat sebanyak-banyaknya bagian yang terdapat pada bacaan untuk mempermudah digaris bawahi.
c)      Setelah itu pasangan membacakan hasil kerjanya, kemudian dicocokkan dengan yang asli.
d)     Guru dan siswa memeriksa hasil jawaban yang berpedoman pada kunci jawaban.
3)      Melatih kemampuan mengenal kalimat yang tak ada hubungannya dalam wacana. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)      Bahan bacaan ditentukan guru.
b)      Setiap pasangan atau kelompok menentukan tempat kalimat yang salah (tidak berhubungan).
c)      Mendiskusikan.
d)     Diperiksa bersama hasil dari tiap-tiap kelompok, dibicarakan kesalahan-kesalahan.
4)      Melatih kemampuan untuk kritis terhadap bacaan, langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)      Setiap kelompok membuat pertanyaan-pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai isi bacaan.
b)      Setelah itu antara kelompok tukar pekerjaan dan memberikan penilaian yang sebelumnya telah diarahkan oleh guru.
DP. Tampubolon mengatakan bahwa “Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi16. Kemampuan membaca ditentukan oleh faktor-faktor pokok yang berikut:
1)      Kompetensi Kebahasaan
Penguasaan bahasa (dalam hal ini bahasa Indonesia) secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokan kata.
2)      Kemampuan Mata
Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien.
3)      Penentuan Informasi Fokus
Yaitu menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca.
4)      Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca
Yakni cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah baca pilih, baca lompat, baca-layap, dan baca-tatap.
5)      Fleksibilitas Membaca
Yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca. Yang dimaksud dengan strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca, dan gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti keterbacaan.
6)      Kebiasaan Membaca
Yaitu minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara maksimal dalam diri seseorang17. Faktor kebiasaan membaca akan penulis kemukakan lebih lanjut lagi.


   16 DP. Tampubolon, Loc. Cit., hlm. 242
   17 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 244

Metode Pengajaran Membaca


Metode pengajaran membaca akan sedikit banyak dipengaruhi oleh materi, metode-metode yang lazim di pakai antara lain:
a)            Metode Ceramah
Penuturan bahan pengajaran secara lisan.
b)            Metode Diskusi
Yakni bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas. Metode ini berusaha mendiskusikan suatu masalah dan mencari jalan keluarnya serta melatih keterampilan berpikir murid secara kritis.
c)            Metode Pemberian Tugas
Yakni memberikan kesempatan kepada siswa melakukan tugas yang  berhubungan dengan pelajaran seperti mengerjakan soal-soal.
d)           Metode Tanya Jawab
Yakni metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat terarah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
e)            Metode Sosio Drama atau Bermain Peran Dan lain-lain
Semua metode pada dasarnya baik. Hal ini berhubungan dengan jenis materi, tujuan materi, tujuan dan situasi serta keterampilan guru yang menggunakannya. Pemilihan metode yang tepat dalam pelaksanaan pengajaran membaca inilah yang dinamakan teknik. Jadi teknik adalah operasional yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pengajaran membaca.
f)             Metode Karyawisata
Mengajar dengan peragaan secara langsung berupa objek pelajaran yang sesungguhnya, sehingga murid memperoleh gambaran langsung tentang apa yang dipelajarinya.
g)            Metode Demontrasi dan Eksperimen
Mencoba mengusahakan agar para murid memperoleh pengertian lebih jelas tentang suatu hal, misalnya dengan peragaan atau murid mencoba sendiri.
h)            Metode Drill
Metode mengajar dengan latihan-latihan.

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...