Sabtu, 02 Juni 2012

TES MENYIMAK



A.     Pengertian
Menyimak merupakan kemampuan yang memungkinkan seseorang pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan. Karena banyaknya komunikasi sehari-hari yang dilakukan secara lisan, kemampuan ini amat penting dimiliki oleh setiap pemakai bahasa. Tanpa kemampuan menyimak yang baik, akan terjadi banyak kesalahpahaman dalam komunikasi antara sesama pemakai bahasa, yang dapat menyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sehari-hari. Oleh karena itu kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa, terutama bila tujuan penyelenggaraanya adalah penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya. Dalam pengajaran bahasa semacam itu, perkembangan dan tingkat penguasaan kemampuan menyimak perlu dipantau dan diukur melalui penyelenggaraan tes menyimak.
Achsin (1981) mengatakan bahwa keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan berbicara yang baik. Apabila kemampuan seseorang dalam menyimak kurang, dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar dengan baik.
Menurut Nunan (1991) munculnya kesulitan dalam menyimak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, (1) susunan informasi (teks yang berisi informasi yang disusun secara kronologis lebih mudah dipahami dari pada yang tidak kronologis, (2) latar belakang pengetahuan penyimak mengenai topik yang disimak, (3) kelengkapan dan kejelasan informasi yang disimak, (4) jenis kata yang digunakan, dan (5) deskripsi  yang ada dalam teks yang disimak.




B.     Teknik  Perkembangan Menyimak
 Teknik-teknik yang dapat dilakukan untuk mengetahui perkembangan siswa pada keterampilan mendengarkan  sebagai berikut:
1.      Wawancara  
Wawancara  merupakan cara yang ideal untuk mengetahui keadaan siswa. Siswa dapat memberikan tanggapan baik secara lisan maupun tertulis. Dengan wawancara guru dapat memperoleh informasi yang mencerminkan sikap, strategi, kesenangan dan tingkat kepercayaan diri  siswa (Rofi’uddin dan Zuhdi, 1999). Melalui wawancara guru dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya terhadap ketertarikan dan minat siswa pada materi menyimak yang telah diajarkan.
2.      Observasi.
Pengamatan atau observasi dilakukan oleh guru dengan melihat dan mencatat hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan menyimak secara individu. Kegiatan observasi menyimak dilakukan tidak hanya ketika pembelajaran menyimak tetapi bisa dilaksanakan pada saat pengajaran keterampilan berbahasa yang lain. Dalam merekam perkembangan menyimak ini, guru menggunakan buku atau lembar observasi untuk setiap siswa. Catatan observasi ini berisi prilaku siswa saat pembelajaran berlangsung. Misalnya laporan tentang fokus perhatian serta respon siswa pada saat guru melontarkan pertanyaan.           
3.      Portofolio          
 Portofolio adalah kumpulan hasil karya siswa yang representatif menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam suatu periode waktu tertentu, misalnya satu catur wulan, satu semester, dst, (Iskandar, 1997). Kumpulan hasil karya siswa ini menggambarkan apa yang dapat dikerjakan oleh siswa dalam menyimak. Data yang didapat dari portofolio digunakan untuk mengetahui perkembangan belajar menyimak siswa. Portofolio juga dapat membantu siswa merefleksikan apa yang telah mereka pelajari.           
4.      Jurnal dalam Menyimak      
      Jurnal adalah rekaman tertulis tentang  apa yang telah dipelajari oleh siswa. Jurnal dapat digunakan untuk merekam atau meringkas aspek-aspek yang berhubungan dengan topik-topik kunci yang dipahami,  perasaan siswa terhadap pembelajaran, kesulitan yang dialami, atau keberhasilan di dalam memecahkan masalah, komentar yang dibuat oleh siswa tentang upaya yang dilakukan dalam mencapai kompetensi yang dipelajari.

C.     Persiapan Khusus Tes Kemampuan Menyimak
Penggunaan media rekaman untuk pelaksanaan tes menyimak sangatlah diperlukan karena media rekaman memunyai beberapa keuntungan, antara lain:
a.       menjamin tingginya ketepercayaan tes,
b. memungkinkan kita untuk membandingkan prestasi antar kelas yang satu dengan yang lain walaupun selang waktu cukup lama,
c.  jika tes memiliki tingkat kesahihan dan ketepercayaan yang memadai, dapat dipergunakan berkali-kali,
d. dalam pengajaran bahasa asing dapat untuk menggantikan kehadiran penutur asli,
e.  dapat merekam situasi-situasi tertentu pemakaian bahasa untuk dibawa ke kelas karena bersifat pragmatik,
f.   guru dapat mengontrol pelaksanaan tes dengan lebih baik.
Sedangkan kelemahannya yaitu, guru harus menyediakan perangkat kerasnya di ruang ujian. Di samping itu, jika belum ada program rekaman untuk latihan atau tes dalam bahasa Indonesia, guru perlu menyiapkan sendiri.


D.     Bahan Kebahasaan Tes Kemampuan Menyimak
Kemampuan menyimak (komprehensi lisan, komprehensi dengar) sebagai kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Oleh karena itu bahan kebahasaan yang sesuai tentulah wacana. Tes komprehensi lisan dimaksudkan untuk mengukur kemampuan siswa menangkap dan memahami informasi yang terkandung di dalak wacana tersebut yang diterima melalui saluran pendengaran.
Pemilihan wacana sebagai bahan untuk tes kemampuan menyimak hendaknya juga mempertimbangkan adanya beberapa faktor. Secara umum faktor-faktor yang dimaksud tidaklah berbeda halnya dengan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan bahan tes struktur dan kosa kata. Akan tetapi, untuk tes kemampuan menyimak, pemilihan bahan tes lebih ditekankan pada keadaan wacana, baik dilihat dari segi tingkat kesulitan, isi, dan cakupan, maupun jenis-jenis wacana.
1.      Tingkat Kesulitan Wacana
Tingkat kesulitan wacana terutama ditinjau dari faktor kosa kata dan struktur yang dipergunakan. Jika kosa kata yang dipergunakan sulit, bermakna ganda dan abstrak, jarang dipergunakan, struktur kalimatnya juga kompleks, wacana tersebut termasuk wacana yang tinggi tingkat kesulitannya. Akan tetapi, jika kedua aspek kebahasaan tersebut sederhana, wacana itu pun akan sederhana pula. Jika hanya salah satu aspek saja yang sulit, wacana yang bersangkutan masih tergolong agak sulit.
2.      Isi dan Cakupan Wacana
Isi dan cakupan wacana biasanya juga mempengaruhi tingkat kesulitan wacana. Jika isi atau cakupan wacana itu sesuai dengan minat dan kebutuhan (berkaitan dengan perkembangan psikologis) siswa, dan sesuai dengan bidang yang dipelajari, hal itu akan mempermudah wacana yang bersangkutan. Sebaliknya jika isi wacana itu tidak sesuai dengan minat dan kebutuhan atau tidak sesuai dengan bidang yang dipelajari siswa, ia akan menambah tingkat kesulitan wacana yang bersangkutan. Hal itu akan berbeda halnya jika wacana yang diteskan berisi hal-hal yang bersifat umum.
Wacana yang akan diteskan hendaknya yang berisi hal-hal yang bersifat netral sehingga sangat dimungkinkan adanya kesamaan pandangan terhadap isi masalah itu. Sebaliknya, hendaklah kita menghindari wacana yang berisi suatu pandangan atau keyakinan golongan tertentu, sesuatu yang bersifat controversial. Hal tersebut bisa menimbulkan adanya perbedaan pendapat, atau paling tidak lebih dari satu jawaban yang benar.
3.      Jenis-jenis Wacana
Dari segi panjangnya, wacana ada yang berupa sebuah buku, bab-bab dari sebuah buku, paragraf. Selain itu, wacana dapat berupa sebuah dialog atau bukan dialog (narasi, diskripsi, ceramah,dsb.)
Wacana yang akan diambil untuk tes kemampuan menyimak dapat berbentuk dialog atau bukan dialog. Akan tetapi, untuk pertimbangan kepraktisan, kita perlu membatasi panjang wacana yang diteskan. Yang terpenting adalah dari segi validitas tes itu terpenuhi. Artinya, tes itu benar-benar mampu mengungkap kemampuan menangkap dan memahami bahasa lisan. Adapun jenis-jenis dan bentuk wacana yang sering dipergunakan dalam tes kemampuan menyimak adalah sebagai berikut:
a.       Pertanyaan atau pernyataan singkat
Para peserta tes diberi sebuah rangsangan berupa sebuah pertanyaan atau pernyataan singkat yang berupa kalimat. Rangsangan diberikan secara lisan atau hanya diperdengarkan, sedangkan alternatif jawabannya disediakan secara tertulis dalam lembar tersendiri (booklet).
b.      Dialog
Rangsangan yang diperdengarkan kepada siswa berupa sebuah dialog antara orang pertama  dengan orang kedua , dan suara orang ketiga yang mengajukan pertanyaan pemahaman tentang dialog antara kedua orang yang telah diperdengarkan sebelumnya. Alternatif  jawaban disediakan secara tertulis pada lembar tugas yang tersedia.
Tes dalam bentuk dialog tersebut, jika dibaca dengan lagu yang sesuai dan ditambah dengan sedikit gangguan suara lian, akan mendekati kenyataan pemakaian bahasa yang sesungguhnya dan bersifat pragmatik. Tes kemampuan menyimak bentuk dialog tersebut lebih disarankan karena dapat mengungkap secara menyakinkan kemampuan siswa memahami dialog.
c.       Ceramah
Rangsangan yang diperdengarkan berupa ceramah selama lima sampai delapan menit. Selama mendengarkan ceramah siswa diperbolehkan membuat catatan-catatan yang dianggap penting. Setelah selesai mendengarkan ceramah, siswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disajikan secara tertulis dalam lembar tugas yang sengaja disediakan.
Bahan ceramah yang diteskan dapat ceramah yang bersifat langsung ataupun tidak langsung. Bahan ceramah langsung adalah bahan yang langsung direkam dari kegiatan ceramah sesungguhnya. Dengan demikian, semua aktivitas verbal yang terjadi sewaktu berlangsungnya ceramah, baik yang berasal dari penceramah maupun pendengar, dan bahkan suara-suara lain, ikut terekam. Suara-suara tersebut biasanya justru menjadi pengganggu. Bahkan ceramah yang demikian, benar-benar mencerminkan pemakaian bahasa yang sesungguhnya dan bersifat pragmatik.
Ceramah yang tidak langsung pada hakikatnya bukanlah merupakan ceramah, melainkan pembacaan sebuah teks yang sengaja direkam untuk maksud penyusunan tes kemampuan menyimak. Pembacaan teks tersebut biasanya dilakukan di tempat tertentu yang rapat, misalnya di studio, sehingga rekaman yang dihasilkan bersih, tidak ada suara-suara yang bersifat mengganggu. Oleh karena itu, ceramah yang tidak langsung itu kurang bersifat pragmatik. Dilihat dari tingkat kesulitan wacana, ceramah tidak langsung biasanya lebih mudah daripada langsung.

4.      Tingkatan Tes Kemampuan Menyimak
Tingkatan-tingkatan itu sebagai berikut:
a.       tes kemampuan menyimak tingkat ingatan,
Tes kemampuan menyimak pada tingkat ingatan sekedar menuntut siswa untuk mengingat fakta atau menyebutkan kembali fakta-fakta yang terdapat di dalam wacana yang diperdengarkan sebelumnnya. Fakta itu mungkin berupa nama, peristiwa, angka, tahun,dsb. Bentuk tes yang dipergunakan dapat tes bentuk objektif isian singkat ataupun bentuk pilihan ganda.
b.      tes kemampuan menyimak tingkat pemahaman,
Tes kemampuan menyimak pada tingkat kemampuan menuntut siswa untuk dapat memahami wacana yang diperdengarkan. Kemampuan pemahaman yang dimaksud mungkin terhadap isi wacana, hubungan antaride, antarfaktor, antarkejadian, hubungan sebab akibat, dsb. Akan tetapi, kamampuan pemahaman pada tingkat pemahaman ini belum kompleks benar, belum menuntut kerja kognitif tingkat tinggi. Jadi, kemampuan pemahaman dalam tingkat sederhana. Dengan kata lain, butir-butir tes tingkat ini belum sulit.
Akan tetapi, penyusunan redaksi butir tes hendaklah tidak langsung mengutip kalimat atau frase yang terdapat dalam wacana, melainkan membuat paraftasenya. Kemampuan siswa memahami atau memilih paraphrase secara tepat merupakan bukti kuat bahwa mereka memahami wacana yang didengarnya. Sebaliknya, jika butir-butir tes hanya menguti secara verbatim kalimat atau frase yang ada dalam wacana, butir tes akan lebih bersifat ingatan daripada pemahaman.
c.       tes kemampuan menyimat tingkat penerapan,
Tes pada tingkat penerapan ini dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan siswa menerapkan konsep atau masalah tertentu pada situasi yang baru. Konsep itu berupa struktur atau kosa kata.
Butir-butir tes kemampuan menyimak yang dapat dikategorikan tes tingkat penerapan yaitu butir tes yang terdiri dari pernyataan (diperdengarkan) dan gambar-gambar sebagai alternatif jawaban yang terdapat di dalam lembar tugas (Harris,1979 dan Amran Halim, 1984:58). Kepada siswa diperdengarkan sebuah wacana (kalimat) satu kali, dan tugas siswa adalah memilih di antara beberapa gambar yang disediakan yang sesuai dengan wacana.
d.      tes kemampuan menyimak tingkat analisis,
Tes kemampuan menyimak pada tingkat analisis pada hakikatnya tes untuk memahami informasi dalam wacana yang diteskan. Akan tetapi, untuk dapat memahami informasi atau memilih alternatif jawaban yang tepat, siswa dituntut untuk melakukan kerja analisis. Tanpa melakukan kerja analisis wacana, jawaban yang tepat secara pasti belum dapat ditentukan. Dengan demikian, butir tes tingkat analisis lebih kompleks dan sulit daripada butir tes pada tinkat pemahaman.

E.      Teknik Evaluasi Hasil Menyimak
            Berikut  disajikan teknik-teknik dalam melaksanakan evaluasi menyimak. Seperti yang dipaparkan Djiwandono (1996) ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan menyimak siswa, diantaranya sebagai berikut:
1.      Menjawab pertanyaan frasa
      Petunjuk: dengarkan masing-masing frase berikut dengan seksama kemudian tulis jawab pertanyaan yang menyertainya.       
1)      Frase: {siswa  kelas empat} 
 pertanyaan: berapa jumlahnya?            
2)      Frase: {seragam sekolah}  
pertanyaan: apa warna yang kalian pakai hari ini?
2.      Menjawab pertanyaan kalimat           
      Petunjuk: dengarkan masing-masing kalimat berikut dengan seksama kemudian tulis jawab pertanyaan yang menyertainya.
1)      kalimat: {kendaraan sering mogok} 
 pertanyaan: apa yang harus dilakukan?        
2)      kalimat: { tsunami membuat warga aceh menjadi menderita}                
pertanyaan: apa saja yang mereka butuhkan?
3.      Merumuskan inti wacana            
Petunjuk: dengarkan baik-baik wacana berikut kemudian tuliskan secara singkat ini dari wacana tersebut.   
1)      Supaya tubuh kita selalu dalam keadaan sehat dan segar sebaiknya laksanakan tips berikut: lakukan olahraga teratur, makan yang bergizi, banyak minum air putih, serta banyak istirahat
2)      Usaha untuk mencegah kerusakan yang lebih parah pada kendaraan kita, sebaiknya cek secara teratur, mesin, busi, oli, dan onderdil yang lain. Jika ditemukan gejala kerusakan segera dibenahi atau segera bawa ke bengkel terdekat
4.      Menjawab pertanyaan wacana         
Petunjuk: dengarkan baik-baik wacana berikut kemudian tuliskan jawaban pertanyaan tentang isi  wacana tersebut.
 Bawang Merah    
  Terima kasih tuhan. Itulah yang selalu diucapkan pak Ardi setiap kali panen bawang merah. Pak Ardi  berjuang dan merawat tanamannya dengan cara mengolah tanah, menanam, dan memupuk serta selalu menjaga tanamannya dari serangan hama. Jerih payah  pak Ardi kini sudah membuahkan hasil. Setiap panen hasilnya sangat bagus. Sedikit lebih bagus dari hasil panen teman-temannya. Banyak orang yang membeli bawang merah milik  pak Ardi.            
 Pertanyaan: (1). Tanaman apa yang ditanam Pak  Ardi? (2). Apa yang diucapkan pak Ardi setiap kali panen? (3). Bagaimana cara  pak Ardi merawat tanamannya? 
5.      Menceritakan Kembali          
Petunjuk: dengarkan baik-baik wacana berikut kemudian ceritakan kembali  wacana tersebut dengan kalimat kalian sendiri.
 Hari ini aku sangat prustasi. Di sekolah, aku ikut ingin ikut lomba adu bakat. Tadi aku mendaftatarkan diri pada panitia. Tapi ternyata pendaftaran telah ditutup. Banyak orang yang terpingkal melihat kejadian tadi. Aku sangat malu dan menjadi ciut nyali.            
    Selain teknik-teknik yang dipaparkan di atas Akhadiah (1988) memberikan alternatif evaluasi menyimak yaitu dengan memahami informasi dalam bentuk perbuatan sesuai dengan informasi. Misalnya siswa diminta untuk melakukan apa yang terdengar dari rekaman atau yang diucapkan guru. Sesuai dengan informasi yang diterima siswa memberi tanda pada peta, mengisi tabel, mencatat informasi yang didengar, dan sebagainya.

F.      SIMPULAN
                        Menyimak merupakan kemampuan yang memungkinkan seseorang pemakai bahasa untuk memahami bahasa yang digunakan secara lisan.
                        Kemampuan menyimak merupakan bagian yang penting dan tidak dapat diabaikan dalam pengajaran bahasa, terutama bila tujuan penyelenggaraanya adalah penguasaan kemampuan berbahasa selengkapnya.









DAFTAR PUSTAKA

Ardhana. 2008. Assesmen Perkembangan dan Evaluasi Hasil Mendengarkan.         Malang: Blog pada workpress.

Djiwandino, Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB   Bandung.

Nurgiantoro, Burhan. 1994. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.           Yogyakarta: BBFE-Yogyakarta.













1 komentar:

  1. untuk kutipannya sebagian belum diberikan halaman... tolong dibenahi.

    BalasHapus

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...