Tampilkan postingan dengan label Keterampilan Berbahasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keterampilan Berbahasa. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 September 2012

Ragam Menyimak


Kegiatan menyimak mempunyai bentuk yang beraneka ragam. Ragam menyimak menurut Sutari, dkk (1997: 28-33), diklasifikasikan berdasarkan sumber suara, taraf aktifitas menyimak, taraf hasil simakan, cara penyimakan, bahan simakan, tujuan menyimak, dan tujuan spesifik.
Berdasarkan sumber suara yang disimak, terdapat dua ragam menyimak, yaitu menyimak intrapribadi dan menyimak antarpribadi. Menyimak intrapribadi adalah suara yang disimak berasal dari diri sendiri, sedangkan menyimak antarpribadi adalah menyimak suara yang berasal dari orang lain.
Berdasarkan taraf aktifitas menyimak dibedakan atas kegiatan menyimak taraf rendah dan taraf tinggi. Menyimak bertaraf rendah disebut silent listening. Menyimak taraf rendah hanya memberikan perhatian, dorongan dan menunjang pembicaran. Sedangkan menyimak taraf tinggi disebut active listening. Menyimak taraf tinggi biasanya diperlihatkan penyimak dengan mengutarakan kembali isi simakan.
Berdasarkan taraf hasil simakan terdapat beberapa ragam menyimak.
Pertama, menyimak terpusat. Menyimak ini harus memusatkan pikiran agar tidak salah melaksanakan hasil simakannya itu.
Kedua, menyimak untuk membandingkan. Penyimak menyimak pesan tersebut kemudian membandingkan isi pesan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak relevan.
Ketiga, menyimak organisasi materi. Yang dipentingkan oleh penyimak adalah mengetahui organisasi pikiran yang disampaikan pembicara, baik ide pokoknya maupun ide penunjangnya.
Keempat, menyimak kritis. Penyimak melakukan menyimak secara kritis dengan cara menganalisis pesan yang disimaknya untuk kejelasan penyimak meminta data lebih lengkap tentang hal yang dikemukakan pembicara.
Kelima, menyimak kreatif dan apresiatif. Penyimak ini memberi reaksi lebih jauh terhadap hasil simakannya dengan memberi respon setelah penyimak memahami dan menghayatinya betul pesan itu ia memperoleh informasi yang dapat melahirkan pendapat baru sebagai hasil kreasinya.

Menyimak


      1. Pengertian Menyimak
Keterampilan menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa pertama ketika manusia memperoleh bahasa. Menyimak sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai sarana berinterkasi dan komunikasi. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan pertama kali yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran sebelum keterampilan yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis. Dengan demikian keterampilan menyimak adalah keterampilan terpenting sebelum melakukan kegiatan berbahasa yang lain, seperti membaca, berbicara, dan menulis.
Menyimak menurut Akhdiat (dalam Sutari 1997: 19), ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Anderson (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak adalah proses besar mendengarkan, menyimak, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan. Russel & Russel (dalam Tarigan 1994: 28), menyatakan bahwa menyimak mempunyai makna mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi.
Menurut Tarigan (1994: 28), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan.
Subyantoro dan Hartono (2003: 1-2 dalam Suratno 2006), menyatakan bahwa mendengar adalah peristiwa tertangkapnya rangsangan bunyi oleh panca indera pendengaran yang terjadi pada waktu kita dalam dalam keadaan sadar akan adanya rangsangan tersebut, sedangkan mendengarkan adalah kegiatan mendengar yang
dilakukan dengan sengaja penuh perhatian terhadap apa yang didengar, sementara itu
menyimak pengertiannya sama dengan mendengarkan tetapi dalam menyimak intensitas perhatian terhadap apa yang disimak lebih ditekankan lagi.
Dari pendapat beberapa para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan yang dilakukan dengan penuh perhatian dan pemahaman, apresiasi dan interpretasi untuk memperoleh suatu pesan, informasi dan menangkap isi pesan tersebut yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa lisan yang telah disimak.

Menulis Karangan Deskripsi


Deskripsi adalah semacam bentuk wacana yang menyajikan suatu objek atau suatu hal sedemikian rupa sehingga objek itu seolah-olah berada di depan mata kepala pembaca, seakan pembaca melihat sendiri objek itu.
Dalam deskripsi pembaca melihat objek kajian secara hidup-hidup dan konkret; melihat objek secara bulat (Keraf, 1995: 16). Deskripsi bertujuan membuat para pembaca menyadari dengan hidup-hidup tentang apa yang diserap penulis melalui pancainderanya, merangsang perasaan pembaca mengenai apa yang digambarkannya, menyajikan suatu kualitas pengalaman langsung.
Dalam deskripsi terdapat proses, yang selanjutnya penulis memindahkan kesan-kesan yang ditangkap oleh panca inderanya melalui pengamatan kemudian merangkainya dalam bentuk bahasa yang teratur dan disampaikan kepada pembaca dengan tujuan agar pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis.
Menurut Keraf (1981: 94) berdasarkan tujuannya wacana deskripsi dibedakan  menjadi dua macam yaitu: (1) deskripsi sugestif dan (2) deskripsi teknis atau deskripsi ekspositoris. Dalam wacana deskripsi sugestif penulis bermaksud menciptakan sebuah pengalaman diri pembaca, pengalaman karena perkenalan langsung dengan objek melalui kesan atau interpretasi. Dengan kata lain, deskripsi sugestif berusaha untuk menciptakan suatu penghayatan terhadap objek tersebut melalui imajinasi para pembaca. Di pihak lain, deskripsi teknis atau ekspositoris hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi mengenai suatu objek sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek tersebut, tidak berusaha untuk menciptakan kesan atau imajinasi pada diri pembaca.

Menulis


a. Pengertian Menulis
Menulis adalah kegiatan mengabadikan bahasa dengan tanda-tanda grafis yang disertai dengan aktivitas berpikir dan berbahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 1219) menulis diartikan sebagai kegiatan melahirkan pikiran atau perasaan; membuat huruf dengan pena.
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis adalah kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis sang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus malalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan, 1985: 3-4).
Robert Lado (lewat Suriamiharja, 1996:1) menyatakan bahwa: To write is to put down the graphic symbols that represent a language one understand, so that other can read these graphic representation. Kalimat di atas dapat diartikan bahwa menulis adalah menempatkan simbol-simbol grafis yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh seseorang, kemudian dapat dibaca oleh orang lain yang memahami bahasa tersebut beserta simbol-simbol grafisnya.
Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan bahwa menulis adalah berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain  secara tertulis. Selanjutnya, juga dapat diartikan bahwa menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, membuat laporan, dan sebagainya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari beberapa teori di atas yaitu bahwa menulis adalah kegiatan berbahasa secara tidak langsung yaitu dengan melukiskan atau menuangkan ide, gagasan, atau perasaan dalam bentuk grafis atau lambang-lambang grafis berupa huruf, kata, kalimat, dan parangaf secara utuh dan bermakna.

Sabtu, 22 September 2012

Membaca Pemahaman

                     Pengertian Membaca Pemahaman
M. E. Suhendar berpendapat bahwa, “Membaca pemahaman ialah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai”11.
Sedangkan Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa, “Membaca pemahaman ialah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi”12.
Untuk keterampilan pemahaman, hal yang paling tepat digunakan adalah membaca dalam hati, yang dapat dibagi dalam:
1)      Membaca ekstensif yang berarti membaca secara luas
Membaca ekstensif mencakup:
a)      Membaca Survei
Yaitu membaca dengan meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah dengan jalan melihat judul yang terdapat dalam buku-buku yang ada hubungannya, kemudian memeriksa atau meneliti bagan skema yang bersangkutan.


b)      Membaca Sekilas (Skimming)
Yaitu membaca yang membuat kita bergerak dengan cepat melihat, memperlihatkan bahan tertulis untuk mencari arti, mendapatkan informasi/penerangan.
c)      Membaca Dangkal
Yaitu membaca untuk memperoleh pemahaman yang tidak mendalam dari suatu bacaan.

2)      Membaca Intensif yang berarti studi seksama telaah, teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
Membaca Intensif mencakup:
(1)         Membaca telaah isi yang mencakup:
(a)    Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
(b)   Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis dan bukan hanya mencari kesalahan.
(c)    Membaca ide yaitu membaca yang ingin mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
(d)   Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan.
Oleh karena itu pembaca atau siswa dituntut untuk:
-          Memahami kata-kata yang dibacanya dan memahami arti
-          Mampu mengidentifikasi arti yang sudah dikenal dalam konteks yang dibaca.
-          Mampu untuk menerka arti kata yang belum dikenal dalam konteks yang dibaca.
-          Mampu menangkap ide pokok bacaan.
-          Mampu menangkap perincian.
-          Mampu memahami maksud penulis.

(2)         Membaca telaah bahasa, yang mencakup:
(a)    Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosakata.
(b)   Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sasta dari keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.



   11 M.E. Suhendar dan Pien Supinah, Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: CV. Pionir Jaya 1992) hlm. 27
   12 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 56

Jenis-Jenis Membaca



Membaca sebagai suatu aktivitas yang kompleks, mempunyai tujuan yang kompleks dan masalah yang bermacam-macam. Tujuan yang kompleks merupakan tujuan umum dari membaca. Di samping tujuan umum itu tentu terdapat pula bermacam ragam tujuan khusus yang menyebabkan timbulnya jenis-jenis membaca, ditinjau dari segi bersuara atau tidaknya orang waktu membaca itu terbagi atas:
1)      Membaca yang Bersuara
Yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca itu mencakup:
a)      Membaca nyaring dan keras
Yakni suatu kegiatan membaca yang dilakukan dengan keras, dalam buku petunjuk guru bahasa Indonesia untuk SMA disebut membacakan. Membacakan berarti membaca untuk orang lain atau pendengar, guna menangkap serta memahami informasi pikiran dan perasaan penulis atau pengarangnya. Membaca nyaring ini biasa dilakukan oleh guru, penyiar TV, penyiar radio, dan lain-lain.

b)      Membaca Teknik
Membaca teknik biasa disebut membaca lancar. Dalam membaca teknik harus memperhatikan cara atau teknik membaca yang meliputi:
(1)         Cara mengucapkan bunyi bahasa meliputi kedudukan mulut, lidah, dan gigi.
(2)         Cara menempatkan tekanan kata, tekanan kalimat dan fungsi tanda-tanda baca sehingga menimbulkan intonasi yang teratur.
(3)         Kecepatan mata yang tinggi dan pandangan mata yang jauh.

c)      Membaca Indah
Membaca indah hampir sama dengan membaca teknik yaitu membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimik membaca sajak dalam apresiasi sastra.

2)      Membaca yang Tidak Bersuara (dalam hati)
Yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Jenis membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang mencakupi:
a)      Membaca teliti.
b)      Membaca pemahaman.
c)      Membaca ide.
d)     Membaca kritis.
e)      Membaca telaah bahasa.
f)       Membaca skimming.
g)      Membaca cepat.
Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan. Jenis membaca inilah yang akan penulis kaji lebih dalam lagi.
Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
Membaca telaah bahasa mencakup dua hal, yaitu:
a)      Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata.
b)      Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sastra dari keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.
Membaca skimming (sekilas) adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok9.
Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan10.


   9 Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1989) hlm. 84
   10 Ibid., hlm. XIV-XV

Hakikat dan Tujuan Membaca

a.       Pengertian Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri.
Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu:
1)            Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca.
2)            Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.
3)            Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.1
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”2. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang  tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan / cetakan menjadi bunyi yang  bermakna. Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).
Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.
Harimurti Kridalaksana mengatakan “Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua”3
Soedarso berpendapat bahwa “Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat”4.
DP. Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan”5.
Bahkan ada pula beberapa penulis yang beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemauan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui suatu metode pengajaran membaca seperti fonik (ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan.
Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

b.      Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Henry Guntur Tarigan mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1)      Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
2)      Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
3)      Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
4)      Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
5)      Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
6)      Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).
7)      Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast)6.
Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
Membaca untuk memperoleh ide-ide utama misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.
Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita seperti menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi.
Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.
Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan misalnya untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.
Membaca menilai, membaca mengevaluasi seperti untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.
Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan dilakukan untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.
Nurhadi berpendapat bahwa tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1.      Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku.
2.      Menangkap ide pokok atau gagasan utama secara tepat.
3.      Mendapatkan informasi tentang sesuatu.
4.      Mengenali makna kata-kata.
5.      Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar.
6.      Ingin memperoleh kenikmatan dari karya sastra.
7.      Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia.
8.      Ingin mencari merk barang yang cocok untuk dibeli.
9.      Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang.
10.  Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan.
11.  Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) tentang definisi suatu istilah.7

c.       Aspek-aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.
Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1)      Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup:
a)      Pengenalan bentuk huruf
b)      Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).
c)      Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).
d)     Kecepatan membaca bertaraf lambat.
2)      Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup:
a)      Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
b)      Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.8


   1 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa 1979) hlm. 10
   2 Ibid., hlm. 7
   3 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia 1984) hlm. 122
   4 Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1989) hlm. 4
   5 DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa 1986) hlm. 228
   6 Henry Guntur Tarigan, Loc. Cit
   7 Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru 1989) hlm. 14

   8 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit hlm. 11-12

Senin, 10 Oktober 2011

DISKUSI

KARANGAN NARASI


  1. Pengertian Karangan Narasi
    Narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu (Semi, 2003:29).

    Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca tentang suatu peristiwa yang telah terjadi (Keraf, 2000:136). Dari dua pengertian yang diungkapkan oleh Atarsemi dan Keraf. Dapat kita ketahui bahwa narasi berusaha menjawab sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.

    Narasi adalah suatu karangan yang biasanya dihubung - hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu sebuah karangan narasi atau paragraf narasinya hanya kita temukan dalam novel. Cerpen, atau hikayat (Zaenal Arifin dan Amran Tasai, 2002:130). Narasi adalah karangan kisahan yang memaparkan terjadinya sesuatu peristiwa, baik peristiwa kenyataan, maupun peristiwa rekaan (Rusyana, 1982:2).

    Dari pendapat- pendapat di atas, dapat diketahui ada beberapa halyang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.
2.           Ciri-ciri Karangan Narasi
Menurut Keraf (2000:136)
- Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.
- dirangkai dalam urutan waktu.
- berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
- ada konfliks.
Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika tidak ada konfliks. Selain alur cerita, konfliks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi lebih lengkap lagi diungkapkan oleh Atar Semi (2003: 31) sebagai berikut:
- Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
- Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan keduanya.
- Berdasarkan konfliks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak menarik.
- Memiliki nilai estetika.
- Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemikakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari waktu ke waktu dan memiliki konfliks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri yang menonjolkan pelaku.
  1. Tujuan menulis karangan narasi secara fundamental yaitu:
    1.) Hendak memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan,
    2.) memberikan pengalaman estetis kepada pembaca.
  2. Langkah-langkah menulis karangan narasi
    1.) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan
    2.) tetapkan sasaran pembaca kita
    3.) rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur
    4.) bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita
    5.) Rincian peristia-peristiwa uatama ke dalam detail-detail peristiwasebagai pendukung cerita
    6.) susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang.
    Pola narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
  • Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat mengikat pembaca.
  • Bagian tengah merupakan bagian yang memunculkan suatu konflik. Konflik lalu diarahkan menuju klimaks cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur cerita akan mereda.
  • Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
  1. Jenis-jenis Karangan Narasi
    a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
    Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atay sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis, berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsursugestif atau bersifat objektif.
    b. Narasi Sugestif
    Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat
    Contoh narasi berisi fakta
Ir. Soekarno Ir. Soekarno, Presiden Republik Indonesia pertama ia adalah seorang nasionalis. Beliau memimpin PNI pada tahun 1928. Soekarno menghabiskan waktunya di penjara dan di tempat pengasingan karena keberaniannya Jiwa kepemimpinan dan perjuangannya tidak pernah pupus. Soekarno bersama pemimpin-pemimpin negara lainnya menjadi juru bicara bagi negara-negara nonblok pada Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. Hampir seluruh perjalanan hidupnya dihabiskan untuk berbakti dan berjuang.
Contoh narasi fiksi:
Aku tersenyum sambil mengayunkan langkah. Angin dingin yang menerpa, membuat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak. Kumasukkan kedua telapak tangan ke dalam saku jaket, mencoba memerangi rasa dingin yang terasa begitu menyiksa.
Wangi kayu cadar yang terbakar di perapian menyambutku ketika Eriza membukakan pintu. Wangi yang kelak akan kurindui ketika aku telah kembali ke tanah air. Tapi wajah ayu di hadapanku, akankah kurindui juga?
Ada yang berdegup keras di dalam dada, namun kuusahakan untuk menepiskannya. Jangan, Bowo, sergah hati kecilku, jangan biarkan hatimu terbagi. Ingatlah Ratri, dia tengah menunggu kepulanganmu dengan segenap cintanya.

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...