Sabtu, 22 Desember 2012

In Memorian Laskar Bintang Tujuh



Laskar Bintang Tujuh
Sebulan yang lalu, ya, tepatnya di hari Rabu, aku menerima titah untuk berpetualang ke Istana Bintang Tujuh. Sebuah Istana mungil yang sederhana dihuni oleh sekitar tiga puluhan bintang kejora. Meskipun sederhana, kerlap kerlip cahaya penghuninya menciptakan keindahan tersendiri bagi pemandangnya, sehingga istana tampak ramai,  tampak damai sedamai hati yang damai .
Pagi itu, dengan langkah ragu, dengan perasaan cemas tak menentu kubuka gerbang istana itu. Setelah gerbang kubuka aku terkejut “ selamat pagi “ sapaan ramah penghuni istana bintang tujuh meluluhkan perasaan cemasku. Rasa ragu musnah seketika berganti dengan perasaan bangga dan bahagia. Segera kubalas sapa mereka dan berkenalan dengan mereka, penghuni Istana Bintang Tujuh. Satu persatu kumulai perkenalan itu, mulai dari bintang Nuril yang bercahaya hingga bintang Kristan yang paling imut. Ah, sungguh awal perkenalan yang indah. Begitulah kesan perkenalan singkatku dengan Laskar Bintang Tujuh.Ya, begitulah aku menamainya.
Setelah perkenalan singkat itu, kumulai petualanganku di Istana Bintang Tujuh. Kujelajahi pengetahuan mereka kutransformasikan dengan pengetahuanku. Mulanya, perasaan grogi yang menghantui membuatku susah tuk melangkah dan beradaptasi dengan mereka. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, rasa grogi itu seketika berubah menjadi rasa percaya diri yang tinggi. Ya , antusiasme  Laskar Bintang Tujuh tuk ikut larut dalam permainanku menumbuhkan kekuatan tersendiri dalam diriku. Seakan –akan  telah menumbuhkan semangat juangku kembali. Rasa bangga , bahagia, haru, biru mewarnai petualanganku di istana Bintang Tujuh. Sungguh aku merasa bahagia bisa berada di tengah mereka, berbagi pengalaman bersama, bercerita ,bercanda, tertawa.. Begitulah kesanku selama bersama mereka . Berada bersama mereka bagaikan berada di tengah kilauan cahaya bintang - bintang yang bersinar. Bintang – bintang itu tengah berlomba – lomba agar dapat bersinar seterang bulan tuk menghiasi gelapnya dunia malam.
Tanpa terasa , waktu berjalan begitu cepat. Kira - kira seminggu lagi petualanganku bersama mereka kan berakhir. Mungkin aku akan merasa kesepian.Tak kan kudengar lagi celotehan bintang Ical yang menggelitik, celotehan bintang Adit yang tak pernah bahagia, celotehan bintang Kristan yang manja, Bintang Erriq yang penyayang, bintang Destari yang selalu ingin tahu, bintang Restika , bintang Rosi, bintang Pagi yang centil. Tak kan kurasakan lagi sapaan lembut bintang Putri , bintang Ayu, bintang Nathan, bintang Gary, bintang Maria, bintang Riska, bintang Nuril yang selalu bercahaya dan bintang – bintang yang lain. Tak akan kunikmati kembali salam keakraban persahabatan yang hangat dari bintang Maha, bintang Aphrodit, bintang Faricha, bintang Mida, bintang Maya,bintang Ridha , bintang Sukma dan ribuan bintang yang lain. Tak kan kulihat lagi gaya belajar bintang Bima yang unik, bintang Rama yang aktif, keseriusan bintang Putra , bintang Rasyid, bintang Ain , bintang Iful, bintang Dana , bintang Efri, bintang Mothy, bintang Geri dan semua bintang dalam Laskar Bintang Tujuh.
Begitulah cerita singkat pengalamanku berpetualang bersama Laskar Bintang Tujuh. Ucapan terima kasih kupersembahkan untuk Laskar Bintang Tujuh yang mau menerimaku, sudi bersahabat denganku. Harapanku semoga pertemuan yang singkat ini tak kan terlupa sepanjang waktu.
Semoga Laskar Bintang Tujuh dapat meraih harapan dan cita – cita , dapat bersinar seterang bulan bercahaya. Doakan aku sehat selalu, teraih semua impian dan harapanku, bermanfaat pengetahuanku, sukses dalam ujianku, lulus kuliahku dengan prestasi yang membanggakan Bapak/Ibu.          
                                                                     Kediri, 14 Oktober 2011
                                                                                  By Dewie

Rabu, 19 Desember 2012

Ragam Bahasa Jurnalistik




Bahasa bersifat arbitrer atau manasuka. Artinya bahasa dapat di-manfaatkan oeh siapa pun dan kapan pun dengan menyesuaikan situasi dan kondisinya sesuai perkembangan zaman. Karena bahasa selalu mengalami perkembangan sehingga muncul berbagai ragam atau variasi dalam pemakaiannya. Kridalaksana (dalam Rohmadi, 2011:73) mendefinisikan ragam bahasa sebagai variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda me-nurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara, orang yang dibicarakan, dan menurut medium bicaranya.
Ragam bahasa jurnalis sebagai salah satu varian dari ragam bahasa Indonesia merupakan ragam bahasa yang digunakan oleh para jurnalis/ wartawan dalam menulis karya-karya jurnalistik. Karena  memiliki keter-batasan ruang dan waktu , maka ragam bahasa jurnalistik dituntut untuk selalu berpegang pada rinsip kepadatan, keefektifan, dan kejelasan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohmadi (2011:74) :
Ragam bahasa jurnalistik sebagai salah satu varian dari pemakaian bahasa di dalam kehidupan sehari-hari harus singkat, jelas, dan efektif. Pemakaian ragam jurnalistik dituntut untuk menyesuaikan dengan media yang digunakan sangat terbatas, maka harus selalu berpegang pada prinsip kepadatan, keefektifan, dan kejelasan.

Secara spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik surat kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurna-listik majalah, radio siaran, televisi . Selain harus tunduk kepada kaidah atau prinsip-prinsip umum bahasa Indonesia, bahasa jurnalistik juga memiliki ciri-ciri yang  spesifik. Adapun ciri utama dari bahasa jurnalistik yang secara umum berlaku antara lain sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, me-narik, demokratis, mengutamakan kalimat aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah tenis, dan tunduk kepada kaidah serta etika ba-hasa baku (Sumadiria, 2008:53).
a.    Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang hetrogen, baik dilihat dari tingkat intelektualitasnya maupun karak-teristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang, tabu digunakan dalam bahasa jurnalstik.
b. Singkat.
Singkat berarti langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroslan waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada kolom-kolom hala-man surat kabar, tabloid atau majalah sangat terbatas, sementara isi-nya banyak dan beraneka ragam. Konsekuensinya apa pun pesan yang akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi dan karakteristik pers.
  1. Padat
Padat dalam bahasa jurnalistik menurut Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam bukunya Tehnik Jurnalistik (1996:45) berarti sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraf yang ditulis membuat banyak infor-masi penting dan menarik untuk khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat singkat dan kalimat padat. Kalimat singkat tidak berarti memuat banyak informasi. Tetapi kalimat yang padat mengandung lebih banyak informasi.
  1. Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufisme atau pengahlusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga etrjadi perbedaan persepsi dan kesalahan konklusi.
  1.  Jelas
Jelas berarti mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagi contoh, hitam adalah warna yang jelas, begitu juga dengan putih kecuali jika keduanya digabungkan maka akan menjadi abu-abu . per-bedaan warna hitam dan putih melahirkan kesan kontras. Jelas disini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata atau kalimatnya sesuai dengan kaidah susunan unsur kalimat (SPOK), dan jelas sasaran atau maksudnya.
  1.  Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang tidak memilki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan keculai fakta, kebenaran, kepentingan publik. Dalam perspektif orang-orang komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola pikir positif (positive thinking) dan menolak pola pikir negatif (negative thinking). Hanya dengan pola pikir positif , kepala dingin, hati jernih, dan dada lapang semua fenomena dan persoalan yang teradapat dalam masyarakat dan pemerintah dapat terlihat .
  1. Menarik
Menarik artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca. Memicu selera pembaca. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip menarik, benar dan baku.
  1.  Demokratis
Demokratis berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana dijumpai dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik menekankan aspek fungsional dan komunal, se-hingga sama sekali tidak dikenal pendekatan feodal sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan keraton.
  1. Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca dari pada kalimat pasif. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (clear dan strong). Kalimat aktif lebih me-udahkan pengertian dan memperjelas tingakt pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan membingungkan tingkat pemahaman.
  1. Menghindari kata atau istilah teknis
Karena ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus seder-hana, mudah dipahami, ringan dibaca. Salah satu cara untuk itu ialah de-ngan menghindari penggunaan kata atau istilah-istilah teknis. Kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau komuniats tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut perspektif filsafat ba-hasa, tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang heterogen. Jika peng-gunaan istilah teknis tersebut tidak dapat dihindarkan, maka istilah teknis itu harus disertai penjelasan dan ditempatkan dalam tanda kurung.
Surat kabar yang  lebih banyak memuat kata atau istilah teknis, men-cerminkan surat kabar tersebut kurang melakukan pembinaan dan pelatih-an terhadap wartawannya; tidak memiliki editor bahasa; tidak me-miliki buku panduan peliputan dan penulisan berita serta laporan;dan tidak me-miliki sikap profesional dalam mengelola penerbiatan pers yang ber-kualitas.
  1. Tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku
Pers, sebagai guru bangsa dengan fungsinya sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku, bahasa pers harus baku, benar, dan baik.
Dalam etika berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, kata-kata vulgar, kata-kata berisi sumpah serapah, kata-kata hujatan dan makian yang sangat jauh dari norma sosial budaya agama, atau dengan rendah lainnya dengan maksud untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.

Senin, 17 Desember 2012

Hujan itu Membawa Kerinduan



Ada yang bilang hujan itu bencana, tapi banyak juga yang berkata bahwa hujan itu anugerah. Hujan pengundang keluhan, tetapi juga pembangkit memori. 

Seperti hujan hari ini memutar memoriku pada peristiwa setahun lalu. Sore itu, Waktu itu Aku dan kamu duduk bersama di tempat seperti biasa . kita berdua menikmati hujan ditemani segelas susu panas di tepi bantaran sungai brantas. Butiran hujan yang jatuh menyatu dengan aliran air, menyisakan percikan yang indah. Suaranya mengalun merdu diiringi nyanyian katak berdendang ria. Begitu juga buliran hujan itu andaikan bisa bicara mereka kan bersorak bahagia dapat menyatu kembali dengan air dan bersama-sama menebar kebaikan pada semua.

Hawa dingin yang kurasakan segera sirna tatkala kusruput susu panas yang tersedia di meja. Ah, ada  kehangatan yang berbeda yang kurasakan tatkala aku duduk di sampingmu sambil bercerita seribu kisah usang.  seribu kisah usang yang kita ceritakan tak bisa terhapus oleh derasnya hujan. Karna di setiap kisah tersimpan sejuta makna yang dapat menginspirasi banyak orang, termasuk aku. Setidaknya, kamu telah menjadi inspirator aku. Karena kamu mampu mengubah hidupku. Kini, seiring berjalannya waktu semua telah berlalu. Hujan deras telah menghentikan kisahku. Aku kehilangan inspiratorku. Namun, aku tetap berharap akan muncul warna pelangi di penghujung derasnya hujan.

Tak kusangka semua berjalan begitu cepat, begitu singkat. Ketika kesetiaanku dipertaruhkan, sebisa mungkin kupertahankan. Tapi kamu telah menghancurkan segalanya. Kesetiaan yang selama ini kupertahankan tidak ada harganya. Aku kecewa, sedih, terluka. Andaikan waktu bisa diputar, aku tak akan rela membiarkan perasaanku  jatuh cinta kepadamu , bahkan menghabiskan waktu untuk bertemu sama kamu. MENYESAL...ya sepatah kata itulah yang mewakili perasaanku.

Andaikan dulu persahabatan kita tak mengenal kata cinta, pasti akan kekal selamanya. Kini, kau menjauh dariku, hilang bagai ditelan bumi. Tak ada jejak tak ada tapak, yang tersisa hanyalah seribu kisah usang yang menempel pada sebuah memori yang tersimpan di sepanjang sudut kenangan. Dan aku di sini sedang berusaha untuk ‘delete’ segala yang tersimpan dalam memori itu dan meng-upgrade dengan kisah baru yang lebih seru. Tapi apa daya, aku belum mampu..biarlah waktu yang mengubur dalam-dalam kenangan itu.

Rintik hujan mengguyur
basahi bumi yang mulai mengering
aroma tanah yang mulai basah
mengingatkan akan setitik kenangan yang tak rapuh di makan waktu yang tak berhenti berputar
beku abadi dalam memori
mengingatkanku akan dirimu..saat itu

kini saat air langit membasahi tubuhku
kotak kecil dalam memoriku tersentuh
memancarkan cahaya kenangan
saat itu juga aku berhenti berjalan
terdiam melihat sekelebat kenangan yang bergilir berganti dalam kepalaku
saat itu tak hanya air dari langit
air dari mataku juga ikut jatuh membasahi pipiku


kenangan itu mungkin tak akan terulang
namun kau selalu disini… di hatiku
yang kenangannya tak pernah rapuh dari hatiku.


Sabtu, 15 Desember 2012

RPP Berkarakter Nilai-Nilai dalam Cerpen



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )

Nama Sekolah               : SMA Negeri I Kediri
Mata Pelajaran              : Bahasa Indonesia
Kelas/semester             : X/I
Alokasi waktu                : 3 x 45 menit
Tema                               : Moral
Standar Kompetensi     : Membahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi
Kompetensi Dasar        : Menemukan nilai-nilai cerita pendek melalui kegiatan diskusi
Indikator                        :
No.
Indikator
Nilai Karakter

Menjelaskan nilai-nilai dalam karya sastra khususnya cerpen
Bersahabat dan komunikatif

Mengidentifikasi nilai-nilai ( budaya, moral, agama, politik,dsb.) dalam cerpen
Bersahabat dan komunikatif


Membandingkan nilai-nilai dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari
Bersahabat dan komunikatif

Mendiskusikan keterkaitan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek dengan peristiwa nyata dalam  kehidupan sehari-hari.

Bersahabat dan komunikatif


·         Proses
Membaca cerita pendek , menjelaskan nilai – nilai yang terkandung dalam cerpen,mengidentifikasi nilai – nilai yang terkandung vdalam cerpen,membandingkan nilai – nilai dalam cerpen dengan kehidupan sehari - hari
·         Psikomotor
Mendiskusikan keterkaitan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek dengan peristiwa nyata dalam  kehidupan sehari-hari.

·         Afektif  Perilaku berkarakter
Membentuk perilaku siswa bertanggung jawab dan rasa ingin tahu
Ketrampilan sosial.
Melakukan komunikasi dengan guru dan teman melalui bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan, serta menumbuhkan kreatifitas siswa.
Tujuan Pembelajaran      :
Setelah mempelajari materi ini, siswa mampu :
1.    menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra khususnya cerpen dengan benar,
2.    mengidentifikasi nilai-nilai budaya, moral, agama, dan politik dalam cerpen dengan benar,
3.    membandingkan nilai-nilai dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari dengan benar,
4.    mendiskusikan keterkaitan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek dengan peristiwa nyata dalam  kehidupan sehari-hari dengan benar.
Proses
1.    Diberikan cerita pendek, melalui kegiatan tanya jawab siswa mampu menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra khususnya cerpen dengan benar,
2.    Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu mengidentifikasi nilai-nilai budaya, moral, agama, dan politik dalam cerpen dengan benar,
3.    Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa mampu membandingkan nilai-nilai dalam cerpen dengan kehidupan sehari-hari dengan benar,
Kinerja proses
Melalui kegiatan diskusi kelas siswa mampu menjelaskan  keterkaitan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita pendek dengan peristiwa nyata dalam  kehidupan sehari-hari dengan benar.
Afektif 
Perilaku karakter
Terlibat dalam KBM yang berpusat pada siswa, siswa dapat menunjukkan tanggung jawab, jujur, membantu teman minimal dinilai membuat kemajuan.
Ketrampilan Sosial
Dalam KBM, siswa mampu berkomunikasi kepada guru dan temannya melalui bertanya dan berdiskusi , berpendapat,  menjawab pertanyaan dan menemukan nilai – nilai yang terkandung dalam cerpen dengan benar.

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...