Sabtu, 02 Juni 2012

Relawan Atau Sukarelawan??

Dalam bahasa Indonesia imbuhan –wan berasal dari bahasa Sanskerta. Penggunaan akhiran itu digunakan bersama kata benda, seperti bangsawan ‘orang yang memiliki bangsa’, hartawan ‘orang yang memiliki harta’, dan rupawan ‘orang yang memiliki rupa yang elok’.
Dalam perkembangannya, arti –wan meluas. Hal itu ditemukan pada kata ilmuwan ‘orang yang ahli dalam bidang ilmu tertentu’, negarawan orang yang ahli dalam bidang ilmu negara’, dan fisikawan ‘orang yang ahli dalam bidang fisika’. Jadi, -wan dalam contoh itu berarti orang yang ahli dalam bidang yang disebutkan pada kata dasarnya.
Pada kata seperti olahragawan, peragawan, dan usahawan, imbuhan –wan berarti ‘orang yang berprofesi dalam bidang yang disebutkan pada kata dasarnya’. Jadi, olahragawan berarti ‘orang yang berprofesi dalam bidang olahraga’, peragawan ‘orang yang berprofesi dalam bidang peragaan’ , dan usahawan ‘orang yang berprofesi dalam bidang usaha (tertentu).
Berdasarkan contoh tersebut, imbuhan –wan tidak pernah melekat pada kata kerja, seperti pada kata rela. Oleh karena itu, kata yang benar adalah sukarelawan yang berarti ‘orang yang dengan sukacita melakukan sesuatu tanpa rasa terpaksa’.

Sumber : http://badanbahasa.kemdikbud.go.id

ANALISIS WACANA MODEL MICHAEL FOUCOULT



  1. Pendahuluan
Saat ini pembahasan analisa diskursus atau wacana telah melampaui pakem-pakem linguistik konvensional, yang hanya berkutat dengan text dan talk serta tidak melibatkan faktor-faktor sosio-politis dan ideologis. Pengaruh kajian Post-Struktural dan Teori Kritis terhadap dunia pemikiran telah membentuk mahzab baru di dunia ilmu pengetahuan, termasuk linguistik yang saat ini telah berkembang menjadi Linguistik Kritis (Critical Linguistics), fokusnya adalah Analisa Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis) yang dikembangkan oleh Norman Fairclough, Teun Van Djik dll. Disamping itu, pemikiran Foucault dalam analisa wacana juga sangat signifikan, dimana Foucault telah memulai analisa wacana atau diskursus yang bersifat politis dan ideologis sebelum orang lain memikirkannya, hal ini adalah semacam gebrakan dalam dunia pemikiran.
Bagaimana wacana diproduksi,siapa yang memproduksi ,dan apa efek dari produksi wacana? Konsep mengenai wacana mutakhir diperkenalkan oleh Michael Foucoult. Wacana menurut pandangan Foucoult tidaklah dipahami sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks , tetapi merupakan sesuatu yang memproduksi yang lain ( gagasan, konsep, atau efek ). Wacana dapat dideteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu. Melalui wacana dan karena faktor wacana terjadilah apa yang kita saksikan sebagai perubahan zaman atau perubahan arah sejarah. Sampai zaman di mana kita tinggal pada saat ini  telah berkali-kali terjadi perubahan, dan “wacana praktis” menjadi salah satu faktor dari perubahan budaya maupun arah sejarah.
  1. Pengertian Wacana Menurut Prespektif Michael Foucoult
Istilah wacana (discours, discourse) dipopulerkan oleh Foucault dan merupakan konsep penting dalam pemikirannya (Akhyar Yusuf, 2009: 6). Wacana dalam perspektif Foucault bukanlah sebagai rangkaian kata atau proposisi dalam teks, melainkan sesuatu yang memproduksi sesuatu yang lain. Oleh karena itu, dalam analisis wacana hendaknya mempertimbangkan peristiwa bahasa dengan melihat bahasa dari dua segi yaitu segi arti dan referensi. Hal ini bertentangan dengan strukturalisme yang hanya melihat bahasa sebagai sistem dan tidak mempertimbangkan pengalaman berbicara sebagai peristiwa bahasa.
Dalam sebuah wacana terdapat pernyataan (proposisi) yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/ makna), akan tetapi juga mengatakan sesuatu tentang sesuatu (referensi). Referensi inilah yang memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi sistem sosial budaya sampai pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat dalam satu kesatuan yang utuh. Foucault mengatakan bahwa sementara wacana dikonstruksi oleh bentuk diskursif atau episteme (Akhyar Yusuf, 2009: 15).
  1. Produksi Wacana Perspektif Foucoult
Studi analisis wacana bukan sekedar mengenai pernyataan, tetapi juga struktur dan tata aturan dari wacana. Untuk itu, perlu diketahui bagaimana keterkaitan antara wacana dengan kenyataan (realitas). Raelitas dipahami sebagai seperangkat konstruk yang dibentuk melalui wacana. Realitas itu sendiri menurut Foucault tidak bisa didefinisikan jika kita tidak memiliki akses dengan pembentukan struktur diskursif tersebut. Karena, menurut Foucault pandangan kita tentang suatu objek dibentuk dalam batas-batas yang telah ditentukan oleh struktur diskursif yaitu pandangan yang mendefinisikan sesuatu bahwa yang ini benar dan yang lain tidak.
Wacana membatasi bidang pandangan kita. Pernyataan yang diterima akan dimasukkan dan mengeluarkan pandangan yang berbeda tentang suatu objek. Objek bisa saja tidak berubah, tetapi struktur diskursif yang dibuat dapat mengubah objek. . Wacana membentuk dan mengontruksi peristiwa tertentu dan gabungan dari peristiwa – peristiwa tersebut ke dalam narasi yang dapat dikenali oleh kebudayaan masyarakat tertentu. Dalam prosesnya , kita mengkategorikan dan menafsirkan pengalaman dan peristiwa mengikuti struktur yang tersedia dan dalam penafsirannya kita sukar keluar dari struktur diskursif.
D.     Konsep Michael Foucoult tentang Pengetahuan dan Kekuasaan
Pengetahuan dan kekuasaan adalah konsep Foucault yang menarik, karena Foucault mendefinisikan kuasa agak berbeda dengan para ahli yang lain. Kuasa oleh Foucault tidak diartikan “kepemilikan”. Kuasa, menurut Foucault tidak dimiliki tetapi dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup tertentu di mana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain (Eriyanto, 2001: 65).
Dalam menentukan kebenaran, bagi Foucault tidak dipahami sebagai sesuatu yang datang begitu saja (konsep yang abstrak). Kebenaran menurut Foucault diproduksi oleh setiap kekuasaan. “ Kekuasaan menghasilkan pengetahuan. Kekuasaan dan pengetahuan secara langsung saling mempengaruhi…tidak ada hubungan kekuasaan tanpa ada konstitusi korelatif dari bidang pengetahuannya…” (Michel Foucault, 1979: 27).
Apa yang hendak dibongkar oleh Foucault adalah bagaimana orang- orang mengatur atau meregulasi diri mereka sendiri dan orang lain dengan menciptakan klaim kebenaran (sebuah pembakuan atau pemutlakan benar-salah, baik-buruk, indah-jelek) dapat dibuat teratur, tetap, dan stabil. Oleh karena itu, Foucault meyakini bahwa kuasa tidak bekerja melalui represi, tetapi melalui normalisasi dan regulasi. Kuasa tidak bekerja secara negatif dan represif, tetapi melainkan dengan cara positif dan produktif.
Kekuasaan dalam pandangan Foucault disalurkan melalui hubungan sosial, dengan memroduksi bentuk-bentuk kategorisasi perilaku seperti baik dan buruk sebagai bentuk pengendalian perilaku. Jadi khalayak ditundukkan dengan wacana dan mekanisme berupa prosedur, aturan, tata cara, dan sebagainya. Bukan dengan cara kontrol yang bersifat langsung dan fisik.
  1. Wacana Terpinggirkan (marginalized)
Menurut Foucault, ciri utama wacana adalah kemampuannya untuk menjadi suatu himpunan wacana yang berfungsi membentuk dan melestarikan hubungan-hubungan kekuasaan dalam suatu masyarakat (Eriyanto, 2001: 76). Contohnya yang ditunjukkan oleh Foucault adalah konsep gila dan tidak gila, sehat dan sakit, benar dan salah, bukan konsep abstrak yang ada begitu saja tetapi dibentuk oleh wcana yang berkaitan dengan bidang psikiatri, ilmu kedokteran, serta ilmu pengetahuan pada umumnya.
Dalam suatu masyarakat terdapat berbagai wacana yang berbeda- beda. Ada yang dominan ada yang terpinggirkan. Wacana dominan adalah wacana yang dipilih dan didukung oleh kekuasaan, sedangkan wacana lainnya yang tidak didukung akan terpinggirkan (marginalized) atau terpendam (submerged). Misalnya saja wacana mengenai PKI (Partai Komunis Indonesia) yang dibangun oleh Orde Baru sebagai partai yang memberontak dan anti Tuhan menyingkirkan wacana lainnya yang menunjukkan PKI sebagai partai yang paling radikal dan gigih melawan kolonialisme. Wacana mengenai PKI sebagai pemberontak dan anti Tuhan disebut wacana dominan. Adapun PKI sebagai partai yang paling gigih melawan kolonialisme dapat dikatakan sebagai wacana yang terpinggirkan.
  1. Kesimpulan
Wacana menurut pandangan Foucoult tidaklah dipahami sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks , tetapi merupakan sesuatu yang memproduksi yang lain ( gagasan, konsep, atau efek ). Wacana dapat dideteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak tertentu.
 Dalam sebuah wacana terdapat pernyataan (proposisi) yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/ makna), akan tetapi juga mengatakan sesuatu tentang sesuatu (referensi). Referensi inilah yang memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi sistem sosial budaya sampai pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat dalam satu kesatuan yang utuh.
  1. Daftar Pustaka
Eriyanto.2008. Analisis Wacana. Yogyakarta : LKiS
Foucault, Michel. 2002. Pengetahuan dan Metode (Karya-Karya Penting Foucault). Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra.














TES MENYIMAK


MODEL PEMBELAJARAN GAMBAR TeRTAWA DALAM PEMBELAJARAN PRODUKTIF NASKAH DRAMA SISWA SMA KELAS XI

Discourse Analysis : Wacana Resensi


3.1  Resensi buku “ Buku – Buku yang Mengubah Dunia”
Judul : Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis : Andrew Taylor
Penerjemah : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit : Erlangga

Predikat “Akademisi Intelektual” Pantaskah Melekati Diri Mahasiswa Era Kini?


Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...