Sabtu, 02 Juni 2012

Discourse Analysis : Wacana Resensi


3.1  Resensi buku “ Buku – Buku yang Mengubah Dunia”
Judul : Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis : Andrew Taylor
Penerjemah : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit : Erlangga
Cetakan : I, 2011Tebal : 220 hlm
Bagaimana kita dapat mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia, para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku ? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
Buku adalah kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa depan dari generasi ke generasi.
Buku dengan sendirinya cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
Sudah banyak orang atau lembaga literasi yang membuat daftar buku-buku yang mempengaruhi dunia, salah satunya adalah Andrew Taylor, jurnalis Inggris yang pada tahun 2008 menerbitkan buku berjudul Books That Changed The World . Di bukunya ini Taylor memilih 49 buku dari berbagai genre mulai dari puisi, politik, fiksi, filsafat, teologi, antropologi, ekonomi, hingga fisika. Semua itu diyakininya dapat mewakili bagaimana buku-buku itu mempengaruhi dunia baik dari nilai-nilai moral, kemanusiaan, alam semesta, teknologi, perekonomian dunia, hingga bagaimana seharusnya sebuah pemerintahan berjalan .
Dalam bukunya ini Andrew Taylor mengupas ke 49 buku yang dipilihnya secara kronologis berdasarkan tahun terbit mulai dari Iliad yang diyakini sebagai karya puisi epik tertua di dunia Barat yang ditulis oleh Homer pada abad ke 8 SM hingga seri pertama novel Harry Potter : Harry Potter and the Philospoher ‘s Stone pada tahun 1997 yang memecahkan rekor dunia sebagai buku terlaris dimana hingga buku ini ditulis telah terjual sebanyak 400 juta eks dalam 67 bahasa dan menjadi awal dari sensasi terbesar penerbitan di era modern.
Dalam buku ini, Andrew Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks sejarahnya, meringkaskan isi buku yang dibahas, serta menjelaskan pengaruh dan warisan dari buku-buku tersebut pada dunia baik dimasa buku itu terbit hingga kini. Sebagai contoh antara lain bagaimana dengan tersedianya Alkitab dalam bentuk cetakan akan menandai revolusi politik dan sosial di Eropa ketika masyarakat awam mulai mempertanyakan kewenangan lembaga keagamaan dalam sistem pemerintahan negara. Risalah-risalah politik abad ke 18 yang terdapat dalam Common Sense ( 1776 ) karya Thomas Paine memberikan kesadaran baru akan kemerdekaan sebuah negara, atau bagaimana kutipan 2 pidato Mao Zedong yang dibukukan dalam Buku Merah (1964 ) telah turut memberikan andil dalam revolusi kebudayaan dan penindasan rakyat di negerinya.
Di ranah fiksi kita akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet Beecher Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat mempengaruhi jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan sistem perbudakan. Atau bagaimana novel Christmast Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan citra populer tentang Natal yang terus bertahan hingga kini.
Selain kaya akan informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, dicetak diatas kertas art paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan tersaji dalam ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi perjalanan waktu.
Sebagai tambahan, khusus untuk edisi bahasa Indonesianya, selain ke 49 buku yang dibahas, penerbit Erlangga menambahkan bab khusus berjudul 4 buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia yaitu Nagarakertagama, Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Sayangnya penerbit tak memberikan pengantar yang menjelaskan mengapa keempat buku tersebut yang dimasukkan kategori buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Kritik untuk buku ini adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama kali diterbitkan.
Selain masalah terjemahan dan foto, di kata pengantar buku ini disebutkan bahwa buku ini berisi 50 judul buku-buku yang mengubah dunia, tetapi setelah saya hitung ternyata hanya ada 49 buku! Kemana satu buku lagi? Apakah kata pengantarnya yang salah atau ada satu buku yang alpa dimuat dalam buku ini? Entahlah.
Terlepas dari itu bagi para pecinta buku dan kolektor buku, selain buku ini sangat pantas untuk dikoleksi, buku ini juga dapat menjadi bacaan yang kaya akan informasi mulai tentang penulisnya, isi bukunya, sejarah penerbitan, dan sebagainya. Yang pasti melalui buku ini kita akan mengetahui bagaimana buku dan ide-ide yang dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia dengan caranya masing-masing.
Bentuk buku bisa berubah, namun ide dan karya yang ditulis di buku akan tetap bertahan, entah itu dalam bentuk perkamen, buku cetak, buku elektronik, dan entah apa lagi wujudnya. Buku-buku yang mengubah dunia dari generasi ke generasi akan terus bergema dan dibaca orang, bahkan mungkin beberapa diantaranya masih relevan dan terus mengubah masa depan. Karena buku adalah kunci peradaban!
3.2 Analisis Makrostruktural
3.2.1 Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan dibuat. Dalam menulis cerpen,puisi,novel,karya tulis, dan berbagai macam jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti sebuah rumah, tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai lebih pada tulisan tersebut.
Tema yang diangkat penulis dalam resensi buku “ Buku – Buku yang Mengubah Dunia “ adalah buku dan ide-ide di dalamnya telah mengubah masyarakat dan mempengaruhi dunia.Tema ini tercermin dalam ulasan penulis resensi berkaitan dengan isi yang dibahas dalam buku ini.
3.2.2 Topik
Topik (bahasa Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan akan masalah apa yang hendak ditulis.  Ciri utama dari topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan masih bersifat umum dan belum diuraikan secara lebih mendetail.
Topik biasa terdiri dari satu satu dua kata yang singkat, dan memiliki persamaan serta perbedaan dengan tema karangan. Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan, perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum,sementara tema akan lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan. Topik yang diangkat dalam resensi ini adalah kehebatan buku .Topik ini terkandung dalam rumusan tema yang diangkat penulis resensi tentang kehebatan buku dan ide-ide di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia .
3.3 Analisis Suprastrukural ( Struktur resensi )
Resensi yang merupakan salah satu bentuk tulisan jurnalistik populer tetap mempunyai aturan-aturan penulisan. Aturan tersebut didasarkan pada unsur-unsur yang membangun resensi buku. Setiap media massa mempunyai pola sendiri dalam penulisan resensi. Akan tetapi pola-pola tersebut tetap mengandung unsur-unsur resensi pada umumnya. Unsur tersebut menurut Samad (1997:7—8) meliputi judul resensi, data buku, pendahuluan, tubuh atau isi pernyataan, dan penutup.
Judul resensi haruslah selaras dengan keseluruhan isi resensi dan tentu saja menarik. Dalam unsur yang kedua, data buku, terdiri dari (1) judul buku, (2) pengarang, (3) penerbit, (4) tahun terbit beserta cetakannya, (5) tebal buku, dan (6) harga buku (jika diperlukan). Unsur tubuh resensi merupakan bagian inti dari suatu resensi. Bagian ini memuat diantaranya (1) sinoposis atau isi buku secara bernas dan kronologis, (2) ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, (3) keunggulan buku, (4) kelemahan buku, (5) rumusan
kerangkan buku, (6) tinjauan bahasa, dan (7) adanya kesalahan cetak. Terakhir, unsur penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Pendapat ini senada dengan pendapat Saryono (1997:68), tetapi Saryono menambahkan unsur penulis resensi setelah unsur penutup resensi.
Resensi buku “Buku – Buku yang Mengubah Dunia “ juga memenuhi unsur – unsur di atas diantaranya :
1.         Judul Resensi
Judul resensi buku di atas adalah Buku – Buku yang Mengubah Dunia .
2.         Data Buku
Data buku yang diresensi meliputi :
Judul                : Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis             : Andrew Taylor
Penerjemah     : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit           : Erlangga
Cetakan           : I, 2011
Tebal               : 220 hlm
3.         Pendahuluan
Bagaimana kita dapat mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia, para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku ? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
Buku adalah kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa depan dari generasi ke generasi.
Buku dengan sendirinya cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
Bagian pendahuluan pada resensi di atas berisi pengantar ulasan bedah buku yang akan diuraikan dalam resensi.
4.    Tubuh resensi
Tubuh resensi berisi sinoposis atau isi buku secara bernas dan kronologis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan buku, kelemahan buku, rumusan kerangkan buku, tinjauan bahasa, dan adanya kesalahan cetak.
a.    Isi buku secara bernas dan kronologis
Sudah banyak orang atau lembaga literasi yang membuat daftar buku-buku yang mempengaruhi dunia, salah satunya adalah Andrew Taylor, jurnalis Inggris yang pada tahun 2008 menerbitkan buku berjudul Books That Changed The World . Di bukunya ini Taylor memilih 49 buku dari berbagai genre mulai dari puisi, politik, fiksi, filsafat, teologi, antropologi, ekonomi, hingga fisika. Semua itu diyakininya dapat mewakili bagaimana buku-buku itu mempengaruhi dunia baik dari nilai-nilai moral, kemanusiaan, alam semesta, teknologi, perekonomian dunia, hingga bagaimana seharusnya sebuah pemerintahan berjalan .
Dalam bukunya ini Andrew Taylor mengupas ke 49 buku yang dipilihnya secara kronologis berdasarkan tahun terbit mulai dari Iliad yang diyakini sebagai karya puisi epik tertua di dunia Barat yang ditulis oleh Homer pada abad ke 8 SM hingga seri pertama novel Harry Potter : Harry Potter and the Philospoher ‘s Stone pada tahun 1997 yang memecahkan rekor dunia sebagai buku terlaris dimana hingga buku ini ditulis telah terjual sebanyak 400 juta eks dalam 67 bahasa dan menjadi awal dari sensasi terbesar penerbitan di era modern.

b.    Ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya,
Dalam buku ini, Andrew Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks sejarahnya, meringkaskan isi buku yang dibahas, serta menjelaskan pengaruh dan warisan dari buku-buku tersebut pada dunia baik dimasa buku itu terbit hingga kini. Sebagai contoh antara lain bagaimana dengan tersedianya Alkitab dalam bentuk cetakan akan menandai revolusi politik dan sosial di Eropa ketika masyarakat awam mulai mempertanyakan kewenangan lembaga keagamaan dalam sistem pemerintahan negara. Risalah-risalah politik abad ke 18 yang terdapat dalam Common Sense ( 1776 ) karya Thomas Paine memberikan kesadaran baru akan kemerdekaan sebuah negara, atau bagaimana kutipan2 pidato Mao Zedong yang dibukukan dalam Buku Merah (1964 ) telah turut memberikan andil dalam revolusi kebudayaan dan penindasan rakyat di negerinya.
Di ranah fiksi kita akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet Beecher Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat mempengaruhi jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan sistem perbudakan. Atau bagaimana novel Christmast Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan citra populer tentang Natal yang terus bertahan hingga kini.
c.     Keunggulan buku,
Selain kaya akan informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, dicetak diatas kertas art paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan tersaji dalam ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi perjalanan waktu.
Sebagai tambahan, khusus untuk edisi bahasa Indonesianya, selain ke 49 buku yang dibahas, penerbit Erlangga menambahkan bab khusus berjudul 4 buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia yaitu Nagarakertagama, Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Sayangnya penerbit tak memberikan pengantar yang menjelaskan mengapa ke-4 buku tersebut yang dimasukkan kategori buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
d.    Kelemahan buku dan bahasa buku
Kritik untuk buku ini adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama kali diterbitkan.
e.    Adanya kesalahan cetak.
Selain masalah terjemahan dan foto, di kata pengantar buku ini disebutkan bahwa buku ini berisi 50 judul buku-buku yang mengubah dunia, tetapi setelah saya hitung ternyata hanya ada 49 buku! Kemana satu buku lagi? Apakah kata pengantarnya yang salah atau ada satu buku yang alpa dimuat dalam buku ini? Entahlah.
5.        Penutup resensi
Terlepas dari itu bagi para pecinta buku dan kolektor buku, selain buku ini sangat pantas untuk dikoleksi, buku ini juga dapat menjadi bacaan yang kaya akan informasi mulai tentang penulisnya, isi bukunya, sejarah penerbitan, dan sebagainya. Yang pasti melalui buku ini kita akan mengetahui bagaimana buku dan ide-ide yang dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia dengan caranya masing-masing.
Bentuk buku bisa berubah, namun ide dan karya yang ditulis di buku akan tetap bertahan, entah itu dalam bentuk perkamen, buku cetak, buku elektronik, dan entah apa lagi wujudnya. Buku-buku yang mengubah dunia dari generasi ke generasi akan terus bergema dan dibaca orang, bahkan mungkin beberapa diantaranya masih relevan dan terus mengubah masa depan. Karena buku adalah kunci peradaban!
3.4 Analisis Mikrostruktural ( Penanda Kohesi dan Koherensi )
Pendekatan mikrostruktural pada resensi ini terdiri atas aspek gramatikal yang berkaitan dengan aspek bentuk sebagai struktur lahir bahasa. Penanda aspek gramatikal ini terdiri atas empat jenis, yaitu: pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), serta perangkaian (conjunction).
Di samping keempat jenis aspek gramatikal di atas, terdapat aspek leksikal, yaitu hubungan antarunsur dalam wacana secara semantik. Kohesi leksikal ini terdiri atas: pengulangan (repetisi), padan kata (sinonimi), lawan kata (antonimi), sanding kata (kolokasi), hubungan atas-bawah (hiponimi), serta kesepadanan atau paradigma (ekuivalensi).
3.4.1 Aspek Gramatikal
Dalam wacana resensi ini banyak terdapat pemarkah aspek gramatikal yang berfungsi mendukung kepaduan atau kekohesifan sebuah wacana.  Penanda aspek gramatikal itu ialah: pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), serta perangkaian (conjunction).
  1.  Referensi
Pengacuan (referensi) adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lain (atau satuan acuan) yang mendahului atau mengikutinya.
a.       Pengacuan persona
Pengacuan yang berupa pronomina persona dapat dilihat pada wacana di bawah ini:
(1)   Bagaimana kita dapat mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia, para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku ? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
(2)   Di ranah fiksi kita akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet Beecher Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat mempengaruhi jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan sistem perbudakan. Atau bagaimana novel Christmast Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan citra populer tentang Natal yang terus bertahan hingga kini.
(3)   Kritik untuk buku ini adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama kali diterbitkan.
Pada wacana (1) dan (2) terdapat pengacuan persona pertama jamak bentuk bebas kita. Satuan lingual kita mengacu pada unsur lain yang berada di luar tuturan (teks), yang dimaksud adalah penulis dan pembaca resensi. Satuan lingual kita merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan eksofora (karena acuannya berada di luar teks) yang bersifat eksoforis (karena acuannya tidak disebutkan sebelumnya).
Pada wacana (3) pronomina persona I tunggal , saya mengacu pada unsur lain yang berada di luar tuturan (teks) yaitu peresensi. Saya merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan eksofora (karena acuannya berada di luar teks), yang bersifat eksoforis (karena acuannya tidak disebutkan sebelumnya).
b.       Pengacuan demonstratif.
Pengacuan lain yang terdapat dalam wacana resensi ini adalah pengacuan demonstratif. Pengacuan demonstratif ini meliputi pengacuan waktu dan tempat. Pada wacana resensi ditemukan pengacuan demonstratif waktu, seperti:
(4)   Buku adalah kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa depan dari generasi ke generasi.
(5)   Buku dengan sendirinya cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
(6)   Di ranah fiksi kita akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet Beecher Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat mempengaruhi jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan sistem perbudakan. Atau bagaimana novel Christmast Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan citra populer tentang Natal yang terus bertahan hingga kini.
Pada wacana (4) satuan lingual di masa depan yang menunjukkan waktu yang akan datang. Pada tuturan tersebut satuan lingual di masa depan menjelaskan suatu waktu yang akan datang .
Pada wacana (5) terdapat pengacuan demonstratif waktu sekarang . Satual lingual sekarang menerangkan waktu saat ini di mana dunia sedang mengalami perubahan yang sangat cepat.
 Pada wacana nomor (6) terdapat pengacuan demonstratif yaitu kini. Satuan lingual kini pada wacana tersebut menerangkan waktu / era saat ini  ketika citra populer tentang Natal masih terus bertahan hingga saat ini.
c.        Substitusi
Substitusi adalah penggantian satuan lingual tertentu yang telah disebut dengan satuan lingual yang lain. Dilihat dari segi satuan lingualnya, substitusi dapat dibedakan menjadi substitusi nominal, verbal, frasal, dan klausal.
1.       Substitusi nominal
Substitusi nominal, yaitu penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain yang juga berkategori sama. Substitusi nominal terdapat pada wacana resensi di bawah ini:
(7)   Sebagai tambahan, khusus untuk edisi bahasa Indonesianya, selain ke 49 buku yang dibahas, penerbit Erlangga menambahkan bab khusus berjudul 4 buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia yaitu Nagarakertagama, Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Sayangnya penerbit tak memberikan pengantar yang menjelaskan mengapa keempat buku tersebut yang dimasukkan kategori buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
Pada wacana (7) satuan lingual nomina Nagarakertagama, Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang telah disebut terdahulu pada kalimat sebelumnya digantikan oleh satuan lingual nomina pula yaitu kata keempat buku .
2.      Substitusi frasal
Substitusi frasal yaitu penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Substitusi frasal ini misalnya tampak pada wacana (8), frasa sukar dimengerti yang terletak pada kalimat pertama paragraf pertama disubstitusi dengan frase perlu perhatian ekstra untuk memahami .
(8)   Kritik untuk buku ini adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama kali diterbitkan.
Dari contoh-contoh kohesi gramatikal di atas yang melalui penyulihan atau substitusi, baik substitusi nominal ataupun frasal selain mendukung kepaduan wacana juga mempunyai fungsi lain yang sangat penting. Penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana itu juga berfungsi untuk (1) menghadirkan variasi bentuk, (2) menciptakan dinamisasi narasi, (3) menghilangkan kemonotonan, dan (4) memperoleh unsur pembeda. (Sumarlam, 2003:30).
d.       Elipsis
Pelesapan (ellipsis) adalah pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan yang dilesapkan dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat. Contoh pelesapan dalam wacana resensi diantaranya:
(9)   Selain kaya akan informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, dicetak diatas kertas art paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan tersaji dalam ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi perjalanan waktu.
Pada wacana (9) terdapat pelesapan satuan lingual yang berupa frasa, yaitu frasa buku ini. Frasa tersebut dilesapkan sebanyak tiga  kali. Di dalam analisis wacana, unsur (konstituen) yang dilesapkan itu biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero (atau dengan lambang Ф) pada tempat terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dengan cara seperti itu maka peristiwa pelesapan pada wacana (9) dapat direpresentasikan menjadi (9a), dan apabila tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa ada pelesapan maka akan tampak seperti (9b) sebagai berikut.
    
(9a) Selain Ф kaya akan informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, Ф dicetak diatas kertas art paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan Ф tersaji dalam ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi perjalanan waktu.
(9b) Selain buku ini kaya akan informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, buku ini dicetak diatas kertas art paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan buku ini tersaji dalam ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi perjalanan waktu.
Tampak pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa pelesapan, seperti pada (9) atau (9a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif, efisien, wacananya menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif menemukan unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam berkomunikasi. Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan (9b), sekalipun dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (9) dan (9a).


e.       Konjungsi
Konjungsi yaitu salah satu kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain. Unsur yang dirangkaikan dapat berupa kata, frasa atau klausa, kalimat, paragraf. Berikut ini contoh-contoh konjungsi yang dimanfaatkan dalam wacana resensi :
(10)       Bagaimana kita dapat mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia, para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku ? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
(11)       Buku dengan sendirinya cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
(12)       Dalam buku ini, Andrew Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks sejarahnya, meringkaskan isi buku yang dibahas, serta menjelaskan pengaruh dan warisan dari buku-buku tersebut pada dunia baik dimasa buku itu terbit hingga kini. Sebagai contoh antara lain bagaimana dengan tersedianya Alkitab dalam bentuk cetakan akan menandai revolusi politik dan sosial di Eropa ketika masyarakat awam mulai mempertanyakan kewenangan lembaga keagamaan dalam sistem pemerintahan negara. Risalah-risalah politik abad ke 18 yang terdapat dalam Common Sense ( 1776 ) karya Thomas Paine memberikan kesadaran baru akan kemerdekaan sebuah negara, atau bagaimana kutipan 2 pidato Mao Zedong yang dibukukan dalam Buku Merah (1964 ) telah turut memberikan andil dalam revolusi kebudayaan dan penindasan rakyat di negerinya’                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 
Konjungsi dan pada wacana (10) berfungsi untuk menyatakan hubungan penjumlahan yang menyatakn urutan waktu. Klausa kedua terjadi sesudah klausa pertama tanpa adanya hubungan sebab akibat Konjungsi lalu pada wacana (10) menyatakan makna urutan (sekuensial) yang terjadi setelah klausa sebelumnya.
Pada wacana (11) terdapat konjungsi atau yang berfungsi menyatakan hubungan pemilihan. Selain itu terdapat konjungsi tidak hanya…melainkan juga…
Konjungsi ketika pada wacana (12) menyatakan waktu yang berfungsi sebagai keterangan waktu dari klausa sebelumnya.
3.4.2  Aspek Leksikal
Kohesi Leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu (1) repetisi (pengulangan), (2) sinonimi (padan kata), (3) kolokasi (sanding kata), (4) hiponomi (hubungan atas-bawah), (5) antonimi (lawan kata), dan (6) ekuivalensi (kesepadanan).
a.       Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis, tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan anadiplosis (Keraf, 1994: 127-128).
1.       Repetisi epizeuksis
 Repetisi epizeuksis yaitu pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa kali secara berturut-turut. Repetisi epizeuksis dapat ditemukan dalam wacana resensi seperti pada data di bawah ini :
(13)       Bagaimana kita dapat mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia, para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku ? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
(14)       Buku adalah kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa depan dari generasi ke generasi.
(15)       Kritik untuk buku ini adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama kali diterbitkan.
Pada wacana (13), (14),dan (15), kata-kata dunia, buku, dan foto, diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu.
2.       Repetisi anadiplosis
Repetisi anadiplosis yaitu pengulangan kata atau frasa terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa pertama pada baris atau kalimat berikutnya. Dalam resensi, wacana yang mengandung repetisi anadiplosis terdapat pada contoh di bawah ini.
(16)       Terlepas dari itu bagi para pecinta buku dan kolektor buku, selain buku ini sangat pantas untuk dikoleksi, buku ini juga dapat menjadi bacaan yang kaya akan informasi mulai tentang penulisnya, isi bukunya, sejarah penerbitan, dan sebagainya. Yang pasti melalui buku ini kita akan mengetahui bagaimana buku dan ide-ide yang dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia dengan caranya masing-masing.
Pada wacana (16) di atas terjadi repetisi anafora berupa pengulangan kata buku dan buku ini yang terdapat di awal klausa.
b.       Antonimi
Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi makna. Pengertian oposisi makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan sampai kepada yang hanya kontras makna saja.
Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub (3) oposisi hubungan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk. Oposisi makna atau antonimi juga merupakan salah satu aspek leksikal yang mampu mendukung kepaduan wacana secara semantik.
Beberapa contoh berikut merupakan oposisi makna yang ditemukan dalam wacana resensi, diantaranya:
(17)       Buku dengan sendirinya cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
(18)       Bentuk buku bisa berubah, namun ide dan karya yang ditulis di buku akan tetap bertahan, entah itu dalam bentuk perkamen, buku cetak, buku elektronik, dan entah apa lagi wujudnya. Buku-buku yang mengubah dunia dari generasi ke generasi akan terus bergema dan dibaca orang, bahkan mungkin beberapa diantaranya masih relevan dan terus mengubah masa depan. Karena buku adalah kunci peradaban!
Pada wacana (18) diatas terdapat oposisi mutlak antara kata berubah dengan bertahan. Sedangkan wacana (17) terdapat oposisi kutub antara kata cepat dengan kata lambat. Kedua kata tersebut dikatakan beroposisi kutub sebab terdapat gradasi diantara oposisi keduanya, yaitu adanya realita yang lain, selain cepat dan lambat, juga ada sangat cepat, agak cepat, agak laambat, dan sangat lambat.  
c.  Kolokasi
Kolokasi atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah kata-kata yang cenderung dipakai dalam satu domain atau jaringan tertentu.
(19)       Buku adalah kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa depan dari generasi ke generasi.
Pada wacana (19) di atas tampak pemakaian kata-kata buku, filsuf, teolog, sejarahwan ilmuwan, dan sastrawan yang dipakai dalam suatu domain atau jaringan bidang pengetahuan yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana tersebut.








3.5  Biografi Pengarang
Hernadi Tanzil:Resensor dari Balik Pabrik Kertas
Profil         :
Nama                                      : Hernadi Tanzil
Alamat                                     : Taman Kopo Indah 1 / D- 89 – Bandung
Tanggal lahir                             : 5 November 1970
Istri                                          : Evy Triana Tedja Lestari
Anak                                       : Sherine Analicia Tanzil ( 8thn)
Stevan Adrien Tanzil  ( 1,5 thn)
Sekalipun ia sudah mengetahui esensi sebuah buku sebelum membaca tuntas hingga halaman akhir, pantang baginya untuk membuat resensi buku sebelum berhasil tamat membacanya. Komitmennya adalah meresensi semua buku yang telah dibaca, bukan berapa kali atau berapa banyak ia meresensi buku. Dan Hernadi Tanzil  telah menamatkan membaca 33 buku selama kurun waktu satu tahun (2009). Dari 33 itu, 32 buku telah ia tuliskan resensinya.
Kegemaran Tanzil meresensi bermula saat ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran kesukaannya. Ketika mendapat tugas menulis rangkuman buku “Layar Terkembang” (Sutan Takdir Alisyahbana) ia pun girang. Bagi Tanzil, itu adalah tugas yang menyenangkan. Dan ia mendapat komentar ‘sangat memuaskan’ dari sang guru. Semangatnya untuk menulis resensi buku pun terletup di titik itu.
Tanzil merasa terfasilitasi gairahnya menulis resensi ketika mengenal internet di tahun 2000-an. Ia mulai mengikuti milis pasarbuku dan rajin mengirimkan resensi buku yang dibacanya. Tanzil menemukan kebahagiaan manakala mendapati komentar rekan-rekan milis-nya yang merasa terbantu untuk memilih buku dengan adanya resensi itu. Karena sesungguhnya, tujuan Tanzil meresensi buku adalah ingin membagi pengalamannya ketika membaca buku.
Ketekunan menulis resensi di milis itu menarik perhatian majalah lifestyle bulanan, Djakarta!Magazine. Tanzil kemudian diminta mengisi rubrik resensi buku secara tetap. Buku pertama yang diresensinya yaitu Siddharta (Herman Hesse). Sejak saat itu, Tanzil mulai rutin meresensi buku-buku yang dibacanya.
Biasanya Tanzil meresensi di rumah, pada malam hari sepulang ia bekerja. Tapi karena kesibukannya sebagai akuntan di sebuah perusahaan kertas, ia tak pernah menulis sekali jadi. Terkadang butuh berhari-hari untuk menyelesaikan sebuah resensi. Tanzil mengerjaknnya di sela-sela waktunya bekerja di kantor. Misalnya pagi hari sebelum jam kerja dimulai, ia sempatkan untuk menulis. Demikian pula saat isitirahat jam kerja, meski hanya beberapa paragraf, Tanzil menyempatkan untuk menulis. Resensinya pun mulai bertebaran di Koran Tempo, Media Indonesia, Surabaya Post, Batam Post, Matabaca, Djkarta!Magazine, dan majalah sastra ‘Aksara’.
Ketika blog mulai popular di internet, Tanzil pun membangun rumah bukunya di www.bukuygkubaca.blogspot.com. Tak sia-sia, berkat komitmen dan ketekunannya membaca dan meresensi buku, portal berita online detik.com memasukkannya dalam daftar pemenang blog award minggu pertama bulan Juni 2009.
Tanzil membaca segala macam buku. Baginya, tak ada buku yang buruk. “Seburuk-buruknya sebuah buku pasti ada sesuatu yang bisa diperoleh dari buku yang buruk tersebut”, tutur Tanzil pada i:boekoe. “Buku adalah benda yang tak dapat dipisahkan dariku. Aku membutuhkun buku selayaknya membutuhkan pakaian. Bagiku buku adalah kebutuhan utama agar aku bisa mengisi setiap sel dalam otakku dengan berbagai imajinasi dan pengetahuan. Buku adalah  adalah sebuah sumber segala pengetahuan, saya meyakini dalam sebuah buku ada sebuah mutiara kehidupan yang harus kita cari dan peroleh dengan cara membacanya. Jika buku adalah tempat  memperoleh berbagai mutiara kehidupan, maka membaca adalah cara untuk mendapatkannya”.
Saking cintanya pada buku, rumahnya pun dipenuhi oleh buku. Ketika rak besar yang ia sediakan tak mampu lagi menampung buku-bukunya, ia pun menitipkan di meja belajar anaknya,  rak TV, ruang makan, lemari mainan anak, hingga mengungsikannya ke meja kantor. Tanzil berkeinginan kelak dapat memiliki perpustakaan pribadi yang berisi ribuan buku.
Buku-buku itu ia kumpulkan sejak ia SMP. Buku-buku trend semasa mudanya adalah semacam Agatha Christie dan Trio Detektif. Namun Tanzil kecil tak menemukan banyak buku di rumahnya. Yang sempat ia ingat adalah komik Petruk Gareng dan komik HC Andersen. Orang yang berjasa mengenalkannya pada buku adalah kakaknya dan pamannya. Sang kakak berlangganan majalah BOBO, dan Tanzil ingin sekali membacanya namun karena belum lancar membaca, ia meminta bantuan kakak untuk membacakannya.
Sementara sang paman adalah penyedia istana buku bagi Tanzil kecil. Sekolah Tanzil berdekatan dengan rumah paman, maka setiap pulang sekolah ia pasti mampir ke rumah paman sambil menunggu jemputan atau diantar pulang. Di rumah paman itulah Tanzil mulai bergaul dengan buku. Ada banyak buku disana mulai dari buku-buku berambar Disney, komik-komik lokal (Si Buta dari  Goa Hantu, Si Pitung, dll), buku-buku fotografi, hingga buku-buku ensiklopedi.
Ketika libur sekolah tiba, Tanzil kecil menemukan tempat berlibur yang juga menjadi istana bukunya. Salah satu kerabatnya meminta keluarga Tanzil menjaga rumahnya ketika mereka  pergi berlibur ke luar negeri. Di rumah itu ada banyak sekali buku-buku seri Lima Sekawan, Trio Detektif, Hardi Boys, dan sebagainya. Liburan pun menjadi menyenangkan bagi Tanzil, “Ketika membaca buku, saya seperti sedang menaiki mesin waktu yang bisa membawa saya kemana saja, ke berbagai masa dan tempat”
Menggumuli demikian banyak buku, Tanzil memiliki kecenderungan untuk menyukai 3 jenis buku. Pertama adalah buku rohani karena dengan membaca buku rohani Tanzil mengaku imannya semakin kuat dan bertumbuh sehingga ia memiliki bekal dan landasan dalam menjalani kehidupan. Kedua buku-buku sejarah dan budaya karena melalui buku-buku ini ia bisa memahami akar budaya dan sejarah Indonesia. Kemudian yang ketiga adalah novel-novel sastra. Melalui novel-novel sastra ia belajar mengenal dan memahami  berbagai realita yang ada dalam kehidupan manusia.
Diantara semua buku-buku yang telah dibacanya itu, Tanzil menyebut lima buku yang mengesankannya:
1. Alkitab, karena dalam Alkitab akan ditemukan apa sebenarnya karya Allah bagi manusia, dan bagaimana seharusnya bertindak sebagai mahluk ciptaanNya. Alkitab adalah buku terfavorit yang selalu Tanzil baca setiap hari.
2. Tetralogi Pulau Buru (Pramoedya Ananta Toer) Melalui Tetralogi ini Tanzil belajar sejarah jejak-jejak nasionalisme Indonesia. Selain itu buku ini juga membuatnya belajar bagaimana harus menentukan sikap terhadap ketidakadilan terhadap kemanusiaan.
Meski ketekunannya meresensi telah mendatangkan buku-buku gratis dari penerbit ke pangkuannya, Tanzil masih menyimpan dua buku impiannya, yaitu (1) buku yang membahas tentang perpustakaan-perpustakaan hebat yang ada di dunia lengkap dengan foto-foto, sejarah perpustakaan, profil pustakawan, dan pernik-perniknya, serta (2) buku yang membahas tentang resensi buku secara lengkap: sejarah resensi buku (kapan pertama kali ada resensi buku), tokoh-tokoh resensor terkenal di dunia, jenis-jenis resensi buku, dan sebagainya.
3.6 Konteks
Dalam pergerakan arus sejarah nan panjang, buku serta ide yang dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat. Dari hanya masayrakat di sebuah kota lama-lama akan mengubah masyarakat dari beberapa kota, makin berkembang menjadi sebuat negara, hingga akhirnya mengubah dunia.

Andrew Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks sejarahnya, meringkas isi buku, serta menjelajahi pengaruh dan warisannya secara luas. Memilah sekian banyak buku hingga tersisa hanyayang ada dalam buku ini sungguh bukan pekerjaan yang mudah! Penyusunan buku ini dilakukan berdasarkan kronologis waktu buku itu terbit ,  buku-buku tersebut adalah:            
  1. Iliad (Homer)
  2. Historia (Herodotus)
  3. Analekta (Konfusius)
  4. Republik (Plato)
  5. Alkitab
  6. Ode (Horace)
  7. Geographia (ptolemaeus)
  8. Al-Qur’an
  9. Al- Qanun Fi At-Tibb (IbnuSina)
10.  The Canterbury tales (Geoffrey Chaucer)
11.  Il Principle (Niccolo Machiavelli)
12.  Atlas (Gerard Mercator)
13.  Don Quixote (Miquel de Cervantes)
14.  First Folio (William Shaekespeare)
15.  The Motion of Heart and Blood (William Harvey)
16.  DialogoSopra I Due MassimiSistemi Del Mondo (Galileo Galilei)
17.  Principia Mathematica (Isaac Newton)
18.  A Dictionary of English Language (Samuel Johnson)
19.  The Sorrows of Young Werther (Jhon Wolfgang von Goethe)
20.  The Wealth of Nation ( Adam Smith)


21.  Common Sense ( Thomaspaine)
22.  Lyrical Ballads ( William Wordsworth dan  Samuel Taylor Coleridge
23.  Pride And Prejudice (Jane Austen)
24.  A Chrismas Carol ( Charles Dickens)
25.  The Communist Manifesto (Karl Marx)
26.  Moby-Dick ( Herman Melville)
27.  Uncle Tom’s Cabin (Harriet Beecher Stowe)
28.  Madam Bovary (Gustave Flaubert)
29.  On The Origin Of Species (Charles Darwin)
30.  On Liberty (John Stuart Mill)

31.  War And Peace (Leo Tolstory)
32.  The Telephone Directory (New Haven District Telephone Company)
33.  The  Thousand And One Night (Sir Richard Burton)
34.  A Study In Scarlet (Arthur Conan Doyle)
35.  The Interpretation of Dreams (Sigmund Freud)
36.  The Protocols of The Elders of Zion
37.  Poems (William Owen)
38.  Relativity: The Special And The General Theory (Albert Einstein)
39.  Ulysses (james Joyce)
40.  Lady Chatterly’s Lover (DH Lawrence)

41.  The General Theory of Employment, Interest, And Money (John Maynard Kynes)
42.  If This is A Man (Primo Levi)
43.  Mineteen Eighty-Four (George Orwell)
44.  The Second Sex (Simone de Beauvoir)
45.  The Cacher in the Rye (JD Salinger)
46.  Things Fall Apart (Chinua Achebe)
47.  Silent Spring (Rachel Carson)
48.  KutipanKetua Mao (Mao Zedong)
49.  Harry Potter And The Philosopher’s Stone (JK Rowling)

Sedang 4 buku yang berpengaruh dalam sejarah  Indonesia adalah :
  1. Nagarakretagama (MpuPrapanca)
  2. Sutasoma (MpuTAntular)
  3. Max Havelar (Murtatuli)
  4. Habis GelapTebitlah Terang (R.A Kartini)
Beberapa buku yang disebutkan di atas mungkin terdengar asing di telinga kita.Tapi keberadaannya berpengaruh pada dunia.Simak saja perihal Iliad.Illiad merupakan puisi kepahlawanan yang ditulis sekitar abad ke-8 atau ke-9 oleh Homer.Isinya seputar prinsip-prirnsip militer serta hubungan manusia dengan dewa-dewi. Terjemahan Bahasa Inggris pertama diterbitkan pada  16013-14 oleh George Chapman.
Lalu ada Ode karangan Quintus Horatius Flaccusdari Roma. Ode merupakan empat buku berisikan puisi singkat tentang cinta, pertemanan, indahnya alam, nikmatnya anggur serta nilai-nilai Bangsa Romawi tentang martabat dan ketenangan. Isinya sederhana, tenang dan bernartabat sekaligus penuh gairah.Tiga buku pertama berisi sekitar 88 syair sementara buku terahird iterbitkan 10 tahun kemudian berisi 15 syair.  Selama 2.000 tahun terakhir puisi-puisi tersebut mengilhami banyak penyair, seniman serta tak ketinggalan penulis.
Buku Il Principe   karangan Niccolo Marchiavelli pada tahun 1532 mengajarkan ada dua cara untuk berjuang: melalui hukum atau dengan kekuatan. Langkah pertama adalah wajar bagi setiap orang, sedangkan langkah kedua adalah bagi binatang buas.Buku ini menjadi semacam buku teks realpolitik yang ditulis secara lugas. Il Principle juga merupakan salah satu buku pertama yang ditempatkan oleh Gereja Katolik Roma dalam daftar resmi buku dicekal yang ditetapkan oleh Paus Paulus IV pada tahun 1559 seiring dengan upaya gereja untuk mengontrol membajirnya barang cetak di Eropa. Akhirnya pada tahun 1532 Il Principle diterbitkan.
Buku tentang bocah yatim piatu berkaca mata yang memiliki kemampuan sihir, Harry Potter juga masuk dalam jajaran buku ini. Buku ini memberikan sesuatu yang baru bagi dunia anak-anak. Selama ini buku yang beredar adalah buku anak dan buku dewasa, kalaupun ada  semi dewasa isinya kurang begitu menarik bagi remaja alias ABG. HP menawarkan sesuatu yang berbeda, sensasi petualangan seorang ABG dalam urusan hidup atau mati.


Sungguh sebuah fakta yang mencengangkan terungkap dalam buku ini.  Ada buku yang sering disepelakan keberadaan justru dianggap mampu mengubah dunia dans angat berjasa dalam peradaban. Buku  The Telephone Directory misalnya. Penemuan telepon oleh Alexander Graham Bell membuka era komunikasi jarak jauh.
The Telephone Directory diterbitkan  pertama kali pada tahun 1878 di  Connecticut oleh New Haven District Telephone Company, Buku tersebut berisi nama 50 orang penyewa jasa, dimana sebagian adalah pelanggan bisnis atau layanan publik. Buku ini dimaksudkan dalam daftar karena dengan membiarkan potensi telepon terus berkembang, buku tersebut secara radikal telah mengubah kehidupan sehari-hari dan harapan dari miliaran manusia di seluruh dunia.
Saat ini nasib buku telepon justru berakhir di pasar sebagai ajang tukar menukar antara kertas pembungkus dan sejumput cabai merah. Padahal untuk membuatnya tidaklah mudah. Manfaatnya juga masih banyak, kita masih bsia mencari nomor telepon seseorang atau sebuah perusahaan yang belum melek teknologi  atau jauh dari jangkauan teknologi dan masih mengandalkan telepon.
Siapa yang tek kenal Ibu Kartini? Surat-surat beliau yang dibukukan telah membuka mata dunia tentang nasib para perempuan Indonesia.  Walau  masih menggunakan Bahasa Belanda, buku tersebut  telah mengalami cetak ulang selama 2 tahun sebanyak 8.000 eksemplar.

Buku ini dan beberapa buku sejenis mengajarkan bahwa mendokumentasi  pemikiran kita dalam wujud tulisan. bisa dalam surat-menyurat atau catatan harian  dapat dikenang serta bermanfaat bagi generasi selanjutnya. catatan harian seberapa pun menyakitkan atau menyedihkan selalu bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Itulah beberapa alasan yang melatarbelakangi peresensi tertarik untuk mengulas buku ini.
4.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan data dan analisis data di atas dapat diklasifikasikan jenis-jenis data sebagai berikut:
1.      Analisis Makrostruktural
a.    Tema yang diangkat penulis dalam resensi buku “ Buku – Buku yang Mengubah Dunia “ adalah buku dan ide-ide di dalamnya telah mengubah masyarakat dan mempengaruhi dunia.
b.    Topik yang diangkat dalam resensi ini adalah kehebatan sebuah buku .Topik ini terkandung dalam rumusan tema yang diangkat penulis resensi tentang kehebatan buku dan ide-ide di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia .
2.      Analisis Suprastruktural
Resensi Buku – Buku yang Mengubah Dunia telah mengikuti aturan penulisan resensi, meliputi judul resensi, data buku, pendahuluan, tubuh atau isi pernyataan, dan penutup.
3.      Analisis Mikrostruktural ( Penanda Kohesi dan Koherensi )
    1. Aspek Gramatikal
a.    Referensi pronomina persona menggunakan unsur-unsur kohesi kita dan saya.
b.   Referensi demonstratif menggunakan pengacuan demonstratif waktu yaitu menggunakan unsur-unsur kohesi masa depan,sekarang,dan kini.
c.    Substitusi nominal menggunakan unsur-unsur kohesi Nagarakertagama, Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang telah disebut terdahulu pada kalimat sebelumnya digantikan oleh satuan lingual nomina pula yaitu kata keempat buku .
d.   Substitusi frasal yang tampak misalnya frasa sukar dimengerti yang terletak pada kalimat pertama paragraf pertama disubstitusi dengan frase perlu perhatian ekstra untuk memahami .
e.    Elipsis menggunakan unsur-unsur kohesi satuan lingual berupa frasa, yaitu frasa buku ini. Frasa tersebut dilesapkan sebanyak tiga  kali.
f.     Konjungsi banyak dijumpai dalam wacana resensi. Diantaranya menggunakan unsur-unsur kohesi dan, lalu, ketika, bukan hanya…melainkan juga…
    1. Aspek Leksikal
a.Repetisi Epizeuksis menggunakan unsur-unsur kohesi kata-kata dunia, buku, dan foto, diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu.
b. Repetisi anadiplosis menggunakan unsur-unsur kohesi kata buku dan buku ini yang terdapat di awal klausa.
c. Antonimi mutlak menggunakan kata berubah dengan bertahan. Sedangkan oposisi kutub antara kata cepat dengan kata lambat.
d. Kolokasi menggunakan unsur-unsur kohesi bidan pengetahuan  dengan pemakaian kata-kata buku, filsuf, teolog, sejarahwan ilmuwan, dan sastrawan yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana tersebut.

B. Saran
Analisis wacana pada resensi ini hanya terbatas pada struktur makro,supra,dan mikro. Analisis lanjutan untuk memperdalam, memperluas dan mendeskripsikan seperti struktur makro, unsur sintaksis, kajian sosiolinguistik, atau aspek latar belakang penciptaan wacana dan seterusnya masih dapat dilakukan.



Daftar Pustaka

Abdul Rani dkk. 2006. Analisis Wacana; Sebuah Kajian Bahasa dan            Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing

Baryadi, I Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu Bahasa.       Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana; Pengantar Analisis teks media. Yogyakarta:          LKiS

Moeliono, Anton dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai      Pustaka

Mulyana, 2005. Kajian Wacana; Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-prinsip   Analisis Wacan., Yogyakarta: Tiara Wacana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...