Tampilkan postingan dengan label Pengajaran Bahasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pengajaran Bahasa. Tampilkan semua postingan

Senin, 26 November 2012

BAB I PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGANALISIS UNSUR INTRINSIK CERITA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS X RSBI 7 SMA NEGERI I KEDIRI TAHUN 2011/2012 (PTK)


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai hasil dari sejumlah pengalaman yang ditempuh, baik bersifat pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Karena belajar merupakan suatu proses perubahan pada diri seseorang, maka belajar hanya akan terjadi apabila siswa memiliki dorongan dari dalam dirinya untuk berubah sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Sedangkan peranan guru dengan otoritasnya terbatas pada upaya perancangan suatu kondisi yang memungkinkan siswa untuk belajar, dengan berbagai prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab profesi yang dimilikinya (Sukmara, 2005:54).
Hal di atas sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Bab II pasal 3 Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas, 2003:8).
Penulis menggarisbawahi kata ‘berkembangnya’ pada tujuan pendidikan nasional tersebut. Secara semantik kata ‘berkembangnya’ berbeda dengan kata ‘mengembangkan’. Kalau digunakan kelompok kata untuk ‘mengembangkan potensi peserta didik’ berarti penekanannya pada guru/pendidik yang harus lebih aktif berperan dalam pembelajaran. Sedangkan penggunaan kelompok kata ‘berkembangnya potensi peserta didik’ lebih menekankan pada suatu kondisi yang difasilitasi guru agar peserta didik dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Dalam pengembangan kurikulum untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, kegiatan belajar siswa sebaiknya mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1) Memberikan peluang bagi siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan sendiri pengetahuan dibawah bimbingan guru atau orang dewasa.
2) Merupakan pola yang mencerminkan ciri khas dalam pengembangan keterampilan mata pelajaran yang bersangkutan.
3) Disesuaikan dengan ragam sumber belajar yang tersedia.
4) Bervariasi dengan mengombinasikan antara kegiatan belajar perorangan, pasangan, kelompok, dan klasikal.
5) Memperhatikan pelayanan terhadap perbedaan individual siswa.
Pembelajaran sastra terutama apresiasi sastra di sekolah bukanlah bertujuan untuk membuat para siswa menjadi sastrawan, melainkan lebih bertujuan untuk membuat mereka mencintai karya sastra bangsanya, mampu memberikan penilaian terhadap karya sastra yang dibacanya dan memanfaatkan karya sastra dalam bidang kehidupan mereka masing-masing.
Karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai medianya, mengandung nilai pendidikan, sosial, kemasyarakatan, psikologis, agama dan sebagainya. Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra sulit ditemukan, oleh karena itu perlu diadakan kegiatan analisis. Anton M. Moeliono(1993:37) berpendapat bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya.
Sejalan dengan pendapat di atas, Jakob Sumardjo(1994:3) menyatakan bahwa bahasa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sastra adalah bentuk rekaman bahasa yang akan disampaikan pada orang lain. Untuk memahami suatu karya sastra tidaklah mudah, banyak segi yang harus dianalisis baik dari unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsiknya.
Sebenarnya para guru sangat beruntung karena mutu dan jenis prosa/cerita ini jumlahnya cukup banyak. Cerpen misalnya, dengan mudah dapat ditemukan dan dipilih yang sesuai dengan tingkat kebahasaan dan disukai oleh siswa. Cerpen memungkinkan seorang siswa hanyut dalam keasyikan membacanya. Sekarang ini banyak cerpen yang sesuai dengan minat dan tingkat kemampuan intelektual anak. Cerpen-cerpen ini jelas dapat dijadikan sarana pendukung untuk memperkaya bacaan dan dapat dijadikan bahan pembelajaran apresiasi sastra di SMA.
Meskipun demikian, dalam melaksanakan tugas di lapangan penulis mendapat beberapa permasalahan, yaitu:
1) Banyaknya siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal(KKM), terutama dalam pembelajaran sastra;
2) Rendahnya partisipasi siswa yang aktif dalam pembelajaran sastra;
3) Rendahnya penguasaan siswa terhadap materi prasyarat pembelajaran sastra;
4) Rendahnya kemampuan guru dalam memvariasikan model dan media pembelajaran sastra.
5) Fokus pembelajaran ada pada guru, sedangkan siswa hanya menerima apa-apa yang diberikan guru tanpa melalui aktivitas dan partisipasi yang berarti.
Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti proses pembelajaran apresiasi sastra di kelas X SMA terutama mengenai peningkatan kemampuan siswa dalam menganalisis unsur  cerita yang disampaikan secara langsung/melalui rekaman melalui pendekatan kontekstual dengan menggunakan model pembelajaran Course Review Horay.

Kamis, 27 September 2012

Kosakata

a. Pengertian Kosakata
Ada beberapa pengertian kosakata yang dikemukakan oleh beberapa ahli bahasa. Menurut Mukidi (1994: 43) kosakata sama dengan leksikon. Di sini leksikon diartikan sebagai perbendaharaan kata dalam suatu bahasa. Leksikon merupakan komponen bahasa yang memuat semua informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000: 597) kosakata diartikan sebagai perbendaharaan kata. Kridalaksana (1993: 127) menjelaskan bahwa kosakata sama dengan leksikon, sedangkan yang dimaksud dengan leksikon adalah: (1) komponen bahasa yang memuat secara informatif tentang makna dan pemakaian kata dalam suatu bahasa, (2) kekayaan kosakata yang disusun seseorang pembicara atau penulis, (3) daftar kata yang disusun dengan penjelasan singkat dan praktis.
Dari uraian di atas, selanjutnya dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan komponen bahasa yang memuat daftar kata-kata beserta batasannya yang penggunaannya sesuai dengan makna dan fungsinya.
 Adiwimanta (lewat Dipodjojo, 1984: 21) membatasi pengertian kosakata pada:
1.      semua kata yang terdapat dalam suatu bahasa,
2.      kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau dipergunakan oleh sekelompok orang dalam suatu lingkungan yang sama,
3.      kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan,
4.      seluruh morfem yang ada dalam suatu bahasa yang disusun secara alfabetis disertai dengan batasan dan keterangannya. 
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan sejumlah kata yang dimiliki oleh suatu bahasa. Dengan demikian, penguasaan kosakata dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menguasai dan mempergunakan kata-kata atau perbendaharaan kata yang terdapat dalam suatu bahasa.

Sabtu, 22 September 2012

Cara Mengembangkan Kebiasaan Membaca

Cara Mengembangkan Keterampilan Membaca


Salah satu tugas guru ialah membimbing dan membantu siswa untuk mengembangkan dan meningkatkan keterampilan-keterampilan yang seharusnya dimiliki oleh siswa. Dalam hal ini adalah keterampilan membaca.
Usaha-usaha yang dapat dilakukan agar siswa memiliki keterampilan membaca ialah:
1)            Membantu siswa untuk memperkaya kosakata dengan cara:
a)      Memperkenalkan sinonim, antonim, parafrase, kata-kata dasar yang mendasar sama.
b)      Memperkenalkan imbuhan (awalah, sisipan dan akhiran).
c)      Mengira-ngira makna kata-kata dari konteks atau hubungan kalimat.
d)     Menjelaskan arti suatu kata abstrak.
2)            Membantu siswa untuk memahami makna struktur-struktur kata, kalimat dan sebagai dan diberikan seperlunya.
3)            Guru dapat memberikan penjelasan pengertian kiasan, sindiran, ungkapan, pepatah, pribahasa.
4)            Guru mengajukan pertanyaan menanyakan ide pokok suatu paragraf, menunjukan kalimat yang kurang baik, menyuruh membuat rangkuman.
5)            Guru menyuruh membaca dalam arti dengan waktu yang terbatas, bibir tidak boleh digerak-gerakkan. Agar hal ini dapat berhasil dengan baik di informasikan kepada siswa tentang tujuan membaca itu, misalnya:
Dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan pikiran pokok dan sebagainya.
Apabila langkah-langkah itu telah dilakukan oleh guru, besar kemungkinan keterampilan siswa dalam membaca akan meningkat. Maka perlu sekali calon guru memahami langkah-langkah seperti yang disebutkan di atas.
Berbagai cara dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan keterampilan membaca. Beberapa contoh langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan-kemapuan membaca:
1)      Melatih kemampuan membaca ide pokok sebuah wacana, langkah-langkah sebagai berikut:
a)      Setiap paragraf, kelompok menentukan ide pokok.
b)      Setelah itu didiskusikan untuk menetapkan judul yang tepat.
c)      Setiap pasangan memusatkan perhatian pada kalimat topik serta paragraf wacana tersebut.
d)     Setiap pasangan memperhatikan/membaca rangkuman bab terakhir.
2)      Melatih kemampuan memahami bagian sebuah wacana, langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)      Bahan bacaan ditentukan guru.
b)      Setiap kelompok mencatat sebanyak-banyaknya bagian yang terdapat pada bacaan untuk mempermudah digaris bawahi.
c)      Setelah itu pasangan membacakan hasil kerjanya, kemudian dicocokkan dengan yang asli.
d)     Guru dan siswa memeriksa hasil jawaban yang berpedoman pada kunci jawaban.
3)      Melatih kemampuan mengenal kalimat yang tak ada hubungannya dalam wacana. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)      Bahan bacaan ditentukan guru.
b)      Setiap pasangan atau kelompok menentukan tempat kalimat yang salah (tidak berhubungan).
c)      Mendiskusikan.
d)     Diperiksa bersama hasil dari tiap-tiap kelompok, dibicarakan kesalahan-kesalahan.
4)      Melatih kemampuan untuk kritis terhadap bacaan, langkah-langkahnya sebagai berikut:
a)      Setiap kelompok membuat pertanyaan-pertanyaan sebanyak-banyaknya mengenai isi bacaan.
b)      Setelah itu antara kelompok tukar pekerjaan dan memberikan penilaian yang sebelumnya telah diarahkan oleh guru.
DP. Tampubolon mengatakan bahwa “Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan pemahaman isi16. Kemampuan membaca ditentukan oleh faktor-faktor pokok yang berikut:
1)      Kompetensi Kebahasaan
Penguasaan bahasa (dalam hal ini bahasa Indonesia) secara keseluruhan, terutama tata bahasa dan kosa kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokan kata.
2)      Kemampuan Mata
Keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien.
3)      Penentuan Informasi Fokus
Yaitu menentukan lebih dahulu informasi yang diperlukan sebelum mulai membaca pada umumnya dapat meningkatkan efisiensi membaca.
4)      Teknik-teknik dan Metode-metode Membaca
Yakni cara-cara membaca yang paling efisien dan efektif untuk menemukan informasi fokus yang diperlukan. Teknik-teknik yang umum ialah baca pilih, baca lompat, baca-layap, dan baca-tatap.
5)      Fleksibilitas Membaca
Yaitu kemampuan menyesuaikan strategi membaca dengan kondisi baca. Yang dimaksud dengan strategi membaca ialah teknik dan metode membaca, kecepatan membaca, dan gaya membaca (santai, serius, dengan konsentrasi, dan lain-lain). Kondisi baca ialah tujuan membaca informasi fokus, dan materi bacaan dalam arti keterbacaan.
6)      Kebiasaan Membaca
Yaitu minat (keinginan, kemauan, dan motivasi) dan keterampilan membaca yang baik dan efisien, yang telah berkembang dan membudaya secara maksimal dalam diri seseorang17. Faktor kebiasaan membaca akan penulis kemukakan lebih lanjut lagi.


   16 DP. Tampubolon, Loc. Cit., hlm. 242
   17 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 244

Metode Pengajaran Membaca


Metode pengajaran membaca akan sedikit banyak dipengaruhi oleh materi, metode-metode yang lazim di pakai antara lain:
a)            Metode Ceramah
Penuturan bahan pengajaran secara lisan.
b)            Metode Diskusi
Yakni bertukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih cermat tentang permasalahan atau topik yang sedang dibahas. Metode ini berusaha mendiskusikan suatu masalah dan mencari jalan keluarnya serta melatih keterampilan berpikir murid secara kritis.
c)            Metode Pemberian Tugas
Yakni memberikan kesempatan kepada siswa melakukan tugas yang  berhubungan dengan pelajaran seperti mengerjakan soal-soal.
d)           Metode Tanya Jawab
Yakni metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat terarah sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa.
e)            Metode Sosio Drama atau Bermain Peran Dan lain-lain
Semua metode pada dasarnya baik. Hal ini berhubungan dengan jenis materi, tujuan materi, tujuan dan situasi serta keterampilan guru yang menggunakannya. Pemilihan metode yang tepat dalam pelaksanaan pengajaran membaca inilah yang dinamakan teknik. Jadi teknik adalah operasional yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan pengajaran membaca.
f)             Metode Karyawisata
Mengajar dengan peragaan secara langsung berupa objek pelajaran yang sesungguhnya, sehingga murid memperoleh gambaran langsung tentang apa yang dipelajarinya.
g)            Metode Demontrasi dan Eksperimen
Mencoba mengusahakan agar para murid memperoleh pengertian lebih jelas tentang suatu hal, misalnya dengan peragaan atau murid mencoba sendiri.
h)            Metode Drill
Metode mengajar dengan latihan-latihan.

Pengajaran Kemampuan Membaca


      a. Kemampuan Membaca
Menurut DP. Tampubolon yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan13.
Menurut Akhmad bahwa “Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam materi cetak”14.
Sedangkan menurut Yeti Mulyati, bahwa “Kemampuan membaca adalah kesanggupan melihat serta memahami isi dari pada yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati”15.
Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efektif dan efisien. Membaca pemahaman dan efektif bukan berarti asal membaca pemahaman saja, sehingga karena cepatnya begitu selesai baca tak ada yang diingat dan dipahami.
Kemampuan membaca harus diimbangi oleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Pembaca yang efektif dan kritis harus mampu menemukan bagian penting dari bahan bacaan tersebut secara tepat. Biarkan bagian yang kurang penting bahkan melewatinya bila memang tidak diperlukan.

      b.      Teknik Pengajaran Membaca
1)      Lihat dan Baca
Teknik ini dapat berupa Fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan dan puisi pendek.
2)      Menyusun Kalimat
Melalui kegiatan ini siswa dapat belajar menyusun kalimat. Teknik pengajaran membaca melalui penyusunan kalimat melibatkan keterampilan membaca dan menulis.
3)      Menyempurnakan Paragraf
Suatu paragraf yang telah disusun oleh guru dihilangkan sebuah kata pada setiap kalimat. Paragraf ini kemudian diberikan kepada guru untuk dibaca kemudian mengisi kotak kosong dengan kata yang tepat.
4)      Mencari Kalimat Topik
Suatu bacaan yang panjang dalam suatu cerita dapat disingkat dengan mengambil kalimat topik.
5)      Menceritakan Kembali
Melaui kegiatan ini siswa mampu menceritakan kembali suatu informasi yang telah diterimanya melalui suatu bacaan.
6)      Parafrase
Guru mempersiapkan bahan bacaan puisi bila perlu menerangkan makna kata-kata puisi yang dianggap sukar, setelah itu siswa membaca kembali puisi itu dengan teliti lalu mengekspresikan isinya dengan kata-kata sendiri.
7)      Melanjutkan Cerita
Guru memilih suatu cerita yang cocok untuk siswa, cerita tiu dihilangkan sebagian. Bagian yang dihilangkan boleh permulaan cerita atau akhir cerita, setelah siswa membawa cerita yang sebagian itu mereka ditugaskan melengkapi cerita yang kemudian dibandingkan dengan cerita aslinya.
8)      Mempraktikkan Petunjuk
Membaca petunjuk sering kali kita praktikkan dalam hidup sehari-hari. Obat yang kita beli selalui mengikuti petunjuk cara pemakaiannya. Radio yang kita belipun ada petunjuk pengoperasiannya.
9)      Baca dan Terka
Kecermatan membaca dan menangkap isi dalam baca dan terka sangat diperlukan. Tidak hanya isi yang tersurat kadang-kadang pun isi yang tersirat. Beda yang tidak pernah disebutkan namanya secara ekplisit. Karena itu diperlukan kejelian dan ketajaman pemahaman.
10)  Membaca Sekilas
Membaca sekilas dilakukan untuk memperoleh kesan umum dari sesuatu bacaan. Bila yang dibaca daftar isi maka perhatian pembaca hanya kepada butir-butir yang dibicarakan. Dalam membaca sekilas terkandung makna mencari intisari bahan bacaan.
11)  Membaca Sepintas
Dilakukan untuk menemukan suatu informasi secara tepat. Informasinya sudah ditentukan sebelumnya. Membaca sepintas walaupun cepat harus teliti dan penuh kesiapan menangkap informasi.
12)  SQ3R
Salah satu teknik pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas 3 tinggi ialah metode telaah tugas atau SQ3R. S adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari Question, R adalah singkatan dari Read, R2 adalah singkatan dari Ricite dan R3 adalah singkatan dari Review.
13)  Individualize Intruction
Salah satu teknik pengajaran membaca yang tergolong maju dan modern ialah Individualize Intruction. Prinsip dasar yang mendasari teknik pengajaran ini adalah bahwa anak normal dapat belajar membaca dan dapat mempunyai sikap cinta membaca.


   13 DP. Tampubolon, Op. Cit., hlm. 7
   14 Akhmad, Membaca 2 (Jakarta: Cipta Karya 1996) hlm. 88
   15 Yeti Mulyati, Membaca (Jakarta: Cipta Karya 1997) hlm. 65

Jumat, 03 Agustus 2012

Pemerolehan Bahasa


A. Teori Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik berupa pemahaman ataupun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan pembelajaran formal. Dengan kata lain, kegiatan ini dilakukan anak tanpa sadar, tanpa beban, serta berlangsung secara informal dan dalam konteks berbahasa yang bermakna.
Beberapa ahli psikolinguistik mengemukakan bahwa teori pemerolehan bahasa dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.      teori behaviorisme
Teori ini dikemukakan oleh Bloom dan Skinner . Menurut teori ini , semua pengetahuan dalam  bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil dari integrasi peristiwa – peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh manusia itu. Pengetahuan linguistik dibentuk oleh  rangkaian hubungan antara stimulus dan respon. Bayi tidak akan dapat menghasilkan bunyi yang bermakna jika pada dirinya tidak diberikan rangsangan atau stimulus. Dengan adanya stimulus ini bayi selalu memberikan respon.
2.      teori nativisme
Teori ini dikemukakan oleh Chomsky . Menurut teori ini , setiap anak yang lahir telah memiliki sejumlah kapasitas atau potensi bahasa yang pada perkembangannya potensi ini akan ikut menentukan struktur bahasa yang akan digunakan. Sejak lahir seorang anak sudah memiliki piranti pemerolehan bahasa disebut Language Acquisition Device (LAD). LAD ini yang memproses masukan dari lingkungan dan kemudian menghasilkan bahasa yang diujarkan. Dengan piranti itu ia mempunyai potensi untuk mempelajari bahasa sesuai bahasa lingkungannya.
3.       teori kognitif
Teori ini dikemukakan oleh Piaget . Menurut teori ini , pemerolehan bahasa anak sangat berhubungan dengan perkembangan intelektual atau kognitifnya. Struktur bahasa baru akan dikuasai jika dasar kemampuan kognitifnya sudah ada. Anak harus memiliki kemampuan konseptual mengenai sesuatu.
Ketiga teori tersebut merupakan teori yang sesuai dengan pemerolehan bahasa anak. Ketiga teori ini sebetulnya sangat berhubungan erat. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain. Perkembangan pemerolehan bahasa anak memerlukan rangsangan yang terus menerus berupa kata-kata yang diulang  sesering mungkin sejalan dengan teori behaviourisme. Sementara itu, anak  pun telah dibekali dengan LAD yang ada di otak sesuai dengan teori nativisme. Oleh sebab itu ,nutrisi otak melalui asupan gizi seimbang, harus dioptimalkan sejak usia dini.
B.     Proses Pemerolehan Bahasa Anak usia 3 – 6 tahun.
Kemampuan berbahasa anak tidak diperoleh sekaligus. Akan tetapi , kemampuan berbahasa ini dimiliki anak melalui tahap-tahap berikut  :
  1. Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampu menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan, rengekan, dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerak artikulatorisnya sampai ia mampu mengucapkan kata-kata yang bermakna.
  2. Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampu menggunakan ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap.
  3. Tahap dua-kata, yaitu fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalam pertuturannya.
  4. Tahap banyak-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga-kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.
Pada usia 3 – 6 tahun , proses pemerolehan bahasa anak adalah sebagai berikut :
1.      Pemerolehan dalam bidang fonologi . Pada usia 3 tahun , anak sudah dapat mengucapkan bunyi / r /, bunyi hambat , bunyi frikatif dan bunyi afrikat.
2.      Pemerolehan dalam bidang  sintaksis. Perkembangan bahasa anak usia 3 -6 tahun , telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik . Anak usia ini telah mampu bercerita , mengunakan kata sesudah dan sebelum , menggunakan kalimat kompleks dan kalimat interogatif .
3.      Pemerolehan dalam bidang leksikon . Macam kata yang dikuasai anak pada usia ini adalah nomina , verba , adjektiva dan kata fungsi . Sedangkan untuk mementukan makna , anak harus menganalisis segala macam fiturnya sehingga makna yang diperolehnya itu sama dengan makna yang dipakai orang dewasa. Pada umumnya , dalam hal penetuan makna, anak  mengikuti prinsip overextension ( penggelembungan makna ) berdasarkan bentuk , ukuran , gerakan , bunyi dan tekstur atau menggunakan prinsip underextension ( penciutan makna ) dengan membatasi makna hanya pada referen yang telah dirujuk.
4.      Pemerolehan dalam bidang pragmatik .Pada usia ini , anak belum mampu membedakan pemakaian pronomina orang kedua seperti kamu , engkau , saudara , anda , bapak , ibu . Selain itu , belum mampu menguasai tata krama dalam bahasa khususnya dalam Bahasa Jawa. Mengenai perkembangan percakapan , hanya sekitar 19 % dari tanggapan anak yang relevan dengan topik yang dibicarakan.
C.           Perkembangan bahasa anak usia 3-6 tahun.

Perkembangan bahasa anak dipengaruhi banyak faktor, seperti faktor biologis, lingkungan sosial, intelegensi, dan motivasi. Faktor-faktor itu memiliki peran yang sama pentingnya . Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif (mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Berikut  tabel perkembangan  bahasa pada anak normal :
Umur
Kemampuan Reseptif
Kemampuan Ekspresif
Lahir
Melirik ke sumber suara
Memperlihatkan ketertarikan
terhadap suarasuara
Menangis
2 – 4 bulan

Tertawa dan mengoceh tanpa arti

6 bulan
Memberi respon jika namanya
dipanggil
Mengeluarkan suara yang
merupakan kombinasi huruf
hidup (vowel) dan huruf mati
(konsonan)
9 bulan
Mengerti dengan katakata
yang
rutin (dada)
Mengucapkan “mama”,
“dada”

12 bulan
Memahami dan menuruti
perintah sederhana
Bergumam
Mengucapkan satu kata
15 bulan
Menunjuk anggota tubuh
Mempelajari katakata
Dengan perlahan
18 – 24 bulan
Mengerti kalimat
Menggunakan/merangkai dua
kata
24 – 36 bulan
Menjawab pertanyan
Mengikuti 2 langkah perintah
Frase 50% dapat dimengerti
Membentuk 3 (atau lebih)
kalimat
Menanyakan “apa”
36 – 48 bulan
Mengerti banyak apa yang
diucapkan
Menanyakan “mengapa”
Kalimat 75% dapat dimengerti,
bahasa sudah mulai jelas,
menggunakan lebih dari 4 kata
dalam satu kalimat
48 – 60 bulan
Mengerti banyak apa yang
dikatakan, sepadan dengan
fungsi kognitif
Menyusun kalimat dengan baik
Bercerita
100% kalimat dapat dimengerti
6 tahun

Pengucapan bahasa lebih jelas


D. Data Penelitian

Data  berikut merupakan hasil dari penelitian kami  mengenai perkembangan bahasa anak usia 3 – 6 tahun.

 
Nama anak                  : Nurma Himmatul Mahmudah
Tempat , tgl. Lahir            : Kediri , 6 November 2003
Umur                                 : 6 tahun lebih 1 bulan
Nama ayah                        : Moh. Shobirin
Nama Ibu                          : Umi Hajar
Pendidikan ayah               : SMA
Ibu                                     : SMA
Pekerjaan ayah                  : Petani
Ibu                                     : Ibu rumah tangga
Alamat                              : Jatisari – Kepung – Kediri

2.  Kemampuan bahasa anak
Kemampuan bahasa anak cukup baik , anak tersebut mampu berbicara , membaca  dengan lancar dan menulis  . Selain itu, anak tersebut dapat menirukan bunyi suara, berhitung , bercerita  dengan runtut dan bernyanyi mulai lagu anak – anak sampai lagu dewasa. 
3.   Pemahaman orang tua tentang pemerolehan bahasa
Pemahaman orang tua terhadap pemerolehan bahasa anak cukup baik .  Sejak kecil, ibunya selalu memberikan stimulus dengan menyanyikan beberapa lagu anak – anak . Selain itu , si ibu juga aktif mengajak anak tersebut  berbicara / berkomunikasi . Sejak umur 3 tahun , anak tersebut sudah mulai diperkenalkan dengan huruf . Sang Ibu juga sering mendongeng. Mendongeng bermanfaat untuk menambah perbendaharaan kata anak. Melalui dongeng anak bisa mengenal kata gunung, danau, hutan dan perahu yang kadang jarang ditemui pada percakapan sehari-hari. Pada usia 5 tahun anak tersebut dimasukkan ke sekolah TK , dalam waktu yang sangat singkat anak tersebut telah bisa membaca.
4.   Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi anak cukup terpenuhi . Setiap hari sang ibu selalu memberikan makanan yang sehat dan bergizi . Selain itu , 2 gelas susu sehari  selalu ibu berikan setiap pagi dan  malam sebelum tidur .
5.   Masalah perkembangan bahasa
Sejauh ini , tidak ada masalah dengan perkembangan bahasa anak .Anak tersebut mampu berbicara dengan baik , bercerita sederhana , bernyanyi dan membaca dengan lancar .
6.   Lingkungan keluarga dan sekitarnya .
Nurma dilahirkan dilingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang religius . Sejak kecil , ibunya selalu mengajarinya untuk terbiasa berbicara baik . Selain itu , penanaman pendidikan agama sejak dini , telah diterapkan orang tuanya dengan mengajarinya membaca Al Qur’an , hafalan surat – surat pendek dan do’a sehari – hari .


1.  Nama anak                         : Ahfal Al Farisi
Tempat , tgl. Lahir            : Kediri , 15 Oktober 2003
Umur                                 : 6 tahun lebih 2 bulan
Nama ayah                        : Moh. Djamil
Nama Ibu                          : Syarifa Al Mufida  
Pendidikan ayah               : S1
Ibu                                     : S1
Pekerjaan ayah                  : Wiraswasta
Ibu                                     : Wiraswasta
Alamat                              : Jatisari – Kepung – Kediri

2.  Kemampuan bahasa anak
Kemampuan bahasa anak kurang baik , anak tersebut mampu berbicara , akan tetapi anak tersebut cenderung pendiam apabila berada di dekat anak / orang yang belum akrab dengannya . Sudah mengenal huruf akan tetapi belum mampu membaca dengan lancar.
3.   Pemahaman orang tua tentang pemerolehan bahasa
Pemahaman orang tua terhadap pemerolehan bahasa anak cukup baik .  Akan tetapi karena kesibukan orang tuanya , sehingga perhatian orang tua terutama sang ibu sangat kurang . Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya.
4.   Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi anak cukup terpenuhi . Setiap hari sang ibu selalu memberikan makanan yang sehat dan bergizi . Selain itu , 2 gelas susu sehari  selalu ibu berikan setiap pagi dan  malam sebelum tidur .
5.   Masalah perkembangan bahasa
Sejauh ini , anak tersebut telah mampu berbicara . Akan tetapi anak tersebut cenderung pendiam apabila berada di dekat anak / orang yang belum akrab dengannya .
6.   Lingkungan keluarga dan sekitarnya .
Karena kesibukan orang tuanya , setiap hari Ahfal dititipkan kepada neneknya . Sementara neneknya, juga sibuk mengurus kakeknya yang sedang sakit . Sehingga perhatian keluarga , orang tua terutama sang ibu sangat kurang . Selain itu , Ahfal juga jarang bermain dengan teman sebayanya di lingkungan sekitar rumahnya .Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya dan ia cenderung menjadi anak pendiam.

E. Simpulan

Dalam usia 3 - 6 tahun, umumnya anak-anak normal telah dapat menguasai bahasa ibunya dengan baik. Berdasarkan teori, pemerolehan bahasa yang cepat seperti itu ditempuh anak secara informal dengan strategi berikut ini :
  1. Mengingat masukan bahasa yang didengar dari anggota sosial anak seperti ayah, ibu, saudara, teman dan tetangga.
  2. Meniru bahasa yang didengarnya. Peniruan ini tidak terlalu persis. Penyebabnya, selain karena kemampuan otak, alat ucap, dan penguasaan kaidah bahasa anak masih berkembang, juga karena anak memiliki kreativitas berbahasa. Jadi, peniruan ini bersifat kreatif.
  3. Mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang sesungguhnya. Pengalaman ini merupakan sarana latihan berbahasa anak yang tak jarang diwarnai oleh eksperimen atau uji coba.
  4. Bermain sendiri atau dengan orang lain. Kegiatan bermain ini sekaligus berfungsi sebagai sarana anak dalam berlatih bahasa.
  5. Penyederhanaan atas tuturan orang dewasa yang didengar, diingat, dan dicontohnya.

 
DAFTAR PUSTAKA
  

-       Chaer , Abdul . Psikolinguistik Kajian Teoritik . Bandung :Rineka Cipta
-       Djardjowidjojo , Soenjono . Psikolinguistik Pengantar Pemahaman Bahasa . Yayasan Obor Indonesia : Unika Atmajaya






















































Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...