Sabtu, 22 September 2012

Pengajaran Kemampuan Membaca


      a. Kemampuan Membaca
Menurut DP. Tampubolon yang dimaksud dengan kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan13.
Menurut Akhmad bahwa “Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk memahami informasi yang terkandung dalam materi cetak”14.
Sedangkan menurut Yeti Mulyati, bahwa “Kemampuan membaca adalah kesanggupan melihat serta memahami isi dari pada yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati”15.
Kemampuan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca efektif dan efisien. Membaca pemahaman dan efektif bukan berarti asal membaca pemahaman saja, sehingga karena cepatnya begitu selesai baca tak ada yang diingat dan dipahami.
Kemampuan membaca harus diimbangi oleh pemahaman terhadap bacaan tersebut. Pembaca yang efektif dan kritis harus mampu menemukan bagian penting dari bahan bacaan tersebut secara tepat. Biarkan bagian yang kurang penting bahkan melewatinya bila memang tidak diperlukan.

      b.      Teknik Pengajaran Membaca
1)      Lihat dan Baca
Teknik ini dapat berupa Fonem, kata, kalimat, ungkapan, kata-kata mutiara, semboyan dan puisi pendek.
2)      Menyusun Kalimat
Melalui kegiatan ini siswa dapat belajar menyusun kalimat. Teknik pengajaran membaca melalui penyusunan kalimat melibatkan keterampilan membaca dan menulis.
3)      Menyempurnakan Paragraf
Suatu paragraf yang telah disusun oleh guru dihilangkan sebuah kata pada setiap kalimat. Paragraf ini kemudian diberikan kepada guru untuk dibaca kemudian mengisi kotak kosong dengan kata yang tepat.
4)      Mencari Kalimat Topik
Suatu bacaan yang panjang dalam suatu cerita dapat disingkat dengan mengambil kalimat topik.
5)      Menceritakan Kembali
Melaui kegiatan ini siswa mampu menceritakan kembali suatu informasi yang telah diterimanya melalui suatu bacaan.
6)      Parafrase
Guru mempersiapkan bahan bacaan puisi bila perlu menerangkan makna kata-kata puisi yang dianggap sukar, setelah itu siswa membaca kembali puisi itu dengan teliti lalu mengekspresikan isinya dengan kata-kata sendiri.
7)      Melanjutkan Cerita
Guru memilih suatu cerita yang cocok untuk siswa, cerita tiu dihilangkan sebagian. Bagian yang dihilangkan boleh permulaan cerita atau akhir cerita, setelah siswa membawa cerita yang sebagian itu mereka ditugaskan melengkapi cerita yang kemudian dibandingkan dengan cerita aslinya.
8)      Mempraktikkan Petunjuk
Membaca petunjuk sering kali kita praktikkan dalam hidup sehari-hari. Obat yang kita beli selalui mengikuti petunjuk cara pemakaiannya. Radio yang kita belipun ada petunjuk pengoperasiannya.
9)      Baca dan Terka
Kecermatan membaca dan menangkap isi dalam baca dan terka sangat diperlukan. Tidak hanya isi yang tersurat kadang-kadang pun isi yang tersirat. Beda yang tidak pernah disebutkan namanya secara ekplisit. Karena itu diperlukan kejelian dan ketajaman pemahaman.
10)  Membaca Sekilas
Membaca sekilas dilakukan untuk memperoleh kesan umum dari sesuatu bacaan. Bila yang dibaca daftar isi maka perhatian pembaca hanya kepada butir-butir yang dibicarakan. Dalam membaca sekilas terkandung makna mencari intisari bahan bacaan.
11)  Membaca Sepintas
Dilakukan untuk menemukan suatu informasi secara tepat. Informasinya sudah ditentukan sebelumnya. Membaca sepintas walaupun cepat harus teliti dan penuh kesiapan menangkap informasi.
12)  SQ3R
Salah satu teknik pengajaran membaca yang digunakan dalam kelas 3 tinggi ialah metode telaah tugas atau SQ3R. S adalah singkatan dari Survey, Q adalah singkatan dari Question, R adalah singkatan dari Read, R2 adalah singkatan dari Ricite dan R3 adalah singkatan dari Review.
13)  Individualize Intruction
Salah satu teknik pengajaran membaca yang tergolong maju dan modern ialah Individualize Intruction. Prinsip dasar yang mendasari teknik pengajaran ini adalah bahwa anak normal dapat belajar membaca dan dapat mempunyai sikap cinta membaca.


   13 DP. Tampubolon, Op. Cit., hlm. 7
   14 Akhmad, Membaca 2 (Jakarta: Cipta Karya 1996) hlm. 88
   15 Yeti Mulyati, Membaca (Jakarta: Cipta Karya 1997) hlm. 65

Membaca Pemahaman

                     Pengertian Membaca Pemahaman
M. E. Suhendar berpendapat bahwa, “Membaca pemahaman ialah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai”11.
Sedangkan Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa, “Membaca pemahaman ialah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi”12.
Untuk keterampilan pemahaman, hal yang paling tepat digunakan adalah membaca dalam hati, yang dapat dibagi dalam:
1)      Membaca ekstensif yang berarti membaca secara luas
Membaca ekstensif mencakup:
a)      Membaca Survei
Yaitu membaca dengan meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah dengan jalan melihat judul yang terdapat dalam buku-buku yang ada hubungannya, kemudian memeriksa atau meneliti bagan skema yang bersangkutan.


b)      Membaca Sekilas (Skimming)
Yaitu membaca yang membuat kita bergerak dengan cepat melihat, memperlihatkan bahan tertulis untuk mencari arti, mendapatkan informasi/penerangan.
c)      Membaca Dangkal
Yaitu membaca untuk memperoleh pemahaman yang tidak mendalam dari suatu bacaan.

2)      Membaca Intensif yang berarti studi seksama telaah, teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.
Membaca Intensif mencakup:
(1)         Membaca telaah isi yang mencakup:
(a)    Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
(b)   Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis dan bukan hanya mencari kesalahan.
(c)    Membaca ide yaitu membaca yang ingin mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
(d)   Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan.
Oleh karena itu pembaca atau siswa dituntut untuk:
-          Memahami kata-kata yang dibacanya dan memahami arti
-          Mampu mengidentifikasi arti yang sudah dikenal dalam konteks yang dibaca.
-          Mampu untuk menerka arti kata yang belum dikenal dalam konteks yang dibaca.
-          Mampu menangkap ide pokok bacaan.
-          Mampu menangkap perincian.
-          Mampu memahami maksud penulis.

(2)         Membaca telaah bahasa, yang mencakup:
(a)    Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosakata.
(b)   Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sasta dari keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.



   11 M.E. Suhendar dan Pien Supinah, Pengajaran dan Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: CV. Pionir Jaya 1992) hlm. 27
   12 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit., hlm. 56

Jenis-Jenis Membaca



Membaca sebagai suatu aktivitas yang kompleks, mempunyai tujuan yang kompleks dan masalah yang bermacam-macam. Tujuan yang kompleks merupakan tujuan umum dari membaca. Di samping tujuan umum itu tentu terdapat pula bermacam ragam tujuan khusus yang menyebabkan timbulnya jenis-jenis membaca, ditinjau dari segi bersuara atau tidaknya orang waktu membaca itu terbagi atas:
1)      Membaca yang Bersuara
Yaitu suatu aktivitas atau kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama orang lain. Jenis membaca itu mencakup:
a)      Membaca nyaring dan keras
Yakni suatu kegiatan membaca yang dilakukan dengan keras, dalam buku petunjuk guru bahasa Indonesia untuk SMA disebut membacakan. Membacakan berarti membaca untuk orang lain atau pendengar, guna menangkap serta memahami informasi pikiran dan perasaan penulis atau pengarangnya. Membaca nyaring ini biasa dilakukan oleh guru, penyiar TV, penyiar radio, dan lain-lain.

b)      Membaca Teknik
Membaca teknik biasa disebut membaca lancar. Dalam membaca teknik harus memperhatikan cara atau teknik membaca yang meliputi:
(1)         Cara mengucapkan bunyi bahasa meliputi kedudukan mulut, lidah, dan gigi.
(2)         Cara menempatkan tekanan kata, tekanan kalimat dan fungsi tanda-tanda baca sehingga menimbulkan intonasi yang teratur.
(3)         Kecepatan mata yang tinggi dan pandangan mata yang jauh.

c)      Membaca Indah
Membaca indah hampir sama dengan membaca teknik yaitu membaca dengan memperlihatkan teknik membaca terutama lagu, ucapan, dan mimik membaca sajak dalam apresiasi sastra.

2)      Membaca yang Tidak Bersuara (dalam hati)
Yaitu aktivitas membaca dengan mengandalkan ingatan visual yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Jenis membaca ini biasa disebut membaca dalam hati, yang mencakupi:
a)      Membaca teliti.
b)      Membaca pemahaman.
c)      Membaca ide.
d)     Membaca kritis.
e)      Membaca telaah bahasa.
f)       Membaca skimming.
g)      Membaca cepat.
Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.
Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan. Jenis membaca inilah yang akan penulis kaji lebih dalam lagi.
Membaca ide yaitu membaca dengan maksud mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.
Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan.
Membaca telaah bahasa mencakup dua hal, yaitu:
a)      Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosa kata.
b)      Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sastra dari keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.
Membaca skimming (sekilas) adalah cara membaca yang hanya untuk mendapatkan ide pokok9.
Membaca cepat adalah keterampilan memilih isi bahan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan kita, yang ada relevansinya dengan kita, tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak kita perlukan10.


   9 Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1989) hlm. 84
   10 Ibid., hlm. XIV-XV

Hakikat dan Tujuan Membaca

a.       Pengertian Membaca
Membaca adalah salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Dalam kegiatan membaca, kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada keterampilan membaca daripada teori-teori membaca itu sendiri.
Henry Guntur Tarigan menyebutkan tiga komponen dalam keterampilan membaca, yaitu:
1)            Pengenalan terhadap aksara-aksara serta tanda-tanda baca.
2)            Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal.
3)            Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.1
Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar-benar bahwa membaca adalah suatu metode yang dapat dipergunakan untuk berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan kadang-kadang dengan orang lain yaitu mengomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis.
Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa “Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”2. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang  tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik.
Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, yakni memahami makna yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.
Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan / cetakan menjadi bunyi yang  bermakna. Membaca merupakan suatu penafsiran atau interpretasi terhadap ujaran yang berada dalam bentuk tulisan adalah suatu proses pembacaan sandi (decoding process).
Membaca adalah suatu proses yang bersangkut paut dengan bahasa. Oleh karena itu maka para pelajar haruslah dibantu untuk menanggapi atau memberi responsi terhadap lambang-lambang visual yang menggambarkan tanda-tanda oditori dan berbicara haruslah selalu mendahului kegiatan membaca.
Harimurti Kridalaksana mengatakan “Membaca adalah menggali informasi dari teks, baik yang berupa tulisan maupun dari gambar atau diagram maupun dari kombinasi itu semua”3
Soedarso berpendapat bahwa “Membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengerahkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah, meliputi orang harus menggunakan pengertian dan khayalan, mengamati, dan mengingat-ingat”4.
DP. Tampubolon berpendapat bahwa “Membaca adalah kegiatan fisik dan mental yang dapat berkembang menjadi suatu kebiasaan”5.
Bahkan ada pula beberapa penulis yang beranggapan bahwa membaca adalah suatu kemauan untuk melihat lambang-lambang tertulis serta mengubah lambang-lambang tertulis tersebut melalui suatu metode pengajaran membaca seperti fonik (ucapan, ejaan berdasarkan interpretasi fonetik terhadap ejaan biasa) menjadi membaca lisan.
Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbeda-beda yang dipergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.

b.      Tujuan Membaca
Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca.
Henry Guntur Tarigan mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1)      Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
2)      Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
3)      Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).
4)      Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
5)      Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
6)      Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate).
7)      Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast)6.
Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta misalnya untuk mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
Membaca untuk memperoleh ide-ide utama misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya.
Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita seperti menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi.
Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal.
Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan misalnya untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.
Membaca menilai, membaca mengevaluasi seperti untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.
Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan dilakukan untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca.
Nurhadi berpendapat bahwa tujuan membaca adalah sebagai berikut:
1.      Memahami secara detail dan menyeluruh isi buku.
2.      Menangkap ide pokok atau gagasan utama secara tepat.
3.      Mendapatkan informasi tentang sesuatu.
4.      Mengenali makna kata-kata.
5.      Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di masyarakat sekitar.
6.      Ingin memperoleh kenikmatan dari karya sastra.
7.      Ingin mengetahui peristiwa penting yang terjadi di seluruh dunia.
8.      Ingin mencari merk barang yang cocok untuk dibeli.
9.      Ingin menilai kebenaran gagasan pengarang.
10.  Ingin memperoleh informasi tentang lowongan pekerjaan.
11.  Ingin mendapatkan keterangan tentang pendapat seseorang (ahli) tentang definisi suatu istilah.7

c.       Aspek-aspek Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya.
Secara garis besar aspek-aspek membaca dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1)      Keterampilan yang bersifat mekanis mencakup:
a)      Pengenalan bentuk huruf
b)      Pengenalan unsur-unsur liguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain).
c)      Pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis).
d)     Kecepatan membaca bertaraf lambat.
2)      Keterampilan yang bersifat pemahaman mencakup:
a)      Memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikal, retorikal).
b)      Memahami signifikasi atau makna (misalnya maksud dan tujuan pengarang relevansi/keadaan kebudayaan, reaksi pembaca).
Kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan keadaan.8


   1 Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa 1979) hlm. 10
   2 Ibid., hlm. 7
   3 Harimurti Kridalaksana, Kamus Linguistik (Jakarta: Gramedia 1984) hlm. 122
   4 Soedarso, Sistem Membaca Cepat dan Efektif (Jakarta: PT. Gramedia 1989) hlm. 4
   5 DP. Tampubolon, Kemampuan Membaca Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa 1986) hlm. 228
   6 Henry Guntur Tarigan, Loc. Cit
   7 Nurhadi, Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca (Bandung: CV. Sinar Baru 1989) hlm. 14

   8 Henry Guntur Tarigan, Op. Cit hlm. 11-12

Kamis, 20 September 2012

Drama


Sastra pada dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata - mata sebuah imitasi (dalam Luxemburg, 1989: 5). Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. (dalam Sarjidu, 2004: 2).

Analisis Wacana Artikel


Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan
12-12-2011 | Bekti-medicastore.com
Detokx atau detoksifikasi mulai populer saat ini. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya. Detox sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya (toxin) dari dalam tubuh. Beberapa orang melaporkan menjadi lebih fokus & energik setelah melakukan program detoksifikasi tubuh. Meskipun, menurut para ahli, hal tersebut dapat dikarenakan adanya keyakinan bahwa mereka telah melakukan hal yang bermanfaat terhadap tubuh.
Karena masih kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa proses detoksifikasi dapat membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat kalangan medis masih meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut. Pada proses alami tubuh, sebagian besar bahan berbahaya (toxin) yang masuk kedalam tubuh akan dihilangkan lewat ginjal & hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air seni & feses.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini, dapat dilihat pada artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai sumber.
Banyak cara untuk melakukan detoksifikasi, bisa dengan diet makanan tertentu, mandi lumpur, terapi dengan air laut, terapi dengan bahan herbal, terapi urin dll.Untuk detoksifikasi melalui pengaturan pola makan (detox diet), bisa dengan mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayur & buah atau mengkonsumsi suplemen herbal tertentu dalam bentuk serbuk maupun kapsul.
Biasanya program detoksifikasi lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini dimulai dengan suatu periode puasa, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan pola makan secara ketat (hanya mengkonsumsi sayur & buah mentah, jus buah, air, dll) serta konsumsi suplemen atau teh tertentu, untuk kemudian diakhiri dengan pembersihan usus besar (colon). Sebagian besar proses detoksifikasi tersebut berjalan selama 7-10 hari.
Ide dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan berbahaya (toxin). Sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut. Tubuh sendiri juga telah mempunyai mekanisme tersendiri yang dapat mengeluarkan zat berbahaya tersebut dari dalam tubuh.
Manfaat dari proses detoksifikasi tubuh sendiri hingga saat ini masih diperdebatkan. Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama karena tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.
Bagi yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka. Tetapi hal tersebut dapat juga terjadi karena pengaturan pola makan yang telah dilakukan.Pada proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) biasanya mereka menjadi :
1.      Mengkonsumsi lebih banyak air
2.      Mengkonsumsi lebih sedikit / tidak sama sekali alkohol & kafein
3.      Mengkonsumsi lebih sedikit lemak & protein dari hewan
4.      Mengkonsumsi lebih sedikit makanan olahan menjadi banyak mengkonsumsi makanan segar & berserat seprti sayur & buah-buahan.
Pada akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan manfaat pada tubuh. Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan yang berlemak.
Detoksifikasi tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh. Tetapi banyak orang yang salah mengartikan hal tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat badan. Padahal efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan tidak mengkonsumsi sama sekali makanan yang mengandung karbohidrat & lemak saat melakukan proses detoksifikasi. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan detoksifikasi tubuh :
a.       Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan untuk dilakukan oleh remaja. Hal ini karena remaja masih membutuhkan kalori & protein yang cukup untuk mendukung masa pertumbuhan & perkembangannya. Sehingga diet yang melibatkan pengaturan ketat terhadap makanan tertentu, sangat tidak dianjurkan. Terutama apabila remaja tersebut termasuk aktif melakukan aktifitas fisik seperti berolahraga.
b.      Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) juga tidak disarankan untuk dilakukan oleh mereka yang mempunyai masalah kesehatan, seperti : diabetes, penyakit jantung atau masalah kesehatan kronis lainnya. Demikian juga bagi wanita hamil & mereka yang mempunyai gangguan pola makan, detox diet juga sebaiknya dihindari.
c.       Suplemen untuk detoksifikasi dapat mempunyai efek samping. Banyak dari suplemen yang digunakan untuk proses detoksifikasi sebenarnya merupakan laksativa, yaitu suatu bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar. Suplemen yang mempunyai sifat laksativa dapat menimbulkan efek samping seperti dehidrasi, ketidak seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem pencernaan.
Proses detoksifikasi tidak dapat menghilangkan lemak dalam tubuh. Banyak orang yang melakukan detoksifikasi merasa turun berat badannya, padahal sebagian besar yang hilang tersebut adalah air & sedikit massa otot. Orang tersebut juga akan bertambah lagi berat badannya bila telah menyelesaikan program detoksifikasinya.
Detox diet hanya dapat dijalankan dalam jangka pendek. Karena pengaturan pola makan tersebut dapat mengganggu sistem metabolisme, maka program detoksifikasi dengan pengaturan pola makan dianjurkan hanya untuk dilakukan dalam jangka pendek saja.
Menjaga kesehatan memang sangat penting untuk dilakukan, karena mencegah tetap akan lebih baik daripada mengobati. Tetapi disarankan, agar kita juga dapat bijak untuk memilih program pencegahan yang akan dilakukan supaya tujuan akhir untuk tetap sehat, dapat tercapai. Melakukan aktifitas fisik secara rutin & mengatur pola makan tetap sehat & seimbang, terbukti merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan yang dapat kita lakukan.
2.2 Analisis
2.2.1 Tema
Artikel ini memiliki tema cara mengeluarkan racun dari tubuh. Tema merupakan perumusan dari kristalisasi topik – topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut     ( Gorys,keraf,1984 : 107 ). Tema memiliki 4 sifat:
a.       kejelasan
b.      kesatuan
c.       perkembangan
d.      keaslian
Tema artikel ini “ cara mengeluarkan racun dari tubuh ( detoksifikasi ). Tema ini memiliki 4 sifat di atas yakni jelas dari kalimatnya dan mengandung gagasan utama. Semua gagasan yang ada memiliki nilai kesatuan karena mengacu  pada tema. Isi dari artikel ini dikembangkan secara logis,urut,dan teratur mulai dari awal hinga akhir. Keaslian idenya pun juga diperhatahankan dari tiap kata yang ditulisnya mengungkapkan fakta dan kemapuan sendiri dari tema yang ada.
2.2.2        Topik
Topik adalah preposisi yang berwujud frase atau kalimat yang di dalamnya terdapat inti topik. Ciri utama sebuah topik adalah cakupannya nasih bersifat umum dan belum diurailan secaraa lebih mendetail. Topik di dalam artikel “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan” pola melakukan detoksifikasi dan proses melakukan detoksifikasi. 2 topik inilah yang nantinya akan dikembangkan di dalam artikel ini yang akan menjadi sorotan utama. Meskipun 2 topik yang dibahas tapi tetap menuju kepada 1 tema yaitu detoksifikasi tubuh.
2.2.3        Struktur Artikel
Struktur adalah suatu cara bagaimana sesuatu itu disusun atau dibangun. Struktur artikel adalah komponen – komponen artikel yang terjalin di dalam suatu organisasi yang utuh. Berikut akan dibahas struktur artikel,
1.      Judul ( head )
Struktur artikel yang pertama adalah judul. Judul merupakan bagian terkecil dari suatu wacana. Sifat judul adalah spesifik dan informatif. Seseorang yang sudah membaca judul suatu artikel atau wacana akan memiliki sebuah gambaran tentang apa yang dibacanya. Tak terkadang juga sebuah judul akan mampu menarik minat seseorang untuk membaca artikel itu. Artikel ini diawali dengan sebuah judul “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan”.
2.      Nama penulis
Nama penulis penting sekali untuk diketahui oleh seorang pembaca hal ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran dan sebagai penanggung jawab sebuah hasil karya. Artikel ini ditulis oleh seorang dengan nama Bekti.
3.      Prolog ( pembukaan tulisan atau intro)
Prolog pembuka sebuah wacana sebagi pengantar seseorang masuk ke dalam sebuah pembahasan yang penting. Berikut prolog dari artikel ” Detoksifikasi Melalui Pengaturan Pola Makan”
Detokx atau detoksifikasi mulai populer saat ini. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya. Detox sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya (toxin) dari dalam tubuh. Beberapa orang melaporkan menjadi lebih fokus & energik setelah melakukan program detoksifikasi tubuh. Meskipun, menurut para ahli, hal tersebut dapat dikarenakan adanya keyakinan bahwa mereka telah melakukan hal yang bermanfaat terhadap tubuh.

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...