Kamis, 20 September 2012

Analisis Wacana Artikel


Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan
12-12-2011 | Bekti-medicastore.com
Detokx atau detoksifikasi mulai populer saat ini. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya. Detox sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya (toxin) dari dalam tubuh. Beberapa orang melaporkan menjadi lebih fokus & energik setelah melakukan program detoksifikasi tubuh. Meskipun, menurut para ahli, hal tersebut dapat dikarenakan adanya keyakinan bahwa mereka telah melakukan hal yang bermanfaat terhadap tubuh.
Karena masih kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa proses detoksifikasi dapat membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat kalangan medis masih meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut. Pada proses alami tubuh, sebagian besar bahan berbahaya (toxin) yang masuk kedalam tubuh akan dihilangkan lewat ginjal & hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air seni & feses.
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini, dapat dilihat pada artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai sumber.
Banyak cara untuk melakukan detoksifikasi, bisa dengan diet makanan tertentu, mandi lumpur, terapi dengan air laut, terapi dengan bahan herbal, terapi urin dll.Untuk detoksifikasi melalui pengaturan pola makan (detox diet), bisa dengan mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayur & buah atau mengkonsumsi suplemen herbal tertentu dalam bentuk serbuk maupun kapsul.
Biasanya program detoksifikasi lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini dimulai dengan suatu periode puasa, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan pola makan secara ketat (hanya mengkonsumsi sayur & buah mentah, jus buah, air, dll) serta konsumsi suplemen atau teh tertentu, untuk kemudian diakhiri dengan pembersihan usus besar (colon). Sebagian besar proses detoksifikasi tersebut berjalan selama 7-10 hari.
Ide dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan berbahaya (toxin). Sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut. Tubuh sendiri juga telah mempunyai mekanisme tersendiri yang dapat mengeluarkan zat berbahaya tersebut dari dalam tubuh.
Manfaat dari proses detoksifikasi tubuh sendiri hingga saat ini masih diperdebatkan. Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama karena tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.
Bagi yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka. Tetapi hal tersebut dapat juga terjadi karena pengaturan pola makan yang telah dilakukan.Pada proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) biasanya mereka menjadi :
1.      Mengkonsumsi lebih banyak air
2.      Mengkonsumsi lebih sedikit / tidak sama sekali alkohol & kafein
3.      Mengkonsumsi lebih sedikit lemak & protein dari hewan
4.      Mengkonsumsi lebih sedikit makanan olahan menjadi banyak mengkonsumsi makanan segar & berserat seprti sayur & buah-buahan.
Pada akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan manfaat pada tubuh. Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan yang berlemak.
Detoksifikasi tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh. Tetapi banyak orang yang salah mengartikan hal tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat badan. Padahal efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan tidak mengkonsumsi sama sekali makanan yang mengandung karbohidrat & lemak saat melakukan proses detoksifikasi. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan detoksifikasi tubuh :
a.       Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan untuk dilakukan oleh remaja. Hal ini karena remaja masih membutuhkan kalori & protein yang cukup untuk mendukung masa pertumbuhan & perkembangannya. Sehingga diet yang melibatkan pengaturan ketat terhadap makanan tertentu, sangat tidak dianjurkan. Terutama apabila remaja tersebut termasuk aktif melakukan aktifitas fisik seperti berolahraga.
b.      Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) juga tidak disarankan untuk dilakukan oleh mereka yang mempunyai masalah kesehatan, seperti : diabetes, penyakit jantung atau masalah kesehatan kronis lainnya. Demikian juga bagi wanita hamil & mereka yang mempunyai gangguan pola makan, detox diet juga sebaiknya dihindari.
c.       Suplemen untuk detoksifikasi dapat mempunyai efek samping. Banyak dari suplemen yang digunakan untuk proses detoksifikasi sebenarnya merupakan laksativa, yaitu suatu bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar. Suplemen yang mempunyai sifat laksativa dapat menimbulkan efek samping seperti dehidrasi, ketidak seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem pencernaan.
Proses detoksifikasi tidak dapat menghilangkan lemak dalam tubuh. Banyak orang yang melakukan detoksifikasi merasa turun berat badannya, padahal sebagian besar yang hilang tersebut adalah air & sedikit massa otot. Orang tersebut juga akan bertambah lagi berat badannya bila telah menyelesaikan program detoksifikasinya.
Detox diet hanya dapat dijalankan dalam jangka pendek. Karena pengaturan pola makan tersebut dapat mengganggu sistem metabolisme, maka program detoksifikasi dengan pengaturan pola makan dianjurkan hanya untuk dilakukan dalam jangka pendek saja.
Menjaga kesehatan memang sangat penting untuk dilakukan, karena mencegah tetap akan lebih baik daripada mengobati. Tetapi disarankan, agar kita juga dapat bijak untuk memilih program pencegahan yang akan dilakukan supaya tujuan akhir untuk tetap sehat, dapat tercapai. Melakukan aktifitas fisik secara rutin & mengatur pola makan tetap sehat & seimbang, terbukti merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan yang dapat kita lakukan.
2.2 Analisis
2.2.1 Tema
Artikel ini memiliki tema cara mengeluarkan racun dari tubuh. Tema merupakan perumusan dari kristalisasi topik – topik yang akan dijadikan landasan pembicaraan atau tujuan yang akan dicapai melalui topik tersebut     ( Gorys,keraf,1984 : 107 ). Tema memiliki 4 sifat:
a.       kejelasan
b.      kesatuan
c.       perkembangan
d.      keaslian
Tema artikel ini “ cara mengeluarkan racun dari tubuh ( detoksifikasi ). Tema ini memiliki 4 sifat di atas yakni jelas dari kalimatnya dan mengandung gagasan utama. Semua gagasan yang ada memiliki nilai kesatuan karena mengacu  pada tema. Isi dari artikel ini dikembangkan secara logis,urut,dan teratur mulai dari awal hinga akhir. Keaslian idenya pun juga diperhatahankan dari tiap kata yang ditulisnya mengungkapkan fakta dan kemapuan sendiri dari tema yang ada.
2.2.2        Topik
Topik adalah preposisi yang berwujud frase atau kalimat yang di dalamnya terdapat inti topik. Ciri utama sebuah topik adalah cakupannya nasih bersifat umum dan belum diurailan secaraa lebih mendetail. Topik di dalam artikel “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan” pola melakukan detoksifikasi dan proses melakukan detoksifikasi. 2 topik inilah yang nantinya akan dikembangkan di dalam artikel ini yang akan menjadi sorotan utama. Meskipun 2 topik yang dibahas tapi tetap menuju kepada 1 tema yaitu detoksifikasi tubuh.
2.2.3        Struktur Artikel
Struktur adalah suatu cara bagaimana sesuatu itu disusun atau dibangun. Struktur artikel adalah komponen – komponen artikel yang terjalin di dalam suatu organisasi yang utuh. Berikut akan dibahas struktur artikel,
1.      Judul ( head )
Struktur artikel yang pertama adalah judul. Judul merupakan bagian terkecil dari suatu wacana. Sifat judul adalah spesifik dan informatif. Seseorang yang sudah membaca judul suatu artikel atau wacana akan memiliki sebuah gambaran tentang apa yang dibacanya. Tak terkadang juga sebuah judul akan mampu menarik minat seseorang untuk membaca artikel itu. Artikel ini diawali dengan sebuah judul “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan”.
2.      Nama penulis
Nama penulis penting sekali untuk diketahui oleh seorang pembaca hal ini bertujuan untuk mengetahui kebenaran dan sebagai penanggung jawab sebuah hasil karya. Artikel ini ditulis oleh seorang dengan nama Bekti.
3.      Prolog ( pembukaan tulisan atau intro)
Prolog pembuka sebuah wacana sebagi pengantar seseorang masuk ke dalam sebuah pembahasan yang penting. Berikut prolog dari artikel ” Detoksifikasi Melalui Pengaturan Pola Makan”
Detokx atau detoksifikasi mulai populer saat ini. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya. Detox sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya (toxin) dari dalam tubuh. Beberapa orang melaporkan menjadi lebih fokus & energik setelah melakukan program detoksifikasi tubuh. Meskipun, menurut para ahli, hal tersebut dapat dikarenakan adanya keyakinan bahwa mereka telah melakukan hal yang bermanfaat terhadap tubuh.
Dari paragraf di atas prolog terdapat pada 1 paragraf di awal setelah judul dan nama pengarang.
4.      Bridge
Jembatan antara intro dan pokok bahasan. Bisa berupa dua,tiga pernyataan. Jembatan ini terletak setelah prolog. Jembatan ini memiliki fungsi untuk membawa pembaca agar mulai masuk di dalam isi dan akan terus tertarik untuk membaca.
Karena masih kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa proses detoksifikasi dapat membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat kalangan medis masih meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut. Pada proses alami tubuh, sebagian besar bahan berbahaya (toxin) yang masuk kedalam tubuh akan dihilangkan lewat ginjal & hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air seni & feses.Untuk mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini, dapat dilihat pada artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai sumber.

Jembatan bahasan pokok dan prolog terletak di paragraf kedua sebanyak 1 paragraf. Penulis berusaha menjelaskan kalau proses detoksifikasi merupakan hal yang masih sangat diragukan karena kurangnya bukti secara medis. Proses detoksifikasi secara alami sudah dilakukan tubuh dengan cara membuang feses. Akan tetapi penulis bersaha memberikan fakta  dan bukti tentang detoksifikasi yang diambil dari berbagai sumber yang relefan.
5.      Isi ,
Paparan masalah, biasanya berupa sub – sub judul ,Isi paparan artikel kadang berupa sub sub judul dan penjelasn proses – proses sebuah komponen.
Berikut isi dari artikel ini:
Banyak cara untuk melakukan detoksifikasi, bisa dengan diet makanan tertentu, mandi lumpur, terapi dengan air laut, terapi dengan bahan herbal, terapi urin dll.Untuk detoksifikasi melalui pengaturan pola makan (detox diet), bisa dengan mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayur & buah atau mengkonsumsi suplemen herbal tertentu dalam bentuk serbuk maupun kapsul.
Biasanya program detoksifikasi lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini dimulai dengan suatu periode puasa, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan pola makan secara ketat (hanya mengkonsumsi sayur & buah mentah, jus buah, air, dll) serta konsumsi suplemen atau teh tertentu, untuk kemudian diakhiri dengan pembersihan usus besar (colon). Sebagian besar proses detoksifikasi tersebut berjalan selama 7-10 hari.
Ide dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan berbahaya (toxin). Sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut. Tubuh sendiri juga telah mempunyai mekanisme tersendiri yang dapat mengeluarkan zat berbahaya tersebut dari dalam tubuh.
Manfaat dari proses detoksifikasi tubuh sendiri hingga saat ini masih diperdebatkan. Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama karena tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.
Bagi yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka. Tetapi hal tersebut dapat juga terjadi karena pengaturan pola makan yang telah dilakukan.Pada proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) biasanya mereka menjadi :
1.      Mengkonsumsi lebih banyak air
2.      Mengkonsumsi lebih sedikit / tidak sama sekali alkohol & kafein
3.      Mengkonsumsi lebih sedikit lemak & protein dari hewan
4.      Mengkonsumsi lebih sedikit makanan olahan menjadi banyak mengkonsumsi makanan segar & berserat seprti sayur & buah-buahan.
Pada akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan manfaat pada tubuh. Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan yang berlemak.
Detoksifikasi tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh. Tetapi banyak orang yang salah mengartikan hal tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat badan. Padahal efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan tidak mengkonsumsi sama sekali makanan yang mengandung karbohidrat & lemak saat melakukan proses detoksifikasi. Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan detoksifikasi tubuh,
a.       Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan untuk dilakukan oleh remaja. Hal ini karena remaja masih membutuhkan kalori & protein yang cukup untuk mendukung masa pertumbuhan & perkembangannya. Sehingga diet yang melibatkan pengaturan ketat terhadap makanan tertentu, sangat tidak dianjurkan. Terutama apabila remaja tersebut termasuk aktif melakukan aktifitas fisik seperti berolahraga.
b.      Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) juga tidak disarankan untuk dilakukan oleh mereka yang mempunyai masalah kesehatan, seperti : diabetes, penyakit jantung atau masalah kesehatan kronis lainnya. Demikian juga bagi wanita hamil & mereka yang mempunyai gangguan pola makan, detox diet juga sebaiknya dihindari.
c.       Suplemen untuk detoksifikasi dapat mempunyai efek samping. Banyak dari suplemen yang digunakan untuk proses detoksifikasi sebenarnya merupakan laksativa, yaitu suatu bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar. Suplemen yang mempunyai sifat laksativa dapat menimbulkan efek samping seperti dehidrasi, ketidak seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem pencernaan.
Proses detoksifikasi tidak dapat menghilangkan lemak dalam tubuh. Banyak orang yang melakukan detoksifikasi merasa turun berat badannya, padahal sebagian besar yang hilang tersebut adalah air & sedikit massa otot. Orang tersebut juga akan bertambah lagi berat badannya bila telah menyelesaikan program detoksifikasinya.
Detox diet hanya dapat dijalankan dalam jangka pendek. Karena pengaturan pola makan tersebut dapat mengganggu sistem metabolisme, maka program detoksifikasi dengan pengaturan pola makan dianjurkan hanya untuk dilakukan dalam jangka pendek saja.

Paragraf ketiga hingga paragraf terakhir merupakan isi dari artikel. Isinya menjelaskan pola dan  proses detoksifikasi yang benar.
6.      Penutup ( closing ) bisa berupa kesimpulan atau ajakan.
Penutup berisi uraian penulis tentang apa yang sudah ditulisnya dan kadang juga berupa ajakan untuk mengikuti apa yang sudah ditulisnya. Di bawah ini merupakan penutup dari artikel .
Menjaga kesehatan memang sangat penting untuk dilakukan, karena mencegah tetap akan lebih baik daripada mengobati. Tetapi disarankan, agar kita juga dapat bijak untuk memilih program pencegahan yang akan dilakukan supaya tujuan akhir untuk tetap sehat, dapat tercapai. Melakukan aktifitas fisik secara rutin & mengatur pola makan tetap sehat & seimbang, terbukti merupakan salah satu cara untuk menjaga kesehatan yang dapat kita lakukan.

Artikel ini ditutup dengan 1 paragraf terakhir yang berisikan sebuah kesimpulan bahwa menjaga kesehatan lebih penting daripada mengobati. Tidak hanya berisi kesimpulan tetapi juga berisi saran agar bijak memilih program pencegahan kesehatan. Selain itu penulis juga mengajak agar melakukan olahraga dan  mengatur pola makan yang seimbang agar tetap sehat.




2.2.4        Penanda Kohesi dan Koherensi
A.    Kohesi
Kohesi dan koherensi adalah dua unsur yang menyebabkan sekelompok kalimat membentuk kesatuan makna. Kohesi merupakan hubungan pengaitan antarproposisi yang dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Hasan Alwi, 2003: 427). Kohesi mengacu pada keterkaitan makna yang menghubungkan suatu unsur dengan unsur sebelumnya dalam teks apabila interpretasi sejumlah unsur dalam sebuah teks tergantung pada unsur lainnya.
Kohesi secara garis besar dapat diklasifikasi menjadi dua. Berdasarkan pilihan bentuk yang digunakannya, antara lain.
a.   Kohesi gramatikal, yaitu hubungan kohesif yang dicapai dengan penggunaan elemen dan aturan gramatikal, meliputi referensi, substitusi, dan ellipsis,dan konjungsi;
b.      Kohesi leksikal, yaitu efek kohesif yang dicapai melalui pemilihan kosakata.
Menurut Untung Yuwono dalam bukunya yang berjudul Pesona Bahasa menyatakan bahwa kohesi tidak datang dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara formal oleh alat bahasa yang disebut pemarkah kohesi, misalnya kata ganti, kata tunjuk, kata sambung, dan kata yang diulang.
Pemarkah kohesi yang digunakan secara tepat menghasilkan kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Kohesi leksikal adalah hubungan semantis antarunsur pembentuk wacana dengan memanfaatkan unsur leksikal atau kata yang dapat diwujudkan dengan reiterasi dan kolokasi. Reiterasi adalah pengulangan kata-kata pada kalimat berikutnya untuk memberikan penekanan bahwa kata-kata tersebut merupakan fokus pembicaraan. Reiterasi dapat berupa repetisi, sinonimi, hiponimi, metonimi, dan antonimi. Sedangkan kolokasi adalah hubungan antarkata yang berada pada lingkungan atau bidang yang sama.
Berdasarkan analisis artikel “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan “ dijumpai berbagai macam kohesi diantaranya.
1.      Kohesi Gramatikal
a)      Konjungsi
Konjungsi adalah salah satu jenis kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam wacana.
Artikel ini memiliki banyak sekali konjungsi,diantaranya berikut ini :
1)      Meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya.
2)      Karena masih kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa proses detoksifikasi dapat membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat kalangan medis masih meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut.
3)      Biasanya program detoksifikasi lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini dimulai dengan suatu periode puasa, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan pola makan secara ketat (hanya mengkonsumsi sayur & buah mentah, jus buah, air, dll).
4)      Ide dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan berbahaya (toxin) sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut.
5)      Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.
6)      Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan.
7)      Bagi yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka.
8)      Tetapi hal tersebut dapat juga terjadi karena pengaturan pola makan yang telah dilakukan.

Contoh – contoh kalimat di atas mengandung berbagai macam konjungsi. Kalimat 2),7),dan 8) mengandung konjungsi karena. Kalimat 2) konjungsi karena menyatakan kalimat pertama sebagai akibat dari kalimat kedua. Hal ini berbeda dengan kalimat 7) dan 8) yang menyatakan kalimat pertama adalah sebab dari kalimat kedua yang menyatakan akibat.
Kalimat 1) merupakan konjungsi subordinatif,di dalam kalimatnya terdapat kata meskipun. Meskipun menunjukkan sebuah pertentangan antara belum adanya penelitian ilmiah dengan kepercayaan orang tentang pentingnya detoksifikasi.
Kalimat 6) dan 8) mengandung konjungsi koordinatif yaitu tetapi yang isinya banyak sekali orang yang mendukung proses detoksifikasi tubuh tetapi juga banyak yang menyangsikannnya.
Kalimat 2) dan 5) terdapat konjungsi subordinatif bahwa. Konjungsi ini menjelaskan kalimat pertama merupakan pernyataan dan kalimat kedua adalah penjelasannya.
Kalimat 4) merupakan konjungsi subordinatif terdapat kata sehingga yang memisahkan kalimat pertama sebagai sebab dan kalimat sesudahnya sebagai akibat. Kalimat 3) merupakan konjungsi koordinatif karena terdapat kata  kemudian  yang isinya menjelaskan sebuah urutan tentang proses detoksifikasi.
b)     Referensi
Referensi adalah hubungan antara satuan bahasa, benda, atau hal yang terdapat di dunia yang diacu oleh satuan bahasa tersebut. Secara sintaktis dapat dikatakan bahwa dalam bahasa Indonesia referensi unsur kalimat dimarkahi oleh pewatas berikut ini.
a.       Artikula: si, sang, dan yang;
b.      Demonstrativa: ini, itu, sini, sana, dan situ;
c.       Pronomina: saya, kami, mereka, -ku, -mu, dan -nya;
d.      Numeralia: satu, kedua;
e.       Nama diri: Tian, Ulva, Rizky;
f.       Nomina pengacu: Bapak, Ibu, Saudara.
Artikel ini memiliki sifat pengacuan atau referensi yang ada sebagai berikut ,
a)      Detokx atau detoksifikasi mulai populer saat ini.
b)      Untuk mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini, dapat dilihat pada artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai sumber.
c)      Pada akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan manfaat pada tubuh.
d)     Manfaat dari proses detoksifikasi tubuh sendiri hingga saat ini masih diperdebatkan.
e)      Bagi yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka.
f)       Padahal efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan tidak mengkonsumsi sama sekali makanan yang mengandung karbohidrat & lemak saat melakukan proses detoksifikasi.
g)      Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) juga tidak disarankan untuk dilakukan oleh mereka yang mempunyai masalah kesehatan, seperti : diabetes, penyakit jantung atau masalah kesehatan kronis lainnya. Demikian juga bagi wanita hamil & mereka yang mempunyai gangguan pola makan, detox diet juga sebaiknya dihindari.
h)      Meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya.

Pada data a) dan d) terdapat referensi demontratif waktu sekarang yaitu saat ini. Tidak hanya itu saja pada data b terdapat referensi demonstratif ini yang menunjuk pola makan detoksifikasi.
            Data e),f),g) terdapat referensi atau pengacu persona ketiga jamak yaitu  mereka. Mereka pada data e) merujuk kepada orang yang sudah melakukan detoksifikasi. Sedangan pada data f),mereka merujuk pada pelaku diet yang mengurangi konsumsi karbohidrat dalam tubuh. Begitupun dengan data g) kata mereka merujuk pada orang – orang yang memunyai masalah kesehatan dan orang – orang yang melakukan program diet.
            Data h) terdapat anafora di dalamnya yaitu konstituen yang diacu berada di sebelah kiri konstituen pengacu, atau konstituen yang diacu disebutkan terlebih dahulu. Kata pendukungnya dan mencobanya terdapat kata –nya yang merupakan pengacu dari kata sebelumnya yaitu detoksifikasi. Hal ini disebut anafora dikarenakan konsisten yang diacu ada disebelah kiri konsisten pengacu.

c)      Substitusi
Penyulihan atau substitusi adalah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu (yang telah disebutkan dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh unsur pembeda) (Sumarlan, ed., 2003:28).
Pada artikel ini terdapat beberapa bentuk substitusi sebagai berikut,
1)      Detokx atau detoksifikasi mulai populer saat ini. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya. Detox sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya (toxin) dari dalam tubuh. Beberapa orang melaporkan menjadi lebih fokus & energik setelah melakukan program detoksifikasi tubuh.
2)      Untuk mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini, dapat dilihat pada artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai sumber.
3)      kemudian diakhiri dengan pembersihan usus besar (colon).
4)      Bagi yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka.Tetapi hal tersebut dapat juga terjadi karena pengaturan pola makan yang telah dilakukan.
5)      Pada akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan manfaat pada tubuh. Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan yang berlemak.
6)      Tetapi banyak orang yang salah mengartikan hal tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat badan.
7)      Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan untuk dilakukan oleh remaja. Hal ini karena remaja masih membutuhkan kalori & protein yang cukup untuk mendukung masa pertumbuhan & perkembangannya.
8)      Meskipun, menurut para ahli, hal tersebut dapat dikarenakan adanya keyakinan bahwa mereka telah melakukan hal yang bermanfaat terhadap tubuh.
9)      Untuk mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini, dapat dilihat pada artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai sumber.
10)  Sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut.

Banyak sekali substitusi dari artikel ini pada data 1),2),dan 3) merupakan contoh substitusi nomina. Kata detox pada data 1) menggantikan kata detoksifikasi. Kata pengeluaran racun pada data 1) digantikan dengan kata toxin. Sedangkan pada data 2) kita jumpai kata pengaturan pola makan digantikan dengan kata detox diet. Data 3) terdapat kata colon yang digunakan untuk menggantikan kata usus besar.
        Data 4),6),dan 8) merupakan subtsitusi kalimat. Kalimat – kalimat yang ada digantikan dengan kata hal tersebut. Data 4) kata hal tersebut digunakan untuk menggantikan kalimat sebelumnya yaitu seseorang yang sudah melakukan detoksifikasi akan merasakan segar dan lebih energik. Data 6) juga mengandung kata hal tersebut untuk menggantikan kalimat proses detoksifikasi yang dianggap orang sebagai cara untuk menurunkan berat badan. Sedangkan pada data 8) hal tersebut digunakan untuk mensubstitusikan kalimat sebelumnya tentang perasaan seseorang yang terasa lebih energik dan segar setelah melakukan detoksifikasi.
Data 5) terdapat kata seperti inilah yang digunakan sebagai pengganti kalimat. Seperti inilah menggantikan kalimat mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan yang berlemak. Kalimat yang digantikan ini terdapat pada kalimat berikutnya.
Data 7) mengandung kata hal ini untuk menggantikan kalimat yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan untuk dilakukan oleh remaja.
Pada data 9) terdapat kata berikut yang digunakan untuk menggantikan wacana secara keseluruhan yang akan dibahas pada artikel ini. Sedangkan data 10) mengandung kata tersebut yang digunakan untuk menggantikan klausa zat berbahaya di dalam tubuh yang sudah disebutkan kalimat sebelumnya.
d)     Elipsis
Pelesapan/elipsis merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Pelesapan dapat berbentuk kata, frasa, atau klausa. Elipsis yang terdapat pada artikel ini sebagi berikut :
1)      Pada proses alami tubuh, sebagian besar bahan berbahaya (toxin) yang masuk kedalam tubuh akan dihilangkan lewat ginjal & hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air seni & feses.
Data di atas terdapat pelesapan kata toxin atau bahan berbahaya di klausa akhir. Kalimat sebelum dilesapkan berbentuk Pada proses alami tubuh,sebagian beasr bahan berbahaya ( toxin ) yang masuk ke dalam tubuh akan dihilangkan lewat ginjal dan hati untuk kemudian zat berbahaya ( toxin ) dikeluarkan melalui air seni dan feses.
2)      Padahal efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan tidak mengkonsumsi sama sekali makanan yang mengandung karbohidrat & lemak saat melakukan proses detoksifikasi.

Elipsisis juga terdapat pada data 2) di atas. Data di atas terdapat pelesapan kata mereka yang merujuk pada orang – orang yang melakukan proses detoksifikasi. Kalimat di atas sebelum dilesapkan berbentuk Padahal efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan tidak mengonsumsi sama sekali makanan yang mengandung karbohidart dan lemak saat mereka melakukan proses detoksifikasi.
3)      Suplemen yang mempunyai sifat laksativa dapat menimbulkan efek samping seperti dehidrasi, ketidak seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem pencernaan.

Data 3) di atas terdapat pelesapan klausa , yaitu suatu bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar. Klausa di atas sengaja dilesapkan karena sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya. Berikut bentuk kalimat sebelum dilesapkan Suplemen yang memunyai sifat laktasifa ( yaitu suatu bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar ) dapat menimbulkan efek samping seperti dehidrasi, ketidak seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem pencernaan.
2.      Kohesi Leksikal
Kepaduan wacana selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi gramatikal juga didukung oleh kohesi leksikal. Aspek leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara semantis.
Analisis aspek leksikal dalam wacana meliputi: Reiterasi dan Kolokasi. Berikut ini adalah pemaparan aspek-aspek leksikal yang dijumpai dalam artikel “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola makan”.
a.      Reiterasi
Reiterasi atau pernyataan semula berlaku melalui tiga cara, iaitu pengulangan kata, sinonimi, superordinat dan kata-kata umum.
1.      Repetisi ( pengulangan ).
Berikut repetisi yang terdapat di dalam artikel ini.
a)      Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.

Data a) terdapat pengulangan atau repetisi penuh kata benar menjadi benar – benar.
b)      Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan yang berlemak.
Pada data b) terdapat pengulangan berimbuhan kata buah menjadi buah – buahan.
2.      Sinonim
Sinonim ialah suatu kata yang mempunyai makna yang sama dengan 'kata searti'. Sinonim ini digunakan kerana ianya untuk mengelakkan kebosanan bagi pengulangan kata yang sama di dalam teks dan juga sinonim ini memberikan variasi kepada sesuatu teks. Sesetengah kata dikatakan sinonim adalah disebabkan kedua-duanya merujuk kepada perkara yang sama
a)      Detox sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya (toxin) dari dalam tubuh.
b)      Untuk mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini
c)      kemudian diakhiri dengan pembersihan usus besar (colon).
d)     Hal ini karena remaja masih membutuhkan kalori & protein yang cukup untuk mendukung masa pertumbuhan & perkembangannya

Data a),b),dan c) adalah contoh data dari artikel yang mengandung sinonim. Data a) zat berbahaya bersinonim dengan toxin. Data b) toxin bersinonim dengan detoksifikasi dan pengaturan pola makan bersinonim dengan diet toxin. Sedangkan pada data c) usus besar bersinonim dengan kata colon. Data d) juga terdapat sinonim yaitu pertumbuhannya bersinonim dengan perkembangannya.
3.      Antonim
Antonimi adalah satuan lingual yang berlawanan, disebut juga dengan istilah oposisi. Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima macam; 1) oposisi mutlak, 2) oposisi kutub, 3) oposisi hubungan, 4) oposisi hirarkial, dan 5) oposisi majemuk. Data – data pada artikel ini yang terdapat sinonim adalah sebagai berikut.
a)      Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan.

Pada data di atas terdapat oposisi kutub. Dikatakan oposisi kutub karena kata mendukung merupakan lawan dari menyangsikan dalam hal pengambilan keputusan.
b)      Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan yang berlemak.
Data di atas mengandung oposisi mutlak karena banyak pasti kebalikan dari sedikit.
c)      mencegah tetap akan lebih baik daripada mengobati.

Data di atas merupakan oposisi hubungan. Hal ini dikarenakan di dalam dunia kesehatan pasti mencegah selalu berhungan dengan mengobati.
4.      Superordinat
Superordinat ialah penggunaan kata yang lebih khusus atau 'hiponim' kepada kata yang lebih umum atau dikenali sebagai 'hiperonim'.
a)      masalah kesehatan, seperti : diabetes, penyakit jantung atau masalah kesehatan kronis lainnya.
Dari data di atas kata – kata diabetes,penyakit jantung,dan penyakit jantung merupakan hiponin dari jenis penyakit.
b)     Banyak cara untuk melakukan detoksifikasi, bisa dengan diet makanan tertentu, mandi lumpur, terapi dengan air laut, terapi dengan bahan herbal, terapi urin dll.

Data di atas terdapat hipernim dan hiponim. Cara untuk melakukan detoksifikasi merupakan hipernim dan hiponimnya adalah diet makanan tertentu,mandi lumpur,terapi dengan air laut,terapi dengan bahan herbal,dan terapi urin.

b.      Kolokasi
Kolokasi adalah hubungan antarkata yang berada pada lingkungan atau bidang yang sama.
a)      Pada proses alami tubuh, sebagian besar bahan berbahaya (toxin) yang masuk kedalam tubuh akan dihilangkan lewat ginjal & hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air seni & feses.
Data di atas menunjukkan suatu lingkungan dan bidang yang sama sehingga terjadi kolokasi. Kata racun di dalam tubuh selalu diproses di dalam hati dan ginjal karena keduanya adanya tempat penetral dan penyaring racun dalam tubuh. Selanjutnya racun yang ada akan dikeluarkan dalam bentuk air seni dan feses oleh tubuh. Kata – kata di atas terdapat dalam lingkungan tempat pembuangan racun dan dalam bidang kesehatan.
b)     kemudian dilanjutkan dengan pengaturan pola makan secara ketat (hanya mengkonsumsi sayur & buah mentah, jus buah, air, dll) serta konsumsi suplemen atau teh tertentu,

Data di atas menunjukkan suatu lingkungan yang sama yaitu lingkungan pola makan sehat dengan cara mengonsumsi buah dan sayur,jus buah,air,suplemen,dan teh tertentu.
B.     Koherensi
Koherensi pada dasarnya adalah kontinuitas dan pengulangan elemen tertentu yang melampaui bagian-bagian teks. Kontinuitas dan pengulangan tersebut terdapat pada pemahaman teks yang melibatkan pengetahuan dan tata bahasa yang selanjutnya membentuk representasi mental koherensi teks dalam pikiran.
Koherensi sebagai entitas mental dapat mengonstitusi koherensi dengan cara meninggalkan jejak di dalam teks dari koherensi yang terdapat secara eksternal dalam teks. Perangkat gramatikal selalu dilibatkan untuk mempermudah pemahaman koherensi. Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk menata pertalian batin antara preposisi yang satu dengan preposisi yang lain untuk mendapatkan interpretasi wacana.
Data – data dari artikel yang terdapat koherensi sebagai berikut :
a)      Hubungan akibat – sebab.
Bagi yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka.

Data di atas merupakan penanda koherensi akibat – sebab karena pernyataan pertama merupakan akibat dari sebab pernyataan kedua.
b)     Hubungan sebab – akibat.
1)      Karena masih kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa proses detoksifikasi dapat membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat kalangan medis masih meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut.
Data di atas mengandung hubungan sebab akibat karena pernyataan pertama merupakan sebab dan pernyataan kedua adalah akibat dari pernyataan pertama.
2)      Karena pengaturan pola makan tersebut dapat mengganggu sistem metabolisme, maka program detoksifikasi dengan pengaturan pola makan dianjurkan hanya untuk dilakukan dalam jangka pendek saja.

Begitu juga dengan data 2),pernyataan pertama adalah sebab dan pernyataan berikutnya adalah akibat. hal ini yang menyebabkan data ini terdapat hubungan sebab – akibat.
c)      Hubungan sarana hasil
1)      Ide dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan berbahaya (toxin). Sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut.

Data di atas menyatakan hubungan sarana – hasil. Hal ini sesuai dengan isi dari data tersebut yang menyatakan bahwa dengan melakukan detox diet sebagai sarana pola makanan sehat akan menjadikan tubuh terbebas dari zat berbahaya.
2)      Pada akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan manfaat pada tubuh.

Data di atas jga memiliki hubungan sarana – hasil. Seseorang yang melakukan pengaturan pola makan sehat sebagai sarana hidup akan menjadikan tubuh menjadi sehat. Sehingga hasil yang dicapai terhindar dari penyakit berbahaya.
d)     Hubungan pertentangan
1)      Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.

Data di atas terdapat hungan pertentangan dengan adanya subordinat tetapi di dalamnya.
2)      Detoksifikasi tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh. Tetapi banyak orang yang salah mengartikan hal tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat badan.

Data di atas juga mengandung hungan pertenatangan karena masih nayak orang yang menyatakan detoksifikasi adalah sarana menurunkan berat badan.
e)      Hubungan alasan – sebab.
1)      Detoksifikasi tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh.
2)      Menjaga kesehatan memang sangat penting untuk dilakukan, karena mencegah tetap akan lebih baik daripada mengobati.

Data 1 ) dan 2 ) menyatakan hubungan alasan – sebab karena pernyataan pertama adalah alasan dari sebab yang dinyatakan pada klausa berikutnya.
2.2.5        Konteks
Konteks adalah situasi atau latar terjadinya komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai alasan dan sebab terrjadinya suatu dialog.
Artikel ini memiliki konteks epistemis. Dikatakan konteks epistemis karena artikel ini ditulis berdasrakan latar belakang pengetahuan yang diketahui oleh penulis.
     Artikel ini ditulis karena proses detoksifiaksi mulai popular dan dibicarakan banyak orang saat ini. Meskipun proses detox belum ada yang membuktikan secara ilmiah,banyak orang yang melakukannya. Proses detoksifikasi mampu membuat seseorang segar dan energik kembali.
     Penulis menyusun artikel ini berdasarkan dari berbagai sumber dan pendapat para ahli kesehatan. Yang membuat penulis senmangat menulis artiel ini adalah adanya anggapan bahwa detox adalah proses penurunan berat badan padahal sesungguhnya bukan. Pola hidup sehat adalah tujuan uatama adanya artikel ini agar pembaca tahu cara mencegah kesehatan yan tepat. 

 Simpulan
Artikel “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan “ adalah salah satu artikel deskriptif .Sebuah artikel terdiri dari beberapa struktur sebagai berikut :
1.      Judul ( head )
2.      Nama penulis
3.      Prolog ( pembukaan tulisan atau intro)
4.      Bridge atau jembatan antara intro dan pokok bahasan. Bisa berupa dua,tiga pernyataan
5.      Isi , paparan masalah, biasanya berupa sub – sub judul
6.      Penutup ( closing ) bisa berupa kesimpulan atau ajakan.
7.      Keterangan atau identitas penulis
Unsur – unsur kohesi baik leksikal maupun gramatikal dan koherensi sangatlah mempengaruhi kualitas dari artikel itu sendiri. Artikel yang baik adalah mengandung semua struktur artikel dan disusun secara kohesi dan koherensi.
3.2 Saran
1.      Bacalah suatu artikel dengan cara mengetahui struktur artikel tersebut agar mudah memahami isinya.
2.      Tulislah artikel yang sangat popular dikalangan masyarakat saat ini.
3.      Artikel yang baik selalu memerhatikan unsur leksikal,gramatikal,dan tata bahasa yang baik dan benar agar mudah diapahami.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Baehaki,Imam.2005.Kumpulan Makalah Analisis Wacana.Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...