Sabtu, 08 Desember 2012

Nikmatilah Hari Ini




“Nikmatilah hari ini, karena harimu adalah hari ini”, kataku sambil menikmati senja di tepi bantaran Sungai Brantas. Sementara kamu disampingku sama-sama menikmati senja dan heningnya aliran Sungai Brantas, begitu tenang . Nikmati saja, karena mungkin saja senja esok bukan aku lagi yang menemanimu. Berada di sampingmu sambil sekedar bercerita tentang kelelahan hari ini, kemudian menyeruput susu hangat yang hampir selalu kemanisan. Senja selalu saja indah, seindah caranya mempertemukan kita di kampus waktu itu, setahun yang lalu. Ketika cerita cinta berawal dari diskusi Bahasa Indonesia, tapi kita malah bicara banyak hal setelahnya. Sampai sekarang pun aku masih saja ingat kejadian itu, meskipun tak seindah pada akhirnya.

Nikmati saja hari ini, batinku sambil tersenyum ketika dua gelas susu pesanan kita sama-sama datang. Hari ini aku dan kamu sedang meluangkan waktu sejenak, untuk bertemu berdua. Mesipun hari hujan tak akan jadi penghalang. Dua gelas susu menu favorit kita sudah di hadapan. Nikmati saja saat-saat seperti ini. Karena mungkin suatu saat nanti, kamu akan datang lagi ke tempat ini, dengan orang yang berbeda. Mungkin bukan denganku lagi kamu menghabiskan segelas susu kesukaanmu. 

Cuaca sore itu dingin, tapi aku merasa hangat setiap kamu duduk di sampingku. Tidak ada yang kita lakukan selain menceritakan hal-hal yang sudah lewat. Tidak lama, satu jam mungkin kita bersama. Sedangkan rindu ini masih belum menuntaskan lembaran-lembaran untuk diceritakan. Nikmati saja rindu ini. Karena mungkin beberapa waktu ke depan, bukan aku lagi yang kamu rindukan. Mungkin juga bukan aku yang kamu cari saat waktu tak memungkinkan bertemu. Mungkin bukan aku yang bisa meredamkan letupan-letupan rindu di  hatimu.

Saat adzan berkumandang kita segera berwudhu. Kita sholat berjama’ah. Lantunan ayat suci darimu, seringkali aku rindukan ketika mukena sedang kukenakan tanpa ada kamu di dekatku. Jadi saat ini aku ingin menikmatinya saja. Saat-saat menjadi makmum yang mengikuti gerakan sholatmu sebagai imam. Kadang aku berharap punya kesempatan untuk mencium punggung tanganmu seusai sholat. Itu yang rutin kusebut dalam doa, berharap aku punya kesempatan untuk menjadi makmummu, selamanya.

Nikmati saja, karena yang kita rasakan hari ini belum tentu terulang esok hari. Maka aku begitu menghargai setiap waktu yang kita lewatkan bersama-sama. Nikmati saja hari ini, karena mungkin keindahan perasaan ini tidak akan terjadi dua kali. Mungkin aku juga tidak lagi menjadi seseorang yang kamu rindukan, seorang yang kamu harapkan. Karena kita tidak berkuasa atas segala yang kita rencanakan.Jodoh ada di tangan Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...