Minggu, 03 Juni 2012

Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk


Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal dalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen S-P. Jadi, unsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan predikat ( Rusyana dan Samsuri,1976). Keraf (1979:52) menyatakan kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola baru.
Dalam TBBI (1993:268) kalimat tunggal ialah kalimat yang terdiri atas satu klausa.Hal itu berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan.Dalam kalimat tunggal tentu saja terdapat semua unsur inti yang diperlukan.Di samping itu tidak mustahil ada pula unsur yang bukan inti seperti keterangan waktu, tempat, dan alat. Dengan demikian kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud pendek ,tetapi juga dalam wujud panjang seperti terlihat pada contoh berikut.
a.          Paramita pulang.
b.         Mereka mahasiswa asing.
c.          Murid – murid itu mendiskusikan soal –soal.
d.         Ibunya mengirimkan uang itu kepada kami.
e.          Buruh itu mengambil bahan bangunan di gudang.
Dari contoh di atas kalimat tunggal tunggal dapat dilengkapi dengan menambah unsur objek, pelengkap, atau keterangan.Selain itu, unsur objek dan subjek dapat diperluas lagi dengan memberinya berbagai keterangan.Jadi, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud pendek.
Kalimat Majemuk
Gorys Keraf (1979:167) memberikan dua batasan terhadap pengertian kalimat majemuk :
1.      Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yang bagian – bagiannya diperluas sedemikian rupa, sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.
2.      Kalimat majemuk adalah penggabungan dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih ( Verhaar,1996:275). Kridalaksana (1985:164), Tarigan(1986:14) mengatakan bahwa kalimat majemuk adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas , sebagaimana contoh berikut.
Tabrakan itu terjadi di jalan Tamrin dan dua orang meninggal.
Klausa asal :
1.      Tabrakan itu terjadi di jalan Tamrin.
2.      Dua orang meninggal.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah gabungan dari beberapa klausa bebas yang diperluas, sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.
Kalimat majemuk dibedakan menjadi dua,(1) kalimat majemuk setara, (2) kalimat majemuk bertingkat .
a.      Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang unsur – unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dapat juga dikatakan, bahwa antara unsur –unsur kalimat tunggal yang digabungkan kedudukannya setara (Putrayasa,2008:55). Keraf ( 1979:168) kalimat majemuk setara adalah kalimat yang hubungan pola – polanya setara/sederajat.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang klausanya memiliki hubungan setara , maksudnya klausa yang satu bukan merupakan bagian dari klausa yang lain. Dengan kata lain, kedua klausa tersebut merupakan klausa inti. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung setara, yaitu dan, dan lagi, lagipula, serta lalu, kemudian, atau, tetapi, akan tetapi, sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan, malah, atau malahan.
Ciri – ciri kalimat majemuk setara antara lain (1) dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, (2) kedudukan tiap kalimat sederajat, (3) dihubungkan oleh kata penghubung kooordinator.Penghubung klausa kalimat majemuk setara sebagaimana table berikut :
Jenis Hubungan
Fungsi
Kata Penghubung
Penjumlahan
Menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan,peristiwa, dan proses
dan, serta, baik,maupun
Pertentangan
Menyatakan apa yang dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua
Tetapi, sedangkan, bukannya,melainkan
Pemilihan
Menyatakan piihan diantara dua kemungkinan
atau
Perurutan
Menyatakaan kejadian yang berurutan
lalu, kemudian

b.    Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang hubungan pola – polanya tidak sederajat. Salah satu  pola (lebih) menduduki fungsi tertentu dari pola yang lain. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat (Gorys Keraf,1979:169).
Putrayasa (2008:59) menyatakan jika sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal) dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan jika bentukan ini digabungkan dengan sisa kalimat sumberrnya, maka akan terbentuk kalimat majemuk bertingkat, dengan ketentuan :
a.       Sisa kalimat sumber disebut induk kalimat
b.      Kalimat bentukan disebut anak kalimat
c.       Anak kalimat diberi nama sesuai dengan nama unsur kalimat sumber yang digantinya.
Kalimat majemuk bertingkat berbeda konstruksinya dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya tidak setara karena klausa satu merupakan perluasan dari klausa yang lain. Karena itu, konjungtor (kata penghubung) klausa – klausa kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan konjungtor kalimat majemuk setara.Dalam table ini dapat dilihat jenis hubungan antar klausa, konjungtor, dan fungsinya.

Jenis Hubungan
Fungsi
Kata Penghubung
waktu
Klausa bawahan menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama
Sejak,sedari,sewaktu,seraya, setelah,sambil,sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai
Syarat/pengandaian
Klausa bawahan menyatakan syarat atau pengandaian atas terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama


Jika, seandainya, andaikata,andaaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manasuka
Tujuan
Klausa bawahan menyatakan tujuan atau harapan dari apa yang disebut dalam klausa pertama
Agar, supaya, untuk, biar
Konsesif
Klausa bawahan menyatakan pernyataan yang tidak akan mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama
Walaupun, meski(-pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
Pembandingan
Memeperlihatkan perbandingan antara pernyataan pada klausa utama dengan pernyataan pada klausa bawahan
Seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alaih-alaih, ibarat
penyebaban
Klausa bawahan menyatakan sebab ataua alasan terjadinya sesuatu yang dinayatakan dalam klausa utama
Sebab, karena, oleh karena
Pengakibatan
Klausa bawahan menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan dalam klausa utama
Sebab, kaarena, oleh karena
Cara
Klausa bawahan menyatakan cara pelaksanaan dan alat dari apa yang dinyatakan oleh klausa utama
Dengan, tanpa
kemiripan
Klausa bawahan menyatakan adanya kenyataan yang mirip dengan kenyataan yang sebenarnya
Sehingga, sampai, maka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...