Minggu, 09 Oktober 2011

MEMBACA CEPAT ( SPEED READING )

A.       Hakikat Membaca Cepat
Membaca cepat adalah kemampuan membaca dengan memperhatikan tujuan dari membaca. Kecepatan membaca harus fleksibel, artinya kecepatan itu tidak harus selalu sama, ada kalanya diperlambat karena bahan-bahan dan tujuan kita membaca (Soedarso 2004:18). Kecepatan membaca dapat disesuaikan dengan  kebutuhan membaca apabila kata-kata dalam bacaan tergolong tidak asing, dapat dilalui dengan cepat. Namun, apabila ada kata-kata yang tergolong asing dapat diperlambat untuk memahami makna kata tersebut.
Nurhadi (2005:31) mengungkapkan membaca cepat dan efektif  yaitu jenis membaca yang mengutamakan kecepatan, dengan tidak meninggalkan pemahaman terhadap aspek bacaannya.  Dengan demikian, seseorang dalam membaca tidak hanya kecepatannya yang menjadi patokan namun juga disertai pemahaman dari bacaan. 
Membaca cepat merupakan sistem membaca dengan memperhitungkan waktu baca dan tingkat pemahaman terhadap bahan yang dibacanya (Suyoto 2008). Apabila seseorang dapat membaca dengan waktu yang sedikit dan pemahaman yang tinggi maka seseorang tersebut dapat dikatakan pembaca cepat.
Dari beberapa definisi di atas mengenai membaca cepat, dapat disimpulkan bahwa membaca cepat adalah proses membaca bacaan untuk memahami isi-isi bacaan dengan cepat. Membaca cepat memberi kesempatan untuk membaca secara luas, bagian-bagian yang sudah sangat dikenal atau dipahami tidak dihiraukan. Perhatian dapat difokuskan pada bagian-bagian yang baru atau bagian-bagian yang belum dikuasai. Dengan membaca cepat dapat diperoleh pengetahuan yang luas  tentang apa yang dibacanya.
B.  Hambatan Membaca Cepat
Membaca cepat bagi orang awam atau seseorang yang  tidak mendapatkan latihan khusus membuat mereka merasa lelah dalam membaca karena lamban dalam membaca. Hal tersebut dapat diperkuat dengan adanya kebiasaan-kebiasaan  buruk dalam membaca. Soedarso (2004:5) hal-hal yang menghambat membaca cepat adalah (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4) menunjuk dengan jari; (5) regresi; dan (6) subvokalisasi.
Lebih lanjut Nurhadi (2005b:31) menyampaikan mengenai hambatan membaca cepat antara lain (1) menyuarakan apa yang dibaca; (2) membaca kata demi kata; (3) membantu melihat/menelusuri baris-baris bacaan dengan alat-alat tertentu (ujung pensil, ujung jari); (4) menggerak-gerakkan kaki atau anggota tubuh yang lain; (5) konsentrasi berpikir terpecah dengan hal-hal lain di luar bacaan; (6) bergumam-gumam atau bersenandung; (7) kebiasaan berhenti lama di awal kalimat, paragraf, sub-sub bab, bahkan di tengah-tengah kalimat; (8) kebiasaan mengulang-ulang unit-unit bacaan yang telah dibaca. 
Harjasujana (dalam Pamungkas 2008) faktor yang mempengaruhi membaca menurutnya, sekurang-kurangnya ada lima hal pokok yang dapat mempengaruhi proses pemahaman sebuah wacana antara lain (1) latar belakang pengalaman; (2) kemampuan berbahasa; (3) kemampuan berpikir; (4) tujuan membaca; dan (5) berbagai afeksi seperti motivasi, sikap, minat, keyakinan, dan perasaan. 
Selain faktor-faktor di  atas, kecepatan membaca  juga dipengaruhi oleh faktor kebiasaan buruk dalam membaca antara lain (1) membaca dengan vokalisasi (suara nyaring); (2) membaca dengan gerakan bibir; (3) membaca dengan gerakan kepala; (4) membaca dengan menunjuk baris bacaan dengan jari, pena, atau alat lainnya; (5) membaca dengan mengulang kata, atau baris bacaan (regresi); (6) membaca dengan subvokalisasi (melafalkan bacaan dalam batin atau pikiran); (7) membaca kata demi kata; (8) membaca dengan konsentrasi yang tidak sempurna; (9) membaca hanya jika perlu/ditugasi/dipaksa saja (insidental). 
Lebih lanjut Pearson (dalam Pamungkas 2008) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan membaca adalah faktor dalam (internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor dalam (internal) meliputi kompetensi bahasa, minat dan motivasi, sikap dan kebiasaan, dan kemampuan membaca. Faktor luar (eksternal) dibagi lagi menjadi dua kategori, yaitu (a) unsur dalam bacaan, dan (b) sifat-sifat lingkungan baca. Unsur dalam bacaan berkaitan dengan keterbacaan dan faktor organisasi teks. Sifat lingkungan baca berkenaan dengan fasilitas, guru, model pengajaran, dan lain-lain.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, hambatan-hambatan dalam membaca cepat antara lain  (1) vokalisasi; (2) gerakan bibir; (3) gerakan kepala; (4)  menunjuk dengan jari, pena, atau alat lainnya; (5) regresi; (6) subvokalisasi; dan (7) minat dan motivasi.
C.  Cara Meningkatkan Kecepatan Membaca 
Soedarso (2004:19) menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca antara lain (1) melihat dengan otak karena otak menyerap apa yang dilihat mata serta persepsi dan interpretasi otak terhadap tulisan yang dilihat oleh mata dapat mempengaruhi pemahaman terhadap bacaan; (2) menggerakkan mata terarah (fixed)  pada suatu sasaran (kata) dan melompat ke sasaran berikutnya; (3) melebarkan jangkauan mata dan lompatan mata yaitu satu fiksasi meliputi dua atau tiga kata; (4) membaca satu fiksasi untuk satu unit pengertian; dan (5)  meningkatkan konsentrasi karena dengan konsentrasi, pembaca menjadi cepat mengerti dan memahami bacaan.
Nurhadi (2005b:30-32) lebih detail menguraikan cara meningkatkan kecepatan membaca yaitu (1) menerapkan metode dan teknik membaca; (2) memilih aspek tertentu saja yang dibutuhkan dalam bacaan sesuai dengan tujuan membaca; (3) membiasakan untuk membaca pada kelompok-kelompok kata; (4) jangan mengulang kalimat yang telah dibaca; (5) jangan selalu berhenti lama di awal baris atau kalimat; (6) cari kata-kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat; (7) abaikan kata-kata tugas yang berulang-ulang seperti yang, di, dari, pada dan sebagainya; (8) jika penulisan dalam bentuk kolom, arahkan gerak mata ke bawah lurus (vertikal).
Wainwright (2007:33) beberapa cara untuk meningkatkan kecepatan membaca antara lain (1) menghilangkan regresi karena regresi dapat memperlambat kecepatan membaca; (2) mengembangkan ritme, cara ini dilakukan untuk menghindari regresi; (3) meningkatkan daya jangkauan pandang mata dapat dilakukan dengan melihat kata-kata sekaligus, mengenali kumpulan kata, dan mengubah cara kerja otak dalam menerima informasi; (4) latihan tachistoscopic atau sering disebut  flashing, latihan ini menggunakan perangkat antiregresi. 
Secara teoretis, kecepatan membaca dapat ditingkatkan menjadi dua sampai tiga kali lipat dari kecepatan semula. Dengan mengetahui metode dan teknik mengembangkan kecepatan membaca, diikuti latihan yang intensif, menghilangkan kebiasaan-kebiasaan buruk ketika membaca, dan membiasakan  diri membaca dengan cepat maka dalam beberapa minggu kecepatan membaca dapat meningkat.
D.  Mengukur Kecepatan Membaca
Membaca merupakan suatu keterampilan. Setiap orang mempunyai kemampuan membaca yang berbeda namun kemampuan membaca itu dapat ditingkatkan. Soedarso (2004:14) kecepatan membaca dapat diukur dengan rumus sebagai berikut.
    Jumlah kata yang dibaca     
    X  60  = jumlah kata per menit
   Jumlah waktu membaca


Sebagai contoh, apabila seseorang membaca 1.600 kata dalam  3 menit dan 20 detik atau total 200 detik, maka kecepatan membacanya: 1600 : 200 x 60 = 480 kpm
Untuk menghitung jumlah kata dalam bacaan yang dibaca, hitung jumlah kata dalam lima baris dahulu lalu bagi lima. Hasilnya merupakan jumlah rata-rata per baris dari bacaan itu. Lalu hitung jumlah baris yang dibaca dan kalikan dengan jumlah rata-rata.
Nurhadi (2005a:41) menguraikan cara yang lebih akurat untuk menghitung kecepatan membaca antara lain (1) tandailah di mana memulai membaca; (2) bacalah teks tersebut dengan kecepatan yang memadai; (3) tandailah lokasi akhir membaca; (4) catat waktu mulai membaca  (jam ..., menit ..., detik ...); (5) catat waktu berakhirnya membaca (jam ..., menit ..., detik ...); (6) hitung berapa waktu yang diperlukan (dalam detik); (7) hitung jumlah kata dalam teks yang dibaca; (8) kalikan jumlah kata dengan bilangan 60 (1 menit = 60 detik); (9) bagi hasil perkalian tersebut dengan jumlah kata per menit. Proses tersebut bila digambarkan sebagai berikut.
I. Saat akhir membaca        = jam ..., menit ..., detik ....
   Saat mulai membaca       = jam ..., menit ..., detik ...
   Waktu yang diperlukan   = ....  detik 
II. Jumlah kata x 60 detik   = jumlah total kata.
III. Jumlah total kata : waktu yang diperlukan = jumlah kata per menit.
  Pada umumnya, seseorang membaca jauh lebih lambat dari kemampuannya. Kecepatan membaca yang memadai diperlukan agar dapat membaca dengan lebih efektif. Berikut ini daftar kecepatan membaca yang memadai untuk semua jenjang pendidikan (Nurhadi 2005b:29).
SD/SMP            : 200 kata/menit
SMA                  : 250 kata/menit
Mahasiswa        : 325 kata/menit
Mahasiswa program Pasca Sarjana  : 400 kata/menit
Orang Dewasa  : 200 kata/menit.
E.  Hakikat Ide Pokok Paragraf
Dalam bahasa Indonesia, ada istilah pikiran utama, pokok pikiran, ide pokok, kalimat pokok, yang semuanya mempunyai arti yang sama serta mengacu pada pengertian kalimat topik. Gagasan pokok yang menjadi bahasan sebuah paragraf disebut pokok bahasan atau topik (Sakri 1992:3). Dalam sebuah paragraf  pastilah terdapat kalimat pokok atau kalimat utama, kalimat tersebut merupakan kunci dari  pokok bahasan. 
Zainuddin (1992:46) paragraf adalah satuan bahasa yang mengandung ide untuk mengungkapkan buah pikiran yang dapat berupa satu atau beberapa kalimat. Buah pikiran tersebut dapat diuraikan ke dalam beberapa kalimat. Namun, pada umumnya dalam suatu paragraf terdapat satu ide pokok atau gagasan pokok yang dijabarkan sehingga terdapat pikiran utama dan pikiran penjelas. Pikiran utama biasanya terdapat pada awal paragraf, tengah paragraf, awal dan akhir paragraf atau pun terdapat pada seluruh paragraf. 
Hal senada juga disampaikan oleh Mustakim (1994:112) paragraf sebagai suatu bentuk pengungkapan gagasan yang terjalin dalam rangkaian beberapa kalimat. Dalam praktiknya, paragraf terkadang hanya terdiri dari beberapa kalimat atau pun hanya satu kalimat. Namun, jumlah kalimat tersebut bukanlah menjadi ukuran dalam penyebutan paragraf. Hal  tersebut karena yang terpenting dalam sebuah paragraf adalah kesatuan gagasan yang diungkapkannya.
Paragraf adalah bagian bacaan yang mengandung satu satuan gagasan, yang biasanya disebut dengan ide pokok paragraf (Nurhadi 2005b:69). Lebih lanjut menurut Nurhadi, beberapa tempat kalimat utama atau ide pokok antara lain (1) ide pokok di awal paragraf (kalimat pertama); (2) ide pokok di akhir kalimat (kalimat penutup); (3) kalimat topik terdapat pada kalimat pertama dan terakhir; (4) ide pokok menyebar di seluruh paragraf.
Haryanta (2008) mengungkapkan, inti atau ide pokok paragraf merupakan gagasan yang secara struktural maknawi membawakan gagasan yang lain. Oleh karena itu, inti atau ide pokok merupakan suatu konsep yang secara ordinatif mencakup konsep gagasan lain mengubordinasi gagasan kalimat.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa ide pokok paragraf adalah gagasan utama atau pokok pikiran yang diungkapkan ke dalam satu atau beberapa kalimat. Ide pokok dapat ditemukan pada awal paragraf, akhir paragraf, awal dan akhir paragraf, dan menyebar di seluruh paragraf.
F.  Cara Menemukan Ide Pokok
Sebuah bacaan umumnya memiliki gagasan pokok dan gagasan penjelas. Gagasan pokok suatu paragraf merupakan ide pokok yang terkandung dalam  paragraf. Sebuah paragraf tidak akan sempurna jika hanya memiliki ide pokok saja tanpa adanya gagasan penjelas. Nurhadi (2005b:72) menjelaskan untuk mengetahui apakah kalimat dalam suatu paragraf mengandung ide pokok atau penjelas, dapat diketahui dengan melihat kata-kata kunci yang mengawali kalimat tersebut.  Berikut ini deretan kata-kata kunci itu.
Tabel Kata Kunci Ide Pokok dan  Gagasan Penjelas
Mengandung Ide Pokok
Sebagai penjelas(penunjang gagasan)
1.   Sebagai kesimpulan ...
2.   Yang penting adalah ...
3.   Ingat hal ini ...
4.   Yang saya maksudkan adalah ..
5.   Inilah yang penting ...
6.   Jangan lupa ...
7.   Kalimat-kalimat pernyataan ide ...

1.  Dengan kata lain ..
2.   Atau bisa dikatakan ...
3.   Pendapat itu ditunjang oleh ...
4.   Sebagai contoh adalah ...
5.   Sebagai ilustrasi ...
6.   Sebagai perbandingan ...
7.   Menjelaskan hal itu ...
8.   Lebih lanjut ...
9.   Pengulangan-pengulangan kata sebelumnya
Setelah mengetahui kata-kata kunci ide pokok paragraf, selanjutnya adalah cara menemukan ide pokok dalam paragraf. Untuk menemukan ide pokok, seseorang harus melakukan latihan. Latihan tersebut meliputi (1) latihan menemukan letak ide pokok dalam paragraf; (2) latihan menyatakan ide pokok sebuah paragraf; (3) latihan menangkap maksud paragraf; (4) latihan menemukan ide pokok dengan kecepatan membaca yang tinggi.
Hayon (2007:59) memaparkan bagaimana cara untuk mengetahui ide pokok paragraf secara cepat dan tepat yaitu pembaca terlebih dahulu harus memiliki pengetahuan dasar mengenai penyusunan sebuah paragraf. Pengetahuan tersebut diantaranya (1) mengetahui letak-letak kalimat utama, kalimat utama  biasanya terletak pada awal paragraf (pada kalimat pertama atau kedua), bagian-bagian akhir (pada kalimat terakhir atau kedua dari terakhir), dan gabungan (pada bagian awal dan akhir); (2) mengetahui ide pokok, biasanya berbentuk kata atau frase, kadangkala ide pokok terlihat jelas atau tersurat, tetapi ada juga yang tersirat; (3) mengetahui cara menentukan ide pokok, ide pokok dapat dilihat dari kata pada kalimat utama yang diulang kembali, diganti dengan kata ganti persona atau kata yang sama arti, dan diikuti kata ganti penunjuk pada kalimat-kalimat penjelas; (4) mengetahui ide-ide penjelas yang terdapat pada kalimat-kalimat penjelas. Dengan mengetahui ide pokok suatu paragraf, pembaca dapat mengikuti cara berpikir dari seorang penulis.
Penulis dalam mengungkapkan idenya, biasanya dalam bentuk satu atau dua kalimat. Kalimat-kalimat tersebut merupakan pokok pikiran penulis untuk menyampaikan sesuatu. Dalam menyampaikan sesuatu, penulis menyertakan topik paragraf karena topik itu menjadi subjek pembicaraan. Namun, sering kali ide pokok tidak dapat diketahui dengan mudah, karena tidak selamanya ide pokok selalu tersurat dalam sebuah kalimat. Untuk memudahkan dalam menemukan ide pokok, dapat dilakukan dengan cara (1) menemukan topik terlebih dahulu; (2) tanyakan pada diri Anda dengan sejumlah pertanyaan, Apa ide pokok paragraf ini?apa sebenarnya yang ingin penulis katakan dengan topik seperti ini? Kalimat mana yang menyatakan ide pokok itu? (Nuriadi 2008:149). Dalam hal ini, pembaca dituntut berpikir kritis dalam memahami isi suatu bacaan.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa cara untuk menemukan ide pokok dapat dilakukan dengan cara (1) terlebih dahulu  mengetahui topik dalam bacaan; (2) dapat menggunakan kata kunci sesuai dengan tabel di atas, yaitu kata kunci untuk mengetahui mana yang termasuk ide pokok atau hanya sebagai kalimat penjelas saja; dan (3) mengetahui letak-letak ide pokok  dalam suatu paragraf. Dengan cara-cara tersebut, memudahkan seseorang untuk menemukan ide pokok paragraf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...