A. Konsep Reduplikasi
Secara sederhana, reduplikasi
diartikan sebagai proses pengulangan. Hasil dari proses pengulangan itu dikenal
sebagai kata ulang (Sutanyaya, 1997: 130). Selanjutnya Kridalaksana (1983: 143)
menjelaskan bahwa reduplikasi adalah suatu proses dan hasil pengulangannya
satuan bahasa sebagai alat fonologis dan gramatikal. Ahli lain, Ramlan (1983:
55) mengatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan
satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem
maupun tidak. Hasil pengulangan tersebut disebut kata ulang, sedangkan satuan
yang diulang merupakan bentuk dasar. Selanjutnya, Keraf (1980: 119) dalam
bukunya mengatakan, kata-kata ulang disebut reduplikasi. Istilah ini digunakan
dalam tata bahasa pertama berdasarkan bentuk perulangan dalam bahasa barat,
jadi bahasa Indonesia konsepsi sendiri tentang kata ulang. Dari pendapat kedua
ahli tersebut di atas, jelas tergambar bahwa konsep reduplikasi (proses
pengulangan kata) berhubungan dengan kata (termasuk perubahan bunyi kata),
fungsi dan makna kata, karena disebutkan berhubungan dengan gramatika.
Dengan melihat konsep tersebut,
dalam konteks ilmu bahasa, reduplikasi termasuk dalam kajian morfologi. Karena
reduplikasi memiliki status yang sama dengan proses pembentukan kata dalam
morfologi. Sebagaimana afiksasi dan penjamakan kata (kompositam). (Keraf, 1983:
120)
Sebagai proses pembentukan kata,
reduplikasi dialami oleh semua bahasa di dunia. Kondisi ini sesuai dengan konsep langue dan parole
yang dikemukakan oleh De Seassure (dalam Verhaar, 1980: 114). Langue
berhubungan dengan kondisi umum semua bahasa. Artinya setiap unsur dan proses
tata bahasa (gramatikalisasi) dialami dan dimiliki oleh semua bahasa. Hanya
saja realisasi dari unsur dan proses tersebut yang berbeda-beda pada
masing-masing bahasa di dunia.
Contoh :
-
Untuk menyatakan
kegiatan yang terjadi berulang-ulang pada kata yang dialami oleh semua bahasa . Fenomena tersebut merupakan fenomena
langue.
- Kata berputar-putar
(pengulangan kata dasar putar) : parole dalam bahasa Indonesia.
B. Jenis Kata Ulang
Keraf (1984: 120) membagi kata
ulang (reduplikasi) menjadi empat bagian :
a.
Kata ulang dengan
perubahan suku awal
Contoh :
-
tanam-tanaman : tetanaman
b.
Kata ulang dengan
perubahan seluruh (utuh) (Dwilingga)
Contoh :
-
buah : buah-buah
-
rumah : rumah-rumah
c.
Kata ulang dengan perubahan
bunyi pada satu fonem atau lebih.
Contoh :
-
gerak-gerik : gerak-gerik
-
sayur-mayur : Sayur-mayur
d.
Kata ulang berimbuhan
Contoh :
-
main-main : bermain-main
-
kuda-kuda : kuda-kudaan
Ahli lain, Kridalaksana (1983: 143) membagi kata ulang
(reduplikasi) menjadi delapan bagian :
a.
Kata ulang
(reduplikasi) antisipatoris, yakni reduplikasi yang terjadi karena pemakai
bahasa mengantisipasikan bentuk yang diulang ke depan.
Contoh : tembak - menembak
b.
Kata ulang
(reduplikasi) fonologis, yakni pengulangan unsur-unsur fonologis (fonem, suku
kata, kata).
Contoh : laki-laki : lelaki
c.
Kata ulang
(reduplikasi) grammatikal, yakni pengulangan fungsional dari suatu bentuk dasar
(mencakup morfologi dan sintaksis).
Contoh : besar : membesar-besarkan
putar : memutar-mutar
d.
Kata ulang
(reduplikasi) idiomatis, yakni kata ulang yang maknanya tidak dapat dijabarkan
dari bentuk yang diulang.
Contoh : mata-mata à bukan pengulangan kata mata dengan makna panca indra.
e.
Kata ulang
(reduplikasi) konsekutif, yakni kata ulang yang terjadi karena pemakai bahasa
mengungkap lagi bentuk yang sudah diungkap (perulangan terjadi ke belakang).
Contoh : tembak : menembak-nembak
f. Kata ulang
(reduplikasi) morfologis, yakni pengulangan morfem yang menghasilkan kata.
Contoh : kabar : mengabar-ngabarkan
naik : menaik-naikkan
g.
Kata ulang non
idiomatis, yakni perulangan yang maknanya jelas dari bagian yang diulang maupun
dari prosesnya.
Contoh : kertas-kertas : banyak kertas
Rumah-rumah : banyak rumah.
h.
Kata ulang
(reduplikasi) sintaksis, yakni proses pengulangan yang menghasilkan klause.
Contoh : jauh-jauh : walaupun jauh
Ahli
lain, Ramlan (1983: 55) membagi kata ulang (Reduplikasi) menjadi empat bagian :
a.
Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah
pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi
dengan proses perubahan afiks.
Contoh :
-
sepeda : sepeda-sepeda
-
buku : buku-buku
-
kebaikan : kebaikan-kebaikan
b.
Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah
pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, dengan kata lain bentuk dasar tidak
diulang seluruhnya.
Contoh :
-
lelaki : bentuk dasar laki
-
tetamu : bentuk dasar tamu
-
beberapa : bentuk dasar berapa
c.
Pengulangan yang
berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dalam golongan ini bentuk dasar
diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya
pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan
bersama-sama pula mendukung satu fungsi.
Contoh :
-
kereta-keretaan : bentuk dasar kereta
-
gunung-gunungan : bentuk dasar gunung
d.
Pengulangan dengan
perubahan fonem
Kata ulang yang perubahannya
termasuk sebenarnya sangat sedikit.
Contoh :
-
gerak : gerak-gerik
-
serba : serba-serbi
-
rebut : berebut-rebutan
C. Bentuk Dasar Kata
Ulang
Setiap kata ulang
memiliki satuan yang diulang. Jadi satuan yang diulang itu disebut kata dasar.
Sebagian kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk kata dasarnya.
Contoh :
-
rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah