Sabtu, 22 September 2012

Bentuk Ulang (Reduplikasi)


        A. Konsep Reduplikasi
Secara sederhana, reduplikasi diartikan sebagai proses pengulangan. Hasil dari proses pengulangan itu dikenal sebagai kata ulang (Sutanyaya, 1997: 130). Selanjutnya Kridalaksana (1983: 143) menjelaskan bahwa reduplikasi adalah suatu proses dan hasil pengulangannya satuan bahasa sebagai alat fonologis dan gramatikal. Ahli lain, Ramlan (1983: 55) mengatakan bahwa proses pengulangan atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan tersebut disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Selanjutnya, Keraf (1980: 119) dalam bukunya mengatakan, kata-kata ulang disebut reduplikasi. Istilah ini digunakan dalam tata bahasa pertama berdasarkan bentuk perulangan dalam bahasa barat, jadi bahasa Indonesia konsepsi sendiri tentang kata ulang. Dari pendapat kedua ahli tersebut di atas, jelas tergambar bahwa konsep reduplikasi (proses pengulangan kata) berhubungan dengan kata (termasuk perubahan bunyi kata), fungsi dan makna kata, karena disebutkan berhubungan dengan gramatika.
Dengan melihat konsep tersebut, dalam konteks ilmu bahasa, reduplikasi termasuk dalam kajian morfologi. Karena reduplikasi memiliki status yang sama dengan proses pembentukan kata dalam morfologi. Sebagaimana afiksasi dan penjamakan kata (kompositam). (Keraf, 1983: 120)
Sebagai proses pembentukan kata, reduplikasi dialami oleh semua bahasa di dunia. Kondisi ini sesuai dengan konsep langue dan parole yang dikemukakan oleh De Seassure (dalam Verhaar, 1980: 114). Langue berhubungan dengan kondisi umum semua bahasa. Artinya setiap unsur dan proses tata bahasa (gramatikalisasi) dialami dan dimiliki oleh semua bahasa. Hanya saja realisasi dari unsur dan proses tersebut yang berbeda-beda pada masing-masing bahasa di dunia.
Contoh :
-      Untuk menyatakan kegiatan yang terjadi berulang-ulang pada kata yang dialami oleh semua bahasa . Fenomena tersebut merupakan fenomena langue.
-  Kata berputar-putar (pengulangan kata dasar putar) : parole dalam bahasa Indonesia. 
B. Jenis Kata Ulang
Keraf (1984: 120) membagi kata ulang (reduplikasi) menjadi empat bagian :
a.    Kata ulang dengan perubahan suku awal
Contoh :
-      tanam-tanaman : tetanaman

b.   Kata ulang dengan perubahan seluruh (utuh) (Dwilingga)
Contoh :
-      buah : buah-buah
-      rumah : rumah-rumah
c.    Kata ulang dengan perubahan bunyi pada satu fonem atau lebih.
Contoh :
-      gerak-gerik : gerak-gerik
-      sayur-mayur : Sayur-mayur
d.   Kata ulang berimbuhan
Contoh :
-      main-main : bermain-main
-      kuda-kuda : kuda-kudaan 
   Ahli  lain,  Kridalaksana (1983: 143) membagi kata ulang (reduplikasi)  menjadi delapan bagian :
a.    Kata ulang (reduplikasi) antisipatoris, yakni reduplikasi yang terjadi karena pemakai bahasa mengantisipasikan bentuk yang diulang ke depan.
Contoh : tembak - menembak
b.   Kata ulang (reduplikasi) fonologis, yakni pengulangan unsur-unsur fonologis (fonem, suku kata, kata).
Contoh : laki-laki : lelaki
c.    Kata ulang (reduplikasi) grammatikal, yakni pengulangan fungsional dari suatu bentuk dasar (mencakup morfologi dan sintaksis).
Contoh : besar : membesar-besarkan
             putar : memutar-mutar
d.   Kata ulang (reduplikasi) idiomatis, yakni kata ulang yang maknanya tidak dapat dijabarkan dari bentuk yang diulang.
Contoh : mata-mata à bukan pengulangan kata mata dengan makna panca indra.
e.    Kata ulang (reduplikasi) konsekutif, yakni kata ulang yang terjadi karena pemakai bahasa mengungkap lagi bentuk yang sudah diungkap (perulangan terjadi ke belakang).
Contoh : tembak menembak-nembak
f. Kata ulang (reduplikasi) morfologis, yakni pengulangan morfem yang menghasilkan kata.
Contoh : kabar : mengabar-ngabarkan
               naik   : menaik-naikkan
g.    Kata ulang non idiomatis, yakni perulangan yang maknanya jelas dari bagian yang diulang maupun dari prosesnya.
Contoh : kertas-kertas : banyak kertas
             Rumah-rumah : banyak rumah.
h.   Kata ulang (reduplikasi) sintaksis, yakni proses pengulangan yang menghasilkan klause.
Contoh : jauh-jauh : walaupun jauh
          Ahli lain, Ramlan (1983: 55) membagi kata ulang (Reduplikasi) menjadi empat bagian :
a.    Pengulangan seluruh
Pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses perubahan afiks.
Contoh :
-      sepeda : sepeda-sepeda
-      buku : buku-buku
-      kebaikan : kebaikan-kebaikan
b.   Pengulangan sebagian
Pengulangan sebagian adalah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya, dengan kata lain bentuk dasar tidak diulang seluruhnya.
Contoh :
-      lelaki : bentuk dasar laki
-      tetamu : bentuk dasar tamu
-      beberapa : bentuk dasar berapa
c.    Pengulangan yang berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, dalam golongan ini bentuk dasar diulang seluruhnya dan berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks, maksudnya pengulangan itu terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung satu fungsi.
Contoh :
-   kereta-keretaan : bentuk dasar kereta
-   gunung-gunungan : bentuk dasar gunung
d.   Pengulangan dengan perubahan fonem
Kata ulang yang perubahannya termasuk sebenarnya sangat sedikit.
Contoh :
-   gerak : gerak-gerik
-   serba : serba-serbi
-   rebut : berebut-rebutan
    C.   Bentuk Dasar Kata Ulang
      Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang. Jadi satuan yang diulang itu disebut kata dasar. Sebagian kata ulang dengan mudah ditentukan bentuk kata dasarnya.
Contoh :
-      rumah-rumah : bentuk dasarnya rumah
-      sakit-sakit : bentuk dasarnya sakit
          Tetapi tidak semua kata ulang dengan mudah dapat ditentukan kata dasarnya. Ramlan (1983: 57) mengemukakan dua petunjuk dalam menentukan bentuk dasar dalam kata ulang :
a.    Pengulangan pada umumnya tidak mengubah golongan kata. Dengan petunjuk ini dapat ditentukan bahwa bentuk dasar bagi kata ulang yang termasuk golongan kata nominal, verbal, bilangan.
Contoh :
-      berkata-kata (KK) : bentuk dasar berkata
-      menari-nari (KK) : bentuk dasar menari
-      sepuluh-sepuluh (KB) : bentuk dasar sepulu
-      cepat-cepat (KS) : bentuk dasar cepat
Namun demikian, ada juga yang mengubah golongan kata, ialah pengulangan dengan se-nya.
Contoh :
-      tinggi : setinggi-tingginya.
-      luas    : seluas-luasnya
-      cepat : secepat-cepatnya
Kata setinggi-tingginya, seluas-luasnya, secepat-cepatnya termasuk golongan kata keterangan karena kata-kata tersebut secara dominan menduduki fungsi keterangan.
b.   Bentuk dasar selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Misalnya “mempertahan-tahankan” bentuk dasarnya bukannya “mempertahan”, melainkan mempertahankan karena mempertahan tidak terdapat dalam pemakaian bahasa.
Contoh lain :
-      memperkata-katakan   :    bentuk dasar memperkatakan bukan memperkata.
-      mengata-ngatakan    :    bentuk dasar mengatakan bukan mengatan.
-      berdesak-desakan    :    bentuk dasar berdesakan, bukan berdesak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...