RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(
RPP )
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X/I
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Tema : Keimanan
Standar Kompetensi :
Mendengarkan
Memahami
puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung
Kompetensi dasar : Mengidentifikasi unsur – unsur suatu
puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman
Indikator :
No.
|
Indikator
|
Nilai Karakter
|
1.
|
Menyebutkan unsur – unsur bentuk suatu puisi
|
Rasa
ingin tahu
|
2.
|
Mengidentifikasi
(majas, rima, kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang ) unsur bentuk
puisi
|
Kreatif
|
3.
|
Menanggapi
unsur – unsur puisi yang ditemukan
|
Kreatif
|
4.
|
Mengartikan
kata – kata berkonotasi dan makna lambang
|
Kreatif
|
·
Proses
Mendengarkan rekaman pembacaan
puisi , menyebutkan unsur – unsur puisi , mengidentifikasi majas, rima, kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang
(unsur bentuk puisi ), mengartikan kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang
·
Psikomotor
Menanggapi unsur – unsur puisi yang ditemukan
·
AfektifPerilaku berkarakter
Membentuk perilaku siswa
bertanggung jawab dan rasa ingin tahu
Ketrampilan sosial.
Melakukan komunikasi kepada guru
dan bertanya melalui bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan, serta menumbuhkan kreatifitas siswa
Tujuan pembelajaran :
1.
Setelah menyimak rekaman /pembacaan puisi ,siswa mampu menyebutkan unsur
– unsur suatu puisi secara tepat,
2.
Setelah menyimak rekaman/ pembacaan puisi , siswa mampumengidentifikasi majas, rima, kata – kata berkonotasi dan
bermakna lambang (unsur bentuk puisi ) secara
tepat,
3.
Setelah menyimak rekaman/pembacaan puisi,siswa mampu mengartikan kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang,
4.
Setelah berdiskusi ,siswa mampu menanggapi unsur puisi
yang ditemukan teman secara tepat.
Proses
1.
Diberikan rekaman /pembacaan puisi ,siswa mampu menyebutkan unsur –
unsur suatu puisi secara tepat,
2. Diberikan materi unsur – unsur puisi , siswa
mampu mengidentifikasi majas, rima, kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang
(unsur bentuk puisi ) secara
tepat,
3. Diberikan rekaman/pembacaan puisi,siswa mampu mengartikan kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang,
Kinerja proses
Melalui kegiatan diskusisiswa mampu menanggapi unsur
puisi yang ditemukan teman secara tepat.
Afektif
Perilaku karakter
Terlibat dalam KBM yang
berpusat pada siswa, siswa dapat menunjukkan tanggung jawab, jujur, membantu
teman minimal dinilai membuat kemajuan dengan LP 5 : Format Pengamatan perilaku
berkarakter.
Ketrampilan Sosial
Dalam KBM, siswa mampu berkomunikasi kepada guru
dan temannya melalui bertanya dan berdiskusi , berpendapat, menjawab pertanyaan dan mengidentifikasi
unsur – unsur puisi secara benar.
Materi :
Puisi
A.
Pengertian Puisi
Secara etimologi ,kata puisi berasal dari bahasa Yunani”poesis” yang
artinya penciptaan. Sedangkan secara terminologi , menurut Samuel taylor
Coleridge puisi adalah kata – kata terindah denga susunan terindah. Penyair
memilih kata – kata yang setepatnya dan disusun sebaik – baiknya,missal
seimbang ,simetris antara unsur satu dengan unsur yang lain erat beerhubungan.
B.
Unsur – unsur puisi
Puisi merupakan hasil kepaduan beberapa unsur penyusun yang membuat karya tersebut disebut puisi. Menurut Waluyo (1991:4) puisi dibangun oleh dua unsur pokok yaitu: struktur fisik yang berupa bahasa, dan struktur batin atau struktur makna.
a. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi atau struktur kebahasaan puisi disebut juga metode puisi. Medium pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair adalah bahasa.
• Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan maksud (Keraf dalam Wahyudi 1989: 242). Pemilihan kata dilakukan untuk mendapatkan kata yang tepat berdasarkan seleksi bentuk, sinonim, dan rangkaian kata.
Kata-kata dalam puisi memiliki peranan yang sangat besar. Kekuatan sebuah puisi terletak pada kata-kata yang digunakan. Keberhasilan sebuah puisi pun terletak pada pilihan kata yang digunakan. Maka dari itu pilihan kata dalam puisi harus benar-benar kata yang mewakili apa yang dirasakan oleh penulisnya agar pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis puisi tersebut.
• Pengimajian
Pengimajian atau daya bayang adalah kemampuan menciptakan citra atau bayangan dalam benak pembaca. Dengan daya bayang, puisi tidak hanya digunakan sebagai sarana memberitahukan apa yang dialami atau dirasakan penulis saja, melainkan juga sebagai alat merasakan apa yang dirasakan, melihat apa yang dilihat, dan mendengar segala sesuatu yang didengar oleh penulis. Daya bayang dapat penulis ciptakan dengan menempuh beberapa cara yang di antaranya (1) penggunaan kata-kata kias, (2) penggunaan lambang-lambang, dan (3) penggunaan pigura-pigura bahasa, seperti metafora, metonimia, personifikasi, dan sebagainya. Contoh daya bayang dalam puisi.
AKU
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulanya terbuang
……………………………..
Chairil Anwar
Penggunaan kata-kata kias dalam puisi”Aku” terlihat pada “Aku ini binatang jalang” yang bermaksud “pemberontak” dan “Dari kumpulanya terbuang” untuk mengiaskan “tidak mau mengikuti aturan umum”. Kata kias yang digunakan memiliki pengaruh yang amat kuat karena di balik kata-kata itu terkandung makna yang jelas yang gampang ditangkap oleh pancaindra.
TERATAI
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai.
Tak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
……………………………………………..
Sanusi Pane
Puisi “ Teratai” tersebut adalah contoh penggunaan lambang dalam penulisan puisi. Bunga teratai yang menjadi ibarat dari Ki Hajar Dewantara (Suharianto: 2005).
Menurut Jabrohim dkk (2003:36) hal-hal yang berkaitan dengan citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Pengimajian digunakan untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam pikiran dan pengindraan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental, atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.
Pencitraan atau pengimajian dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yaitu (1) citraan penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indra penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah kelihatan, (2) citraan pendengaran yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau berupa onomatope dan persajakan yang berturut-turut, (3) citraan penciuman, (4) citraan pencecapan, (5) citraan rabaan, yakni citraan yang berupa rangsangan-rangsangan kepada perasaan atau sentuhan, (6) citraan pikiran/intelektual, yakni citraan yang dihasilkan oleh asosiasi pikiran, (7) citraan gerak, dihasilkan dengan cara menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal yang tidak bergerak menjadi bergerak (Jabrohim dkk 2003:39).
• Bahasa Figuratif atau Kiasan
Bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu (Jabrohim dkk 2003:42). Pencapaian arti atau efek tertentu tergantung jenis kiasan yang digunakan.
1. Simile
Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama (Jabrohim dkk 2003:44). Sebagai sarana dalam upaya menyamakan hal yang berlainan tersebut simile menggunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, seperti, sebagai, bak, seumpama, laksana, serupa, sepantun, dan sebagainya.
2. Metafora
Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa secara laangsung tanpa kata pembanding(Jabrohim dkk 2003:45).
4. Personifikasi
Menurut Baribin (1990:50) personifikasi ialah mempersamakan benda dengan manusia, hal ini menyebabkan lukisan menjadi hidup, berperan menjadi lebih jelas, dan memberikan bayangan angan yang konkret. Contoh: “awan pun terdiam”.
5. Metonimi
Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat (Jabrohim dkk 2003:51). Menurut Alternbornd (dalam Baribin 1990:50) metonimia, ialah penggunaan sebuah atribut dari suatu objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Metonimi juga sering disebut dengan bahasa kiasan pengganti nama. Misalnya: “senja kian berlalu”. Senja artinya maut atau kesusahan.
6. Sinekdok
Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri (Jabrohim dkk 2003: 52). Menurut Baribin (1990:50) sinekdoki ada dua macam, yakni (1) pars pro toto, yaitu sebagian untuk keseluruhan; (2) totum pro parte: keseluruhan untuk sebagian. Contoh pars pro toto: “Tidakkah siapapun lahir kembali di detik begini” dan “hatimu yang mendengar semesta dunia”. Contoh totum pro parte: “Sampai engkau bangkit dan seluruh pulau mendengarkan”.
• Versifikasi atau Rima dan Irama
Bunyi dalam puisi menghasilkan versifikasi atau ritma dan rima. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pengertian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Jabrohim dkk 2003: 53).Rima adalah istilah lain dari persajakan atau persamaan bunyi, sedangkan irama sering juga disebut dengan ritme atau tinggi rendah, panjang pendek, keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca. Rima dan irama ini memiliki peran yang sangat penting karena keduanya sangat berkaitan dengan nada dan suasana puisi (Suharianto 2005: 45-49). Contoh penggunaan rima dan irama dalam puisi:
MINANG
Inilah tanah, di mana Sabai dilahirkan
Di mana Malin, si Durhaka, menerima kutukan
di mana kaba ialah sebagian dari kehidupan
dan beragam pantun mengalun dalam kesunyian
Sepi di sini sepi batu dan sepi gunung
Sepi hutan-hutan hijau melingkung
padang-padang lalang sejauh mata merenung
di atasnya mengambang rawan suara lesung
…………………………………………….
(Hartoyo Andang jaya)
Dari contoh puisi tersebut terlihat bagaimana rima dan irama merupakan unsur yang sangat berperan dalam menghidupkan suatu puisi. Dengan rima dan irama yang terdapat dalam puisi tersebut, nada dan suasana yang hendak digambarkan penyair menjadi lebih nyata dan lebih mudah dibayangkan oleh pembacanya.
Berdasarkan jenisnya, rima dibedakan atas tiga macam:
1. Berdasarkan bunyinya, terbagi atas asonansi (rima karena persamaan vokal) dan aliterasi (rima karena persamaan konsonan),
2. Berdasarkan letakdalam kata, rima terbagi atas rima mutlak (seluruh vokal dan konsonan sama), rima sempurna (salah satu suku katanya sama), dan rima tak sempurna (bila dalam salah satu suku kata hanya vokal atau konsonan saja yang sama),
3. Berdasarkan letaknya dalam baris, rima terbagi atas rima awal (terdapat pada awal baris), rima tengah, rima horisontal (terdapat pada baris yang sama), dan rima vertikal (terdapat pada baris yang berlainan), rima rangkai,rima peluk,rima kembar, rima silang,rima patah.
Rima / sajak
Puisi merupakan hasil kepaduan beberapa unsur penyusun yang membuat karya tersebut disebut puisi. Menurut Waluyo (1991:4) puisi dibangun oleh dua unsur pokok yaitu: struktur fisik yang berupa bahasa, dan struktur batin atau struktur makna.
a. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi atau struktur kebahasaan puisi disebut juga metode puisi. Medium pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair adalah bahasa.
• Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan maksud (Keraf dalam Wahyudi 1989: 242). Pemilihan kata dilakukan untuk mendapatkan kata yang tepat berdasarkan seleksi bentuk, sinonim, dan rangkaian kata.
Kata-kata dalam puisi memiliki peranan yang sangat besar. Kekuatan sebuah puisi terletak pada kata-kata yang digunakan. Keberhasilan sebuah puisi pun terletak pada pilihan kata yang digunakan. Maka dari itu pilihan kata dalam puisi harus benar-benar kata yang mewakili apa yang dirasakan oleh penulisnya agar pembaca dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis puisi tersebut.
• Pengimajian
Pengimajian atau daya bayang adalah kemampuan menciptakan citra atau bayangan dalam benak pembaca. Dengan daya bayang, puisi tidak hanya digunakan sebagai sarana memberitahukan apa yang dialami atau dirasakan penulis saja, melainkan juga sebagai alat merasakan apa yang dirasakan, melihat apa yang dilihat, dan mendengar segala sesuatu yang didengar oleh penulis. Daya bayang dapat penulis ciptakan dengan menempuh beberapa cara yang di antaranya (1) penggunaan kata-kata kias, (2) penggunaan lambang-lambang, dan (3) penggunaan pigura-pigura bahasa, seperti metafora, metonimia, personifikasi, dan sebagainya. Contoh daya bayang dalam puisi.
AKU
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulanya terbuang
……………………………..
Chairil Anwar
Penggunaan kata-kata kias dalam puisi”Aku” terlihat pada “Aku ini binatang jalang” yang bermaksud “pemberontak” dan “Dari kumpulanya terbuang” untuk mengiaskan “tidak mau mengikuti aturan umum”. Kata kias yang digunakan memiliki pengaruh yang amat kuat karena di balik kata-kata itu terkandung makna yang jelas yang gampang ditangkap oleh pancaindra.
TERATAI
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai.
Tak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
……………………………………………..
Sanusi Pane
Puisi “ Teratai” tersebut adalah contoh penggunaan lambang dalam penulisan puisi. Bunga teratai yang menjadi ibarat dari Ki Hajar Dewantara (Suharianto: 2005).
Menurut Jabrohim dkk (2003:36) hal-hal yang berkaitan dengan citra ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Pengimajian digunakan untuk memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam pikiran dan pengindraan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental, atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran angan.
Pencitraan atau pengimajian dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yaitu (1) citraan penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indra penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indra penglihatan sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah kelihatan, (2) citraan pendengaran yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara atau berupa onomatope dan persajakan yang berturut-turut, (3) citraan penciuman, (4) citraan pencecapan, (5) citraan rabaan, yakni citraan yang berupa rangsangan-rangsangan kepada perasaan atau sentuhan, (6) citraan pikiran/intelektual, yakni citraan yang dihasilkan oleh asosiasi pikiran, (7) citraan gerak, dihasilkan dengan cara menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal yang tidak bergerak menjadi bergerak (Jabrohim dkk 2003:39).
• Bahasa Figuratif atau Kiasan
Bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu (Jabrohim dkk 2003:42). Pencapaian arti atau efek tertentu tergantung jenis kiasan yang digunakan.
1. Simile
Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama (Jabrohim dkk 2003:44). Sebagai sarana dalam upaya menyamakan hal yang berlainan tersebut simile menggunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, seperti, sebagai, bak, seumpama, laksana, serupa, sepantun, dan sebagainya.
2. Metafora
Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa secara laangsung tanpa kata pembanding(Jabrohim dkk 2003:45).
4. Personifikasi
Menurut Baribin (1990:50) personifikasi ialah mempersamakan benda dengan manusia, hal ini menyebabkan lukisan menjadi hidup, berperan menjadi lebih jelas, dan memberikan bayangan angan yang konkret. Contoh: “awan pun terdiam”.
5. Metonimi
Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat (Jabrohim dkk 2003:51). Menurut Alternbornd (dalam Baribin 1990:50) metonimia, ialah penggunaan sebuah atribut dari suatu objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Metonimi juga sering disebut dengan bahasa kiasan pengganti nama. Misalnya: “senja kian berlalu”. Senja artinya maut atau kesusahan.
6. Sinekdok
Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri (Jabrohim dkk 2003: 52). Menurut Baribin (1990:50) sinekdoki ada dua macam, yakni (1) pars pro toto, yaitu sebagian untuk keseluruhan; (2) totum pro parte: keseluruhan untuk sebagian. Contoh pars pro toto: “Tidakkah siapapun lahir kembali di detik begini” dan “hatimu yang mendengar semesta dunia”. Contoh totum pro parte: “Sampai engkau bangkit dan seluruh pulau mendengarkan”.
• Versifikasi atau Rima dan Irama
Bunyi dalam puisi menghasilkan versifikasi atau ritma dan rima. Secara umum ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pengertian turun naik, panjang pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Jabrohim dkk 2003: 53).Rima adalah istilah lain dari persajakan atau persamaan bunyi, sedangkan irama sering juga disebut dengan ritme atau tinggi rendah, panjang pendek, keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris suatu puisi bila puisi tersebut dibaca. Rima dan irama ini memiliki peran yang sangat penting karena keduanya sangat berkaitan dengan nada dan suasana puisi (Suharianto 2005: 45-49). Contoh penggunaan rima dan irama dalam puisi:
MINANG
Inilah tanah, di mana Sabai dilahirkan
Di mana Malin, si Durhaka, menerima kutukan
di mana kaba ialah sebagian dari kehidupan
dan beragam pantun mengalun dalam kesunyian
Sepi di sini sepi batu dan sepi gunung
Sepi hutan-hutan hijau melingkung
padang-padang lalang sejauh mata merenung
di atasnya mengambang rawan suara lesung
…………………………………………….
(Hartoyo Andang jaya)
Dari contoh puisi tersebut terlihat bagaimana rima dan irama merupakan unsur yang sangat berperan dalam menghidupkan suatu puisi. Dengan rima dan irama yang terdapat dalam puisi tersebut, nada dan suasana yang hendak digambarkan penyair menjadi lebih nyata dan lebih mudah dibayangkan oleh pembacanya.
Berdasarkan jenisnya, rima dibedakan atas tiga macam:
1. Berdasarkan bunyinya, terbagi atas asonansi (rima karena persamaan vokal) dan aliterasi (rima karena persamaan konsonan),
2. Berdasarkan letakdalam kata, rima terbagi atas rima mutlak (seluruh vokal dan konsonan sama), rima sempurna (salah satu suku katanya sama), dan rima tak sempurna (bila dalam salah satu suku kata hanya vokal atau konsonan saja yang sama),
3. Berdasarkan letaknya dalam baris, rima terbagi atas rima awal (terdapat pada awal baris), rima tengah, rima horisontal (terdapat pada baris yang sama), dan rima vertikal (terdapat pada baris yang berlainan), rima rangkai,rima peluk,rima kembar, rima silang,rima patah.
Rima / sajak
1.
Rima berdasarkan
letak dalam kata
a.
Rima sempurna (penuh)
Dinamakan rima penuh, bila seluruh
suku akhir sama bunyinya.
Misalnya: Jati bersajak dengan hati
Lantai
bersajak dengan pantai
b.
Rima tak sempurna
Dinamakan
sajak tak sempurna bila yang sama bunyinya hanya sebagaian suku akhir atau
huruf akhir saja
Misalnya
: palang
bersajak dengan datang
Padi
bersajak dengan mati
c.
Rima mutlak
Dinamakan rima mutlak, bila yang sama bunyinya
satu kata penuh
Misalnya
: Mendatang-datang
jua
kenangan
masa lampau
Menghilang-hilang jua
Yang dulu sinau-silau
2.
Rima berdasarkan
bunyi
a.
Sajak terbuka
Dinamakan sajak terbuka, bila kata bersajak itu
berakhir vocal yang sama.
Misalnya:
batu
bersajak dengan rindu
Buka
bersajak dengan suka
b.
Sajak tertutup
Dinamakan sajak tertutup, bila kata yang bersajak
itu berakhir konsonan yang sama.
Misalnya
: hilang bersajak dengan datang
Susut bersajak dengan
takut
c.
Sajak alterasi (s.
pangkal atau s. awal)
Dinamakan sajak alterasi, bila yang sama bunyinya
suku awal.
Misalnya
: lalu bersajak dengan lalang
Warna bersajak dengan warta
Lenggang bersajak
dengan lenggok
d.
Sajak asonasi
Dinamakan
sajak asonasi, bila yang bersajak ialah huruf hidup (vocal) yang menjadi
kerangka bunyi kata itu.
Misalnya
: secupak bersajak dengan sesukat
Tumbang bersajak dengan mundam
e.
Sajak disonasi
Dinamakan
sajak disonasi, bila yang bersajak itu huruf mati (konsonan) yang menjadi
kerangka kata itu.
Misalnya
: tindak bersajak dengan tanduk
Compang bersajak dengan
camping
3.
Rima berdasarkan
letak dalam baris:
a.
Sajak awal
Dinamakan
sajak awal, bila kata-kata yang bersajak itu terdapat pada awal kalimat.
b.
Sajak tengah
Dinamakn
sajak tengah, bila kata-kata yang bersajak itu terdapat pada tengah kalimat.
c.
Sajak akhir
Dinamakan
sajak akhir, bila kata-kata yang bersajak itu terdapat pada akhir kalimat.
Contoh
berikut memperlihatkan ke-3 macam sajak (s.awal, s. tengah, s. akhir)
sekaligus:
Dari
mana punai melayang
Dari
sawah turun ke kali
Dari
mana kasih sayang
Dari
mata turun ke hati
d.
Sajak peluk (sajak
berpaut)
Dinamkan
sajak peluk, bila umpamanya puisi itu terdiri atas 4 baris, maka baris ke-1 bersajak
dengan baris ke-4, sedang baris ke-2 bersajak dengan baris ke-3.
Dengan
rumus sajak
1.
…………………….. (a)
2.
…………………….. (b)
3.
…………………….. (b)
4.
…………………….. (a)
e.
Sajak silang (sajak
salib)
Dinamakan
sajak silang kalau letak sajaknya bersilang-silang
Dengan
rumus sajak
1.
…………………….. (a)
f.
Sajak rangkai (sajak
sama)
Dinamkan
sajak rangkai (sama), bila kata-kata pada akhir baris yang beruntun itu sana
bunyinya.
1.
…………………….. (a)
2.
…………………….. (a)
3.
…………………….. (a)
4.
…………………….. (a)
2.
…………………….. (b)
3.
…………………….. (a)
4.
…………………….. (b)
g.
Sajak kembar
Dinamakan
sajak kembar, bila yang bersajak itu dua baris dua baris.
1.
…………………….. (a)
2.
…………………….. (a)
3.
…………………….. (b)
4.
…………………….. (b)
h.
Sajak patah
Dinamakn
sajak patah, bila dalam bait puisi itu ada kata yang tidak mempunyai
pasangan/persamaan bunyi dengan lain.
1.
…………………….. (a) …………………….. (a)
2.
…………………….. (a) …………………….. (b)
3.
…………………….. (b) atau ……………………..
(a)
4.
…………………….. (a) …………………….. (a)
• Tipografi
Tipografi adalah cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual (Aminuddin 2002: 146).Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris-baris dalam puisi.
Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu.Selain itu, tipografi juga berperan untuk menunjukan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Struktur Batin Puisi
Menurut Waluyo dalam Jabrohim dkk (2003:65) struktur batin mencakup tema, perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
• Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang (Jabrohim dkk 2003:65).Menurut Waluyo (2003:17) tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan penyair melalui puisinya.Semua karya terkhusus karya sastra pasti memiliki tema yang merupakan pokok permasalahan yang diangkat dalam menulis karya sastra itu.
• Perasaan (Feeling)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya (Aminuddin 2002:150).Sikap tersebut adalah sikap yang ditampilkan dari perasaan penyair, misalnya sikap simpati, antipati, senang, tidak senang, rasa benci, rindu, dan sebagainya.
• Nada dan Suasana
Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi, sedangkan keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat yang ditimbulkan puisi terhadap perasaan pembaca disebut suasana. Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap itu terciptalah suasana puisi.Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui, memberontak, main-main, serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih (memelas), mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya (Waluyo 2009:37).
• Amanat
Amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya.Amanat dapat ditemukan setelah mengetahui tema, perasaan, nada, dan suasana puisi. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan (Jabrohim dkk 2003:67).
Sedangkan menurut Waluyo (2003:40) amanat, pesan atau nasehat merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi.Cara pembaca menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap suatu hal.
Amanat berbeda dengan tema.Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti, sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra (Jabrohim dkk 2003:67). Arti dalam puisi bersifat lugas, objektif dan khusus, sedangkan makna puisi bersifat kias, objektif, dan umum.
Metode pembelajaran :
Tanya jawab,diskusi,penugasan
Langkah – langkah pembelajaran
1.
Kegiatan awal
- Kegiatan dimulai dengan berdoa
bersama.
- Guru mengecek kehadiran siswa dan memastikan siswa dalam keadaan
sehatserta siap mengikuti kegiatan.
-
Guru menunjukkan gambar sastrawan Taufiq Ismail serta menanyakan kepada
siswa berkaitan dengan sastrawan tersebut , angkatan ,serta karyanya( sebagai langkah apersepsi ).
-
Siswa menjawab pertanyaan - pertanyaan guru tersebut.
-
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
2.
Kegiatan Inti
a.
Eksplorasi
-
Guru menjelaskan materi tentang unsur – unsur bentuk puisi.
-
Siswa diberi kesempatan untuk menanyakan materi – materi yang belum
mereka pahami.
-
Siswa berkelompok.penentuan kelompok dilakukan dengan membagikan kartu
potongan puisi kepada siswa . Siswa yang mengambil kartu yang sama menjadi satu
kelompok.kemudian dari potongan itu dipadukan/diurutkan menjadi cuplikan puisi.
Kemudian cuplikan puisi tersebut dianalisis jenis rimanya.
b.
Elaborasi
-
Setelah menganalisis jenis rima guru membagikan potongan puisi yang
berjudul “ Doa Untuk Negeri “ kepada masing – masing kelompok.
-
Guru memutarkan rekaman puisi yang berjudul “ Doa Untuk Negeri “ karya Taufiq
Ismail.
-
Siswa mendengarkan rekaman pembacaan puisi tersebut secara seksama
sambil mengidentifikasi unsur – unsur puisi yang didengar.
-
Setelah mendengarkan pembacaan puisi,siswa mendiskusikan unsur – unsur
bentuk puisi ( rima,diksi,majas,dan pengimajian ) bersama teman sekelompok.
c.
Konfirmasi
-
Setelah selesai berdiskusi , masing – masing kelompok melaporkan hasil
diskusi mereka . Kelompok yang lain memberikan tanggapan.
-
Siswa dan guru membahas hasil kerja kelompok.
3.
Kegiatan akhir
-
Siswa dan guru menyimpulkan hasil kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
-
Guru memberikan tugas ( post tes )
-
Guru menutup kegiatan pembelajaran.
Bahan /sumber ,media,alat :
Bahan / sumber :
Keraf,Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa . Jakarta : Gramedia.
Husnan, Ema dkk. 1988. Apresiasi Sastra Indonesia.
Bandung: Angkasa.
Suryanto,Alex.2007. Panduan Belajar
Bahasa dan Sastra Indonesia.Tangerang: Esis.
Media : rekaman pembacaan
puisi,gambar sastrawan,naskah puisi Doa untuk Negeri
Alat :
laptop,LCD
Evaluasi :
Teknik penilaian :
tes tulis
Bentuk penilaian :
uraian bebas
Instrument /soal :
terlampir
Mengetahui Kediri,
19 Oktober 2011
Penguji
II Mahasiswa PPL
Drs. ALI HASAN DEWI
UKHWATUL KHASANAH
Mengetahui
Penguji I
Drs. ANDRI PITOYO ,M.Pd.
LAMPIRAN SOAL
Dengarkan pembacaan
puisi berikut secara seksama !
DOA UNTUK NEGERI
Karya Taufiq Ismail
Siapkah kita bila maut
datang menjemput kita .
Dapatkah kita menduga
atau mengira
bilamana ajal telah tiba
Di mana umur kita
berakhirnya
Dapatkah kita merencana
atau berjanji
Bagaimana cara kematian
akan kita alami
Sehingga kita siap rohani
dan jasmani
Dapatkah kita memohon
jatah umurbagi kita yang tepat
misalnya sehabis ramadhan
atau sehabis berhaji
ketika dosa diampuni
dengan tamat
Dan nyawa dicabut
malaikat dalam keadaan sehat
Daptakah waktunya kita
majukan atau mundurkan
Ketika nafasterakhir itu
dihembuskan
Dan sorotan mata kita
dikosongkan
Dapatkah kita
membereskan segala segala yang terlalai
Hutang – hutang , janji –
janji ,
kerja yang terbengkalai ,
cita – cita yang belum
tercapai
Siapkah kita bila maut
datang menjemput kita
Dapatkah kita menekan
semua bentuk kesombongan
dan kepada orang – orang
yang hatinya kita sakitkan
dengan membungkuk kita
merendah minta dimaafkan
Dapatkah kita menyaring
semua pergosipan dan pergunjingan
Lalu pada satu ke waktu
total sepenuhnya dihentikan
Sehingga daging saudara
sendiri kita tidak dikuyah tidak dimakan
‘dapatkah kita menghaisi
semua ganjalan – ganjalan iri hati,
Kecemburuan yang
dibisikkan jin di telinga kanan dan kiri
Dan kemudian mereka kita
usir sejauh – jauhnya dengan ayat kursi.
Dapatkah kita musnahkan
perilaku ujub dan riya’
Bila suka mencerca di
dalam hati
Pamer jasa dan harta dan
berhenti menyebut – nyebutnya
Dapatkah kita dengan
tepat melakukan evaluasi
terhadap harta benda yang
selama ini kita akumulasi
sehingga benar – benar
bersih bagi mereka yang diwarisi
dapatkah kita bayangkan
jantung kita
jantung kita yang
berpuluh tahun bekerja setia
setiap detik dia
berdenyut untuk kelangsungan hidup kita
kemudian siapkah bila dia
berkata
jantung kita berkata
nah,sudah,sudah cukup
sampai di sini saja
Siapkah kita bila maut
datang menjemput kita
Di suatu masa,di suatu
tempat maut akan tiba
Beratus kemungkinan
waktunya
Beribu kemungkinan
tempatnya
Melalui gabungan
kemungkinan bentuk dan cara
Lewat penyakit ,
kecelakaan ,perang,berbagai bencana,
Di dalam rumah, di
kendaraan , di jalan raya ,di alam terbuka
Kemudian
Kemudian kemarin maut
melalui bencana yang datang
tiba – tiba seluruh
tempat pada detik terjadinya
kita semua yang
menyaksikan terpana,
menunundukkan kepala,
semua
terpukul,tergoncang, terhempas, terobek, tiada sepatah kata
dan semua kita
menitikkaan air mata
Mereka saudara – saudara
kita itu berlarian di jalan raya
berlarian ke sana – ke
mari di jalan raya
mereka lari ke sana – ke
mari dengan wajah yang luar biasa sedihnya
kemudian kendaraan
simpang siur ke mana pula mereka perginya
sementara itu
bumi bergoyang, bumi
bergoyang
bumi bergoyang,bumi
bergoncang luar biasa
kabel putus habis, tiang
listrik bengkok patah tiga,
rumah punah, hotel
rubuh,truk remuk, rumah terbakar, asrama rata
kemudianberatus , beribu
banyaknya bangunan ambruk
bersama begitu banyak
jenazah – jenazah
dihitung mula – mula
seratus, dua ratus,tiga ratus,empat ratus ,lima ratus
mereka jenazah di bawah
puing,di tengah puing , di atas puing mereka berada
Kemudian jenazah anak –
anak
anak – anak yang sedang
menuntut ilmu
mereka rubuh di bangunan
tempat mereka menuntut ilmu
dan itu semua menyesakkan
udara
menyesakkan dada kita
semua
Wahai Padang kota
tercinta
Wahai Sumatra Barat tanah
yang tercinta
betapa berat,betapa berat
cobaan bagi kita semua
Jannah jualah kiranya
Jannah jualah kiranya
bagi mereka yang telah
mendahului kita
saudara – saudara kita
kemudian maut nanti akan
menjemput kita juga
dan kemudian bertanyalah
kami Robbana…Robbana
bisakah kami menyusul ke
firdaus yang sama.
LEMBAR KERJA SISWA
Identifikasilah rima,
pengimajian, kata – kata lambang dan konotatif , serta majas dalam puisi
berikut!
AKU DAN TUHANKU
Tuhan, Kau lahirkan
aku tak pernah kuminta
Dan aku tahu,
sebelum aku Kau ciptakan
Berjuta tahun, tak
berhingga lamanya
Engkau terus menerus
mencipta berbagai ragam
Tuhan, pantaskah
Engkau memberikan hidup sesingkat ini
Dari berjuta-juta
tahun kemahakayaan-Mu
Setetes air dalam
samudra tak bertepi
Alangkah kikirnya
Engkau, dengan kemahakayaan-Mu
Dan Tuhanku, dalam
hatikulah Engkau perkasa bersemayam
Bersyukur sepenuhnya
akan kekayaan kemungkinan
Terus menerus limpah
ruah Engkau curahkan
Meski kuinsyaf,
kekecilan dekat dan kedaifanku
Di bawah
kemahakuasaan-Mu, dalam kemahaluasan kerajaan-Mu
Dengan tenaga
imajinasi Engkau limpahkan
Aku dapat mengikuti
dan meniru permainan-Mu
Girang berkhayal dan
mencipta berbagai ragam
Terpesona sendiri
menikmati keindahan ciptaanku
Aahh, Tuhan
Dalam kepenuhan
terliput kecerahan sinar cahaya-Mu
Menyerah kepada
kebesaran dan kemuliaan kasih-mu
Aku, akan memakai
kesanggupan dan kemungkinan
Sebanyak dan seluas
itu Kau limpahkan kepadaku
Jauh mengatasi
mahluk lain Kau cipatakan
Sebagai khalifah
yang penuh menerima sinar cahaya-Mu
Dalam kemahaluasan
kerajaan-Mu
Tak adalah pilihan,
dari bersyukur dan bahagia, bekerja dan mencipta
Dengan kecerahan
kesadaran dan kepenuhan jiwa
Tidak tanggung tidak
alang kepalang
Ya Allah Ya Rabbi
Sekelumit hidup yang
Engkau hadiahkan
dalam kebesaran dan
kedalaman kasih-Mu, tiada berwatas
akan kukembangkan,
semarak, semekar-mekarnya
sampai saat terakhir
nafasku Kau relakan
Ketika Engkau
memanggilku kembali kehadirat-Mu
Ke dalam kegaiban
rahasia keabadian-Mu
Dimana aku menyerah
tulus sepenuh hati
Kepada keagungan
kekudusan-Mu,
Cahaya segala cahaya
Sutan Takdir
Alisyahbana
Toya Bongkah
24 April 1989
A. Aspek kognitif
Diskusikan dengan teman kalian tentang
unsur – unsur bentuk puisi yang telah kalian dengar dengan menjawab pertanyaan
berikut !
1. Sebutkan unsur – unsur bentuk puisi!
2. Identifikasilah majas,rima,kata – kata
berkonotasi dan bermakna lambang, pengimajian ( unsur bentuk puisi ) dalam
puisi yang telah kalian dengar !
3. Artikan kata – kata yang berkonotasi dan
bermakna lambang tersebut!
No
|
Nama
siswa
|
Aspek
penilaian
|
Jml. skor
|
Nilai
|
||
A
|
B
|
C
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
A :
Kelengkapan menyebutkan unsur – unsur bentuk puisi
B
: identifikasi unsur bentuk puisi
C
: makna kata konotasi dan symbol
Pedoman penyekoran :
3 : lengkap/sesuai
2 : kurang lengkap/kurang sesuai
1 : tidak lengkap/ tidak sesuai/salah
Nilai : skor yang diperoleh x
100 % = ….
Skor maksimal
a.
Aspek psikomotor
Setelah
selesai berdiskusi, laporkan hasil kerja kelompok kalian di depan kelas !
Berikan
tanggapan terhadap unsur puisi yang ditemukan oleh temanmu!
No
|
Nama
siswa
|
Aspek
penilaian
|
Jml. skor
|
Nilai
|
||
A
|
B
|
C
|
||||
|
|
|
|
|
|
|
Keterangan
1.
Tanggapan sesuai/tidak sesuai
2.
Bahasa
Kriteria skor :
3 : baik
2 : cukup
1 : kurang
Nilai : skor yang diperoleh
x 100 % = ….
Skor maksimal
b. Aspek
afektif
No
|
Nama
siswa
|
Aspek
penilaian
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
||
|
|
|
|
|
|
Keterangan:
1 : tanggung jawab dan rasa ingin tahu yang
dimiliki siswa
2 : keberanian siswa dalam berpendapat,
menjawab dan mengajukan pertanyaan
3 : kerjasama siswa dalam kegiatan diskusi
4 : kreatifitas siswa
Kriteria
skor
A : baik sekali C : cukup
B : baik D : kurang
KUNCI
JAWABAN SOAL/EVALUASI
1.
Rima,diksi,majas,imajinasi
Rima
-
Rima tak sempurna,
sajak terbuka, rima rangkai
Siapkah kita bila maut
datang menjemputkita .
Dapatkah kita menduga
atau mengira
bilamana ajal
telah tiba
Di mana umur kita
berakhirnya
-
Rima sempurna, sajak terbuka , rima rangkai
Dapatkah kita merencana
atau berjanji
Bagaimana cara kematian
akan kita alami
Sehingga kita siap rohani
dan jasmani
-
Rima tidak sempurna, sajak tertutup, sajak
patah
Dapatkah kita memohon
jatah umurbagi kita yang tepat
misalnya sehabis ramadhan
atau sehabis berhaji
ketika dosa diampuni
dengan tamat
Dan nyawa dicabut malaikat
dalam keadaan sehat
-
Rima sempurna, sajak tertutup , sajak rangkai
Dapatkah waktunya kita
majukan atau mundurkan
Ketika nafasterakhir itu
dihembuskan
Dan sorotan mata kita
dikosongkan
-
Sajak terbuka, rima rangkai
Dapatkah kita membereskan
segala yang terlalai
Hutang – hutang , janji –
janji , kerja yang terbengkalai ,
cita – cita yang belum
tercapai
Majas
Personifikasi
Siapkah kita bila maut
datang menjemput kita
bumi bergoyang, bumi bergoyang
bumi bergoyang,bumi bergoncang luar biasa
Litotes
dengan membungkuk kita
merendah minta dimaafkan
Sehingga daging saudara
sendiri kita tidak dikuyah tidak dimakan
Hiperbola
Beratus kemungkinan
waktunya
Beribu kemungkinan
tempatnya.
1.
Tuhan,kau,aku,tak pernah,kuminta,tahu,ciptakan,engkau,terus-menerus,dsb.
2.
Lahirkan,kemahakayaan-Mu,bersemayam,kerajaan-Mu,permainan-Mu,kecerahan
sinar cahaya-Mu
3.
Lahirkan = ciptakan
Kemahakayaan
= kekuasaan
Bersemayam
= menetap
Kerajaan-Mu
= kekuasaan
Permainan-Mu
= kehendak
Sinar
cahaya-Mu = petunjuk
Memanggilku
= meninggal
4.
Kau lahirkan aku =
personifikasi
Berjuta
tahun = hiperbola
Pantaskah
engkau memberikan hidup sesingkat ini dari berjuta – juta tahun kemahakayaan-Mu
= antithesisn
Setetes
air dalam samudra tak bertepi = metafora
Meski
kuinsyaf ,kekecilan dekat,dan kedloifanku = litotes
5.
Imaji perasaan (
taktil )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar