Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat
yang disusunnya benar, juga gaya penyajiannya (retorikanya) menarik perhatian
pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang disusunnya sudah gramatikal, sesuai
dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan pembacanya jika segi
retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika selalu
disusun dengan konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi
kalimat itu selalu subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk
kalimat-anak kalimat.
Menurut gaya penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk
dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat yang melepas
(induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk), dan (3) kalimat yang
berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu disusun dengan diawali unsur utama, yaitu
induk kalimat dan diikuti oleh unsur tembahan, yaitu anak kalimat, gaya
penyajian kalimat itu disebut melepas.
Unsur anak kalimat ini seakan-akan dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun
unsur ini tidak diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya
akan dibelikan vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua
warga negara harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar kehidupan
di negeri ini berjalan dengan tertib dan aman.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan
diikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat
tersebut jika baru membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat
itu setelah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa
ada sesuatu yang masih ditunggu, yaitu induk kalimat. Oleh karena itu,
penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks, dan terasa
membentuk ketegangan.
Misalnya:
a. Karena
sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah
1.138 hari disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera warga negara
Prancis itu dibebaskan juga.
C. Kalimat yang Berimbang
Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau
majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan
kesejajaran yang sejalan dan dituangkan ke dalam bangun kalimat yang
bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa
saham tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba melakukan
transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika
stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat beribadat
dengan leluasa.
Ketiga gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk.
Adapun kalimat pada umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat yang
panjang-pendek, aktif-pasif, inversi, dan pengedepanan keterangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar