Konsep berita dan
kriteria umum nilai berita berlaku universal.
Artinya tidak hanya berlaku untuk Surat kabar, tabloid, dan
majalah saja, tetapi juga berlaku untuk radio, televisi, film dan bahkan juga media
on line internet. Secara universal pula misalnya, berita ditulis dengan
menggunakan teknik melaporkan (to report), merujuk kepada pola piramida
terbalik (inverted pyramid), dan mengacu kepada rumus 5WIH.
Berita televisi, yang
amat mengandalkan kekuatan suara dan gambar bergerak, senantiasa merujuk pada
teknik, pola dan rumus tersebut dalam program siaran berita mereka. Sedangkan
dalam penulisannya, seperti dituturkan Muda (2003:48-58) berita televisi- lebih
menyukai formula gampang didengar (easy listening). la mengutip dari
Soren H. Munhoff dalam Five Star Approach To News Writing dengan akronim
ABSCS, yaitu singkatan dari accuracy (tepat), brevity (singkat), clarity
Oelas), simplicity (sederhana), dan sincerity (jujur).Begitu
pula dengan berita radio, teknik melaporkan, pola piramida terbalik, dan
rumus 5W1H tetap dijadikan acuan pokok. Hanya dalam penulisannya, berita
radio lebih menyukai formula A + B + C = C. Keempat huruf itu merupakan
kependekan dari accuracy (keakuratan), balance (keseimbangan),
dan clarity (kejelasan). Hasil penjumlahan ketiga unsur itu adalah credibility
(kredibilitas). Bahasan selengkapnya tentang pola penulisan berita televisi dan
radio ini, disajikan pada bagian lain bab ini.
1.
Pola Penulisan Piramida Terbalik
Dalam teknik melaporkan (to report), setiap jurnalis, yakni
wartawan atau reporter, tidak boleh memasukkan pendapat pribadi dalam berita
yang ditulis, dibacakan, atau ditayangkannya. Berita adalah laporan tentang
fakta secara apa adanya (das Sein), bukan laporan tentang fakta bagaimana
seharusnya (das Sollen). Berita adalah fakta objektif. Sebagai fakta
objektif, berita harus bebas dari intervensi siapa pun dan dari pihak mana pun
termasuk dari kalangan jurnalis, editor, dan kaum investor media massa itu
sendiri.
Untuk menjaga prinsip objektivitas itulah, mengapa setiap jurnalis
dituntut untuk senantiasa bersikap jujur (sincerity). Ia tidak boleh
manipulasi atau merekayasa fakta dan kebenaran. Ia tidak boleh menambah atau
mengurangi fakta yang ditemukannya. Ia harus memegang teguh prinsip, itu sampai
kapan pun. Ingatlah selalu, jurnalis adalah seorang reporter. Seorang reporter
berarti seorang pelapor. Seorang pelapor berarti harus objektif. Apa pun yang
dikatakan atau ditulisnya harus dapat dipercaya.
Teori jurnalistik mengajarkan, karena fakta dalam bentuk berbagai peristiwa
yang terjadi di dunia begitu banyak, sedangkan waktu yang dimiliki jurnalis
yakni reporter dan editor media massa sangat terbatas, maka harus dicari cara
paling mudah dan paling sederhana untuk melaporkan atau menuliskan faktafakta tersebut.
Cara itu dinamakan pola piramida terbalik (inverted pyramid). Disebut
pola piramida terbalik, karena memang berbentuk gambar piramida dalam posisi
terbalik. Dengan piramida terbalik, berarti pesan berita disusun secara deduktif.
Kesimpulan dinyatakan terlebih dahulu pada paragraf pertama, barn kemudian
disusul dengan penjelasan dan uraian yang lebih rind pada paragraf-paragraf
berikutnya. Paragraf pertama merupakan rangkuman fakta terpenting dari seluruh
uraian kisah berita (news story). Dengan demikian, apabila paragraf
pertama merupakan pesan berita sangat penting, maka paragraf berikutnya masuk
dalam kategori penting, cukup penting, kurang penting, agak kurang penting,
tidak penting, dan sama sekali tidak penting. Rumusnya : semakin ke bawah
semakin tidak penting. Berita disajikan dengan menggunakan pola piramida terbalik
karena berpijak kepada tiga dimensi :
a.
Memudahkan khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa yang sangat
sibuk untuk segera menemukan berita yang dianggapnya menarik atau penting yang
sedang dicari atau ingin diketahuinya.
b.
Memudahkan reporter dan editor memotong
bagian-bagian berita yang dianggap kurang atau tidak penting ketika dihadapkan
kepada kendala teknis, misalnya berita terlalu panjang sementara kapling atau
ruangan yang tersedia sangat terbatas.
c.
Memudahkan para jurnalis dalam menyusun
pesan berita melalui rumus baku yang sudah sangat dikuasainya sekaligus untuk
menghindari kemungkinan adanya fakta atau informasi penting yang terlewat tidak
dilaporkan.
2.
Berita Ditulis dengan Rumus 5WIH
Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5WIH, agar berita itu
lengkap, akurat dan sekaligus memenuhi standar teknis jurnalistik. Artinya,
berita itu mudah disusun dalam pola yang sudah baku, dan mudah serta cepat
dipahami isinya oleh pembaca, pendengar, atau pemirsa. Dalam setiap peristiwa yang
dilaporkan, harus terdapat enam unsur dasar yakni apa (what), siapa (who),
kapan (when), di mana (where), mengapa (why), dan
bagaimana (how). What berarti peristiwa apa yang akan dilaporkan kepada khalayak.
Who berarti siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita itu. When
berarti kapan peristiwa itu terjadi: tahun, bulan, minggu, hari, jam,
menit. Where berarti di mana peristiwa itu terjadi. Why berarti
mengapa peristiwa itu sampai terjadi. How berarti bagaimana jalannya
peristiwa atau bagaimana care menanggulangi peristiwa tersebut. Keenam unsur
itu dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas dan menarik. Dengan demikian
khalayak pembaca, pendengar, atau pemirsa tinggal `menyatapnya' saja. Jika masih
tertarik dan memiliki cukup waktu, bisa membaca paragraf-paragraf berikutnya
dari yang penting sampai ke yang sama sekali tidak penting.
Dalam konteks Indonesia, para praktisi jurnalistik kerap
menambahkan satu unsur lagi yaitu aman (safety, S), sehingga rumusnya
menjadi 5W1H (1S). Maksudnya, berita apa pun yang disiarkan, diyakini tidak
akan menimbulkan dampak negatif bagi media massa bersangkutan dan bagi
masyarakat Serta pemerintah. Berita Surat kabar dan televisi, misalnya,
senantiasa merujuk pada formula 5WIH (IS) itu dengan pertimbangan khalayak
pemirsa yang dilayaninya sangat heterogen.
3.
Pedoman Penulisan Teras Berita
Dalam anatomi berita sebagaimana terlihat dalam gambar, pada
puncak piramida kita menemukan judul (head line), disusul kemudian
dengan baris tanggal (date line), teras berita (lead), perangkai (bridge),
tubuh (body), dan kaki berita (leg). Menurut teori
jurnalistik, judul harus mencerminkan pokok berita sebagaimana tertuang dalam
teras berita. Judul yang baik harus diambil dari teras berita dan tidak boleh
dari tubuh apalagi sampai dari kaki berita. Sedangkan teras berita yang baik
harus mencerminkan keseluruhan uraian isi berita. Secara sederhana, teras
berita adalah paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari
keseluruhan uraian berita. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dalam kegiatan
yang digelar di Jakarta 15 Oktober 1977, menjelaskannya secara rinci dalam
sepuluh pedoman penulisan teras berita :
a.
Teras berita yang menempati alinea atau paragraf pertama harus mencerminkan
pokok terpenting berita. Alinea atau paragraf pertama itu terdiri atas lebih
satu kalimat, akan tetapi sebaiknya jangan melebihi tiga kalimat.
b.
Teras berita, dengan mengingat sifat bahasa Indonesia, jangan mengandung lebih
dari antara 30 dan 45 perkataan. Apabila teras berita singkat, misalnya terdiri
atas 45 perkataan atau kurang dari itu, maka hal itu lebih baik.
c.
Teras berita harus ditulis dengan baik sehingga: (1) mudah ditangkap dan cepat
dimengerti, mudah diucapkan di depan radio dan televisi dan mudah diingat, (2)
kalimat-kalimatnya singkat, sederhana susunannya, dengan mengindahkan bahasa
baku Serta ekonomi bahasa, jadi menjauhkan kata-kata mubazir, (3) jelas
melaksanakan ketentuan satu gagasan dalam satu kalimat, (4) tidak
mendomplengkan atau memuatkan sekaligus unsur 3A dan 3M (apa, siapa, mengapa,
bilamana, dimana, bagaimana), (5) dibolehkan memuat lebih dari satu unsur
3A-3M.
d.
Hal-hal yang tidak begitu mendesak, namun berfungsi sebagai penambah atau
pelengkap keterangan hendaknya dimuat dalam badan berita.
e.
Teras berita, sesuai dengan naluri manusia yang ingin segera tahu apa yang
terjadi, sebaiknya mengutamakan unsur apa. Jadi disukai teras berita
yang memulai unsur apa. Unsur apa itu diberikan dalam ungkapan
kalimat yang sesingkat mungkin yang menyimpulkan atau mengintisarikan kejadian yang
diberikan.
f.
Teras berita juga dapat dimulai dengan unsur siapa, karena ini selalu
menarik perhatian manusia. Apalagi kalau siapa itu ialah seorang yang
jadi tokoh di bidang kegiatan atau lapangannya. Akan tetapi kalau unsur siapa
itu tidak begitu menonjol, makes sebaiknya ia tidak dipakai dalam permulaan
berita.
g.
Teras berita jarang menggunakan unsur bilamana pada permulaannya. Sebab
unsur waktu jarang merupakan bagian yang menonjol dalam suatu kejadian. Unsur
waktu hanya dipakai sebagai permulaan teras berita jika memang unsur itu bermakna
khusus dalam berita.
h.
Urutan unsur dalam teras berita sebaiknya unsur tempat dahulu, kemudian
disusul oleh unsur waktu.
i.
Unsur bagaimana dan unsur mengapa diuraikan dalam badan berita,
jadi tidak dalam teras berita.
j.
Teras berita dapat dimulai dengan kutipan pernyataan seseorang (quotation
lead) asalkan kutipan itu tidak suatu kalimat yang panjang. Dalam alinea
berikut hendaknya segera ditulis nama orang itu dan tempat Serta kesempatan dia membuat pernyataan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar