Kalimat Tunggal
Kalimat
tunggal dalah kalimat yang terdiri atas satu klausa atau satu konstituen S-P.
Jadi, unsur inti kalimat tunggal adalah subjek dan predikat ( Rusyana dan
Samsuri,1976). Keraf (1979:52) menyatakan kalimat tunggal adalah kalimat yang
hanya terdiri dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau lebih
unsur-unsur tambahan, asal unsur-unsur tambahan itu tidak boleh membentuk pola
baru.
Dalam
TBBI (1993:268) kalimat tunggal ialah kalimat yang terdiri atas satu klausa.Hal
itu berarti bahwa konstituen untuk setiap unsur kalimat seperti subjek dan
predikat hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan.Dalam kalimat tunggal tentu
saja terdapat semua unsur inti yang diperlukan.Di samping itu tidak mustahil
ada pula unsur yang bukan inti seperti keterangan waktu, tempat, dan alat.
Dengan demikian kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud pendek ,tetapi juga
dalam wujud panjang seperti terlihat pada contoh berikut.
a.
Paramita pulang.
b.
Mereka mahasiswa asing.
c.
Murid – murid itu mendiskusikan soal –soal.
d.
Ibunya mengirimkan uang itu kepada kami.
e.
Buruh itu mengambil bahan bangunan di gudang.
Dari contoh di atas kalimat tunggal
tunggal dapat dilengkapi dengan menambah unsur objek, pelengkap, atau
keterangan.Selain itu, unsur objek dan subjek dapat diperluas lagi dengan
memberinya berbagai keterangan.Jadi, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud
pendek.
Kalimat
Majemuk
Gorys
Keraf (1979:167) memberikan dua batasan terhadap pengertian kalimat majemuk :
1. Kalimat majemuk adalah kalimat
tunggal yang bagian – bagiannya diperluas sedemikian rupa, sehingga perluasan
itu membentuk satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah
ada.
2. Kalimat majemuk adalah penggabungan
dari dua kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru ini mengandung
dua pola kalimat atau lebih.
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih ( Verhaar,1996:275).
Kridalaksana (1985:164), Tarigan(1986:14) mengatakan bahwa kalimat majemuk
adalah kalimat yang terjadi dari beberapa klausa bebas , sebagaimana contoh
berikut.
Tabrakan
itu terjadi di jalan Tamrin dan dua orang meninggal.
Klausa
asal :
1. Tabrakan
itu terjadi di jalan Tamrin.
2. Dua orang
meninggal.
Dari
beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk adalah gabungan
dari beberapa klausa bebas yang diperluas, sehingga perluasan itu membentuk
satu atau lebih pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.
Kalimat
majemuk dibedakan menjadi dua,(1) kalimat majemuk setara, (2) kalimat majemuk
bertingkat .
a. Kalimat
majemuk setara
Kalimat
majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat tunggal yang unsur –
unsurnya tidak ada yang dihilangkan. Dapat juga dikatakan, bahwa antara unsur
–unsur kalimat tunggal yang digabungkan kedudukannya setara (Putrayasa,2008:55).
Keraf ( 1979:168) kalimat majemuk setara adalah kalimat yang hubungan pola –
polanya setara/sederajat.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa kalimat majemuk setara adalah gabungan dari beberapa kalimat
tunggal yang klausanya memiliki hubungan setara , maksudnya klausa yang satu bukan merupakan
bagian dari klausa yang lain. Dengan kata lain, kedua klausa tersebut merupakan
klausa inti. Klausa-klausa itu dihubungkan dengan kata penghubung setara, yaitu
dan, dan lagi, lagipula, serta lalu, kemudian, atau, tetapi, akan tetapi,
sedangkan, namun, melainkan, sebaliknya, bahkan, malah, atau malahan.
Ciri – ciri kalimat majemuk setara
antara lain (1) dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, (2) kedudukan
tiap kalimat sederajat, (3) dihubungkan oleh kata penghubung kooordinator.Penghubung
klausa kalimat majemuk setara sebagaimana table berikut :
Jenis Hubungan
|
Fungsi
|
Kata Penghubung
|
Penjumlahan
|
Menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan,
keadaan,peristiwa, dan proses
|
dan, serta, baik,maupun
|
Pertentangan
|
Menyatakan apa yang dinyatakan dalam klausa pertama
bertentangan dengan klausa kedua
|
Tetapi, sedangkan, bukannya,melainkan
|
Pemilihan
|
Menyatakan piihan diantara dua kemungkinan
|
atau
|
Perurutan
|
Menyatakaan kejadian yang berurutan
|
lalu, kemudian
|
b. Kalimat
majemuk bertingkat
Kalimat
majemuk bertingkat ialah kalimat yang hubungan pola – polanya tidak sederajat.
Salah satu pola (lebih) menduduki fungsi
tertentu dari pola yang lain. Bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut
induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak
kalimat (Gorys Keraf,1979:169).
Putrayasa
(2008:59) menyatakan jika sebuah unsur dari kalimat sumber (kalimat tunggal)
dibentuk menjadi sebuah kalimat, dan jika bentukan ini digabungkan dengan sisa
kalimat sumberrnya, maka akan terbentuk kalimat majemuk bertingkat, dengan
ketentuan :
a. Sisa kalimat sumber disebut induk
kalimat
b. Kalimat bentukan disebut anak
kalimat
c. Anak kalimat diberi nama sesuai
dengan nama unsur kalimat sumber yang digantinya.
Kalimat
majemuk bertingkat berbeda konstruksinya dengan kalimat majemuk setara.
Perbedaannya terletak pada derajat klausa pembentuknya tidak setara karena
klausa satu merupakan perluasan dari klausa yang lain. Karena itu, konjungtor
(kata penghubung) klausa – klausa kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan
konjungtor kalimat majemuk setara.Dalam table ini dapat dilihat jenis hubungan
antar klausa, konjungtor, dan fungsinya.
Jenis Hubungan
|
Fungsi
|
Kata Penghubung
|
waktu
|
Klausa bawahan menyatakan waktu terjadinya peristiwa atau
keadaan yang dinyatakan dalam klausa utama
|
Sejak,sedari,sewaktu,seraya, setelah,sambil,sehabis,
sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai
|
Syarat/pengandaian
|
Klausa bawahan menyatakan syarat atau pengandaian atas
terlaksananya apa yang disebut dalam klausa utama
|
Jika, seandainya, andaikata,andaaikan, asalkan, kalau,
apabila, bilamana, manasuka
|
Tujuan
|
Klausa bawahan menyatakan tujuan atau harapan dari apa
yang disebut dalam klausa pertama
|
Agar, supaya, untuk, biar
|
Konsesif
|
Klausa bawahan menyatakan pernyataan yang tidak akan
mengubah apa yang dinyatakan dalam klausa utama
|
Walaupun, meski(-pun), sekali(pun), biar(pun),
kendati(pun), sungguh(pun)
|
Pembandingan
|
Memeperlihatkan perbandingan antara pernyataan pada klausa
utama dengan pernyataan pada klausa bawahan
|
Seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada,
alaih-alaih, ibarat
|
penyebaban
|
Klausa bawahan menyatakan sebab ataua alasan terjadinya
sesuatu yang dinayatakan dalam klausa utama
|
Sebab, karena, oleh karena
|
Pengakibatan
|
Klausa bawahan menyatakan akibat dari apa yang dinyatakan
dalam klausa utama
|
Sebab, kaarena, oleh karena
|
Cara
|
Klausa bawahan menyatakan cara pelaksanaan dan alat dari
apa yang dinyatakan oleh klausa utama
|
Dengan, tanpa
|
kemiripan
|
Klausa bawahan menyatakan adanya kenyataan yang mirip
dengan kenyataan yang sebenarnya
|
Sehingga, sampai, maka
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar