Minggu, 03 Juni 2012

KALIMAT

A. Pengertian Kalimat
Banyaknya pengertian kalimat menunjukkan bahwa pembahasan tentang kalimat mendapat perhatian yang besar. Ramlan (1987:25) menyatakan bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh jeda panjang yang disertai nada akhir turun dan naik. Kalimat berada pada lapisan yang sama dengan morfem, kata, frase, dan klausa, yaitu pada lapisan bentuk bahasa yang berupa satuan gramatik. Satuan gramatik meliputi wacana, kalimat, klausa, frase, kata, dan morfem.
Keraf ( 1979:140) memberi batasan pengertian kalimat ialah satu bagian ujaran yang didahului dan diikuti oleh kesenyapan sedangkan intonasinya menunjukkan bahwa bagian ujaran itu sudah lengkap. Kelengkapan ujaran itu tentu dengan sendirinya membawa makna.Pembatasan bidang tutur antara kesenyapan dengan kesenyapan penting sekali, karena secara formal itulah merupakan batas – batas yang dengan tegas dapat kita tangkap dalam suatu arus ujaran.
Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia ( TBBI ) ( 1993:254) disebutkan kalimat ialah bagian terkecil ujaran atau teks ( wacana )yang mengungkapkan pikiran utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisan, kalimat diiringi oleh alunan nada, di sela jeda,diakhiri oleh intonasi selesae, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi.Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru.
Dari sejumlah batasan kalimat yang dikemukakan para ahli di atas, dapat diambil simpulan bahwa kalimat adalah satuan bahasa yang secara relative berdiri sendiri, yang disertai jeda panjang, dan intonasinya menunjukkan intonasi akhir, dengan nada turun dan naik. Kalimat mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketetabahasaan. Pada bentuk tulis, kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tata titik (.) pada kalimat berita, tanda seru (!) pada kalimat perintah dan kalimat seru, atau tanda tanya (?) pada kalimat tanya. Sementara itu, di dalamnya boleh disertakan pula berbagai tanda baca yang berupa spasi, koma, titik dua, titik koma, atau sepasang garis pendek yang mengapit tuturan tertentu.
A.  Unsur Kalimat
Setiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan erat dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat mengacu kepada tugas unsur kalimat adalah subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan. Di samping itu ada atribut lain seperti (yang menerangkan), koordinatif (yang menggabungkan secara setara), dan subordinatif (yang menggabungkan secara bertingkat) Moeliono, 1997:29-31).
a)      Subjek
Subjek adalah bagian kalimat yang biasanya berada di depan predikat atau letak kiri terhadap pusatnya (Moeliono,1997:31). Subjek dapat berupa kategori kata nomina, tetapi pada keadaan tertentu kategori kata lain juga dapat menduduki fungsi subjek. Hal ini senada dengan pendapat Parera (1991:150) bahwa subjek adalah letak kiri nomen atau frasa nomen terhadap predikat.
Menurut Kridalaksana (1984:159) subjek ialah bagian klausa yang berwujud nomina atau frase nomina yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara. Sejalan dengan ini Efendi ( 1999:21 ) mengemukakan bahwa subjek ialah unsur kalimat berupa, kata, frase, atau klausa yang menyaatak tentang apa atau siapa kalimat itu.
Ada beberapa ciri yang menandai subjek, yaitu (1) menjawab apa atau siapa, (2) biasanya berupa nomina, (3) dapat diikuti ini atau itu, (4) dapat diikuti oleh partikel pun, dan (5) tidak dimungkinkan berupa kategori pronominal interogatif (kata ganti tanya).
b)     Predikat
Moeliono (1997:31) mengungkapkan bahwa predikat adalah bagian pusat kalimat yang berwujud frase verbal, adjektival, nominal, dan preposisional. Predikat adalah klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara mengenai subjek (Kridalaksana, 1984:159).
Berdasakan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa predikat adalah bagian kalimat yang memberi penjelasan tentang subjek, biasanya terdapat di belakang subjek, dapat berupa verba, nomina, adjektiva, preposisi, atau numeralia.
Dalam TBBI (1993:31), dijelaskan bahwa predikat dalam bahasa Indonesia dapat berwujud frase verbal, adjectival, nominal, dan preposisional. Senada dengan hal ini Sumowijoyo (1992) mengatakan bahwa predikat tidak saja terdiri atas kata benda (nomina), kata sifat (adjektif), dan kata kerja (verba), tetapi jugaa kata bilangan ( numeralia), kata depan ( preposisi), dan kata keterangan ( adverbia).
c)      Objek
Objek adalah kata atau kelompok kata dalam kalimat yang berfungsi melengkapi kata kerja transitif (Keraf, 1991:210).Menurut Moeliono (1997:31) objek adalah bagian kalimat yang berada di belakang predikat verbal aktif transitif. Pada umumnya objek berupa frase nominal. Objek itu dapat berfungsi sebagai subjek jika kalimat tersebut diubah menjadi kalimat pasif.
Ramlan (1987:95) mengungkapkan bahwa objek adalah bagian klausa yang mempunyai ciri (1) selalu berada di belakang predikat verbal aktif transitif, (2) dapat menduduki fungsi subjek bila kalusa itu dipasifkan.
Simpulan yang dapat diambil dari beberapa pendapat tersebut adalah bahwa objek merupakan bagian kalimat yang selalu terletak di belakang predikat yangberupa kata atau frase, dan dapat menduduki fungsi subjek apabila kalimat itu diubah menjadi bentuk pasif.
Dalam TBBI (1993:262) dijelaskan bahwa objek dapat dikenal lewat dua cara , (1) dengan melihat jenis predikatnya,(2) dengan memerhatikan ciri khas objek itu sendiri .
d)     Pelengkap
Keraf (1991:211) mengungkapkan bahwa pelengkap adalah bagian kalimat yang berfungsi melengkapi predikat verbal, tetapi hubungannya lebih longgar bila dibandingkan dengan objek. Adapun Ramlan (1987:96) berpendapat bahwa pelengkap mempunyai persamaan dengan objek yaitu bagian klausa yang selalu terletak di belakang predikat verbal. Perbedaannya adalah pelengkap terdapat dalam klausa yang tidak dapat dipasifkan atau mungkin juga terdapat dalam klausa pasif, sedangkan objek selalu terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan.
Moeliono (1997:32) mengatakan bahwa pelengkap atau komplemen adalah bagian kalimat yang pada umumnya berupa nomina dan selalu berada di belakang predikat verbal. Pelengkap tidak dapat menjadi subjek dalam kalimat. Dengan kata lain, kalimat yang mempunyai pelengkap (dan tidak mempunyai objek) tidak dapat dijadikan bentuk pasif. Ada kemiripan antara pelengkap dengan objek. Baik pelengkap maupun objek sering berwujud nomina dan keduanya juga sering menduduki tempat yang sama yaitu di belakang verba.
e)      Keterangan
Moeliono (1997:32, 265) mengungkapkan bahwa keterangan merupakan unsur bukan inti dalam kalimat, karena keterangan berfungsi memberi penjelasan tambahan kepada unsur inti. Menurutnya unsur inti dalam kalimat terdiri atas subjek, predikat, objek, dan pelengkap. Letak keterangan biasanya bebas, bisa terletak di awal, di akhir, bahkan di tengah kalimat.
Jenis keterangan yang biasa dibicarakan dalam ketatabahasaan menurut Moeliono (1997:265-266) adalah (1) keterangan tempat, (2) keterangan alat, (3) keterangan waktu, (4) keterangan tujuan, (5) keterangan penyerta, (6) keterangan similatif, (7) keterangan penyebaban, (8) keterangan cara, dan (9) keterangan kesalingan.
Menurut Ramlan (1987:96-97) keterangan adalah klausa yang tidak menduduki fungsi S, P, O dan Pel. Keterangan pada umumnya memiliki letak yang bebas,artinya dapat terletak di depan S-P, dapat terletak di antara S-P, dan dapat juga terletak di belakang kalimat.
Sumowijoyo(2000:23) memberikan ciri – ciri keterangan sebagai berikut : (1) menjelaskan kalimat (gagasan) pokok,(2) dapat dipindah – pindahkan , (3) dapat ditiadakan, (4) tidak dapat berdiri sendiri, (5) terdiri atas keterangan (adverba), (6) diawali kata sambung (konjungsi) subordinatif, (7) diawali kata depan.
B.   Klasifikasi Kalimat
Dalam TBBI (1988:267), kalimat dapat dibagi menurut (a) bentuk, dan maknanya (komunikasinya). Menurut bentuknya , kalimat ada yang tunggal dan ada yang majemuk. Berdasarkan macam predikatnya, kalimat tunggal dapat dibagi lagi menjadi kalimat yang berpredikat (1)nomina atau frase nominal, (2) adjektifa (frase adjektifal), (3) verba (frase verbal), (4) kata – kata lain seperti sepuluh, hujan, dan sebagainya. Kalimat majemuk juga dapat dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil , yakni kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Selain itu, Moeliono(1997:267) mengklasifikasikan kalimat berdasarkan bentuknya menjadi dua macam, yaitu (1) kalimat tunggal dan (2) kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat-kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk dibedakan lagi menjadi kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Pengklasifikasian kalimat menurut bentuknya ini sama dengan pengklasifikasian kalimat menurut jumlah klausa yang dikemukakan oleh Ramalan.
Tarigan (1993:9) yang mengutip pendapat Cook, Elson, dan Pickett mengklasifikasikan kalimat berdasarkan jumlah dan jenis kalusanya menjadi tiga macam, yaitu (1) kalimat tunggal, (2) kalimat bersusun, (3) kalimat majemuk. Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu kalusa bebas tanpa klausa terikat. Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat. Adapun kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa bebas.
Menurut maknanya (nilai komunikatifnya), kalimat dibagi atas lima macam , (1) kalimat berita (deklaratif), (2) kalimat perintah (imperatif), (3) kalimat tanya (interogatif), (4) kalimat seru (ekslamatif), (5) kalimat emfatik (TBBI, 1993 : 222).
Jika ditinjau dari susunan subjek – predikatnya, kalimat terbagi menjadi kalimat biasa dan kalimat inversi.Kalimat biasa berpola S-P, sedangkan kalimat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului S.
Sesuai dengan fokus masalah dalam penelitian ini, pembagian kalimat akan dikaji ditinjau dari segi bentuknya , yakni kalimat tunggal , kalimat majemuk serta keefektifan kalimat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kata Mereka tentang Aku

“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis  oleh Dr. Dedi Supriadi d...