3.1 Resensi buku “ Buku – Buku yang Mengubah
Dunia”
Judul : Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis : Andrew Taylor
Penerjemah : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit : Erlangga
Cetakan : I, 2011Tebal : 220 hlmJudul : Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis : Andrew Taylor
Penerjemah : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit : Erlangga
Bagaimana kita dapat
mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap
menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia,
para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,
orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia seakan semakin
menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang terjadi di belahan
dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku ? sanggupkah sebuah
buku mengubah dunia?
Buku adalah kunci
peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling
sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog,
sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka
berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa
depan dari generasi ke generasi.
Buku dengan sendirinya
cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia,
tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada
orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya
sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
Sudah banyak orang
atau lembaga literasi yang membuat daftar buku-buku yang mempengaruhi dunia,
salah satunya adalah Andrew Taylor, jurnalis Inggris yang pada tahun 2008
menerbitkan buku berjudul Books That
Changed The World . Di bukunya ini Taylor memilih 49 buku dari berbagai
genre mulai dari puisi, politik, fiksi, filsafat, teologi, antropologi, ekonomi,
hingga fisika. Semua itu diyakininya dapat mewakili bagaimana buku-buku itu
mempengaruhi dunia baik dari nilai-nilai moral, kemanusiaan, alam semesta,
teknologi, perekonomian dunia, hingga bagaimana seharusnya sebuah pemerintahan
berjalan .
Dalam bukunya ini
Andrew Taylor mengupas ke 49 buku yang dipilihnya secara kronologis berdasarkan
tahun terbit mulai dari Iliad yang
diyakini sebagai karya puisi epik tertua di dunia Barat yang ditulis oleh Homer
pada abad ke 8 SM hingga seri pertama novel Harry Potter : Harry Potter and the Philospoher ‘s Stone pada tahun 1997 yang
memecahkan rekor dunia sebagai buku terlaris dimana hingga buku ini ditulis
telah terjual sebanyak 400 juta eks dalam 67 bahasa dan menjadi awal dari
sensasi terbesar penerbitan di era modern.
Dalam buku ini, Andrew
Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks sejarahnya,
meringkaskan isi buku yang dibahas, serta menjelaskan pengaruh dan warisan dari
buku-buku tersebut pada dunia baik dimasa buku itu terbit hingga kini. Sebagai
contoh antara lain bagaimana dengan tersedianya Alkitab dalam bentuk cetakan
akan menandai revolusi politik dan sosial di Eropa ketika masyarakat awam mulai
mempertanyakan kewenangan lembaga keagamaan dalam sistem pemerintahan negara.
Risalah-risalah politik abad ke 18 yang terdapat dalam Common Sense (
1776 ) karya Thomas Paine memberikan kesadaran baru akan kemerdekaan sebuah
negara, atau bagaimana kutipan 2 pidato Mao Zedong yang dibukukan dalam Buku
Merah (1964 ) telah turut memberikan andil dalam revolusi kebudayaan dan
penindasan rakyat di negerinya.
Di ranah fiksi kita
akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet
Beecher Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat
mempengaruhi jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan sistem
perbudakan. Atau bagaimana novel Christmast
Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan citra populer tentang
Natal yang terus bertahan hingga kini.
Selain kaya akan
informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, dicetak diatas kertas art
paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan tersaji dalam
ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan
yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi
perjalanan waktu.
Sebagai tambahan,
khusus untuk edisi bahasa Indonesianya, selain ke 49 buku yang dibahas,
penerbit Erlangga menambahkan bab khusus berjudul 4 buku yang berpengaruh dalam
sejarah Indonesia yaitu Nagarakertagama,
Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Sayangnya
penerbit tak memberikan pengantar yang menjelaskan mengapa keempat buku
tersebut yang dimasukkan kategori buku yang berpengaruh dalam sejarah
Indonesia.
Kritik untuk buku ini
adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga
perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang
dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto
menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki
keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di
setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga
pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama
kali diterbitkan.
Selain masalah
terjemahan dan foto, di kata pengantar buku ini disebutkan bahwa buku ini
berisi 50 judul buku-buku yang mengubah dunia, tetapi setelah saya hitung
ternyata hanya ada 49 buku! Kemana satu buku lagi? Apakah kata pengantarnya
yang salah atau ada satu buku yang alpa dimuat dalam buku ini? Entahlah.
Terlepas dari itu bagi
para pecinta buku dan kolektor buku, selain buku ini sangat pantas untuk
dikoleksi, buku ini juga dapat menjadi bacaan yang kaya akan informasi mulai
tentang penulisnya, isi bukunya, sejarah penerbitan, dan sebagainya. Yang pasti
melalui buku ini kita akan mengetahui bagaimana buku dan ide-ide yang
dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia
dengan caranya masing-masing.
Bentuk buku bisa
berubah, namun ide dan karya yang ditulis di buku akan tetap bertahan, entah
itu dalam bentuk perkamen, buku cetak, buku elektronik, dan entah apa lagi
wujudnya. Buku-buku yang mengubah dunia dari generasi ke generasi akan terus
bergema dan dibaca orang, bahkan mungkin beberapa diantaranya masih relevan dan
terus mengubah masa depan. Karena buku adalah kunci peradaban!
3.2 Analisis Makrostruktural
3.2.1 Tema
Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran
dalam membuat suatu tulisan. Di setiap tulisan pastilah mempunyai sebuah tema,
karena dalam sebuah penulisan dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan
dibuat. Dalam menulis
cerpen,puisi,novel,karya tulis, dan berbagai macam
jenis tulisan haruslah memiliki sebuah tema. Jadi jika diandaikan seperti
sebuah rumah, tema adalah atapnya. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh
para pembaca sebuah tulisan. Jika temanya menarik, maka akan memberikan nilai
lebih pada tulisan tersebut.
Tema yang diangkat penulis dalam resensi buku “ Buku – Buku yang Mengubah
Dunia “ adalah buku dan ide-ide di dalamnya telah mengubah masyarakat dan
mempengaruhi dunia.Tema ini tercermin dalam ulasan penulis resensi
berkaitan dengan isi yang dibahas dalam buku ini.
3.2.2 Topik
Topik (bahasa
Yunani:topoi) adalah inti utama dari seluruh isi tulisan yang
hendak disampaikan atau lebih dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal
yang pertama kali ditentukan ketika penulis akan
membuat tulisan. Topik yang masih awal tersebut, selanjutnya dikembangkan
dengan membuat cakupan yang lebih sempit atau lebih luas. Terdapat beberapa
kriteria untuk sebuah topik yang dikatakan baik, diantaranya adalah topik
tersebut harus mencakup keseluruhan isi tulisan, yakni mampu menjawab pertanyaan
akan masalah
apa yang hendak ditulis. Ciri utama dari
topik adalah cakupannya atas suatu permasalahan masih bersifat umum dan belum
diuraikan secara lebih mendetail.
Topik biasa
terdiri dari satu satu dua kata yang singkat, dan memiliki persamaan serta
perbedaan dengan tema
karangan. Persamaannya adalah baik topik maupun tema keduanya sama-sama dapat
dijadikan sebagai judul karangan. Sedangkan,
perbedaannya ialah topik masih mengandung hal yang umum,sementara tema akan
lebih spesifik dan lebih terarah dalam membahas suatu permasalahan. Topik yang
diangkat dalam resensi ini adalah kehebatan buku .Topik ini terkandung dalam rumusan
tema yang diangkat penulis resensi tentang kehebatan buku dan ide-ide di
dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia .
3.3 Analisis Suprastrukural (
Struktur resensi )
Resensi yang merupakan salah satu
bentuk tulisan jurnalistik populer tetap mempunyai aturan-aturan penulisan.
Aturan tersebut didasarkan pada unsur-unsur yang membangun resensi buku. Setiap
media massa mempunyai pola sendiri dalam penulisan resensi. Akan tetapi
pola-pola tersebut tetap mengandung unsur-unsur resensi pada umumnya. Unsur
tersebut menurut Samad (1997:7—8) meliputi judul resensi, data buku,
pendahuluan, tubuh atau isi pernyataan, dan penutup.
Judul resensi haruslah selaras
dengan keseluruhan isi resensi dan tentu saja menarik. Dalam unsur yang kedua,
data buku, terdiri dari (1) judul buku, (2) pengarang, (3) penerbit, (4) tahun
terbit beserta cetakannya, (5) tebal buku, dan (6) harga buku (jika
diperlukan). Unsur tubuh resensi merupakan bagian inti dari suatu resensi.
Bagian ini memuat diantaranya (1) sinoposis atau isi buku secara bernas dan
kronologis, (2) ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, (3) keunggulan
buku, (4) kelemahan buku, (5) rumusan
kerangkan buku, (6) tinjauan bahasa, dan (7) adanya kesalahan cetak. Terakhir, unsur penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Pendapat ini senada dengan pendapat Saryono (1997:68), tetapi Saryono menambahkan unsur penulis resensi setelah unsur penutup resensi.
kerangkan buku, (6) tinjauan bahasa, dan (7) adanya kesalahan cetak. Terakhir, unsur penutup resensi biasanya berisi buku itu penting untuk siapa dan mengapa. Pendapat ini senada dengan pendapat Saryono (1997:68), tetapi Saryono menambahkan unsur penulis resensi setelah unsur penutup resensi.
Resensi buku “Buku – Buku yang Mengubah Dunia “ juga memenuhi unsur –
unsur di atas diantaranya :
1.
Judul Resensi
Judul resensi buku di atas adalah Buku – Buku yang Mengubah Dunia
.
2.
Data Buku
Data buku yang diresensi meliputi :
Judul : Buku-Buku yang Mengubah Dunia
Penulis : Andrew Taylor
Penerjemah : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit : Erlangga
Cetakan : I, 2011
Tebal : 220 hlm
Penulis : Andrew Taylor
Penerjemah : O.V.Y.S. Damos. S
Penerbit : Erlangga
Cetakan : I, 2011
Tebal : 220 hlm
3.
Pendahuluan
Bagaimana kita
dapat mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap
menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia,
para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia
seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang
terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku
? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
Buku adalah kunci
peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling
sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog,
sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka
berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa
depan dari generasi ke generasi.
Buku dengan
sendirinya cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh
dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada
orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya
sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
Bagian pendahuluan pada
resensi di atas berisi pengantar ulasan bedah buku yang akan diuraikan dalam
resensi.
4. Tubuh resensi
Tubuh resensi berisi
sinoposis atau isi buku secara bernas dan kronologis, ulasan singkat buku
dengan kutipan secukupnya, keunggulan buku, kelemahan buku, rumusan kerangkan
buku, tinjauan bahasa, dan adanya kesalahan cetak.
a.
Isi buku secara bernas dan
kronologis
Sudah banyak orang
atau lembaga literasi yang membuat daftar buku-buku yang mempengaruhi dunia,
salah satunya adalah Andrew Taylor, jurnalis Inggris yang pada tahun 2008
menerbitkan buku berjudul Books That Changed The World . Di bukunya ini Taylor
memilih 49 buku dari berbagai genre mulai dari puisi, politik, fiksi, filsafat,
teologi, antropologi, ekonomi, hingga fisika. Semua itu diyakininya dapat mewakili
bagaimana buku-buku itu mempengaruhi dunia baik dari nilai-nilai moral,
kemanusiaan, alam semesta, teknologi, perekonomian dunia, hingga bagaimana
seharusnya sebuah pemerintahan berjalan .
Dalam bukunya ini
Andrew Taylor mengupas ke 49 buku yang dipilihnya secara kronologis berdasarkan
tahun terbit mulai dari Iliad yang diyakini sebagai karya puisi epik tertua di
dunia Barat yang ditulis oleh Homer pada abad ke 8 SM hingga seri pertama novel
Harry Potter : Harry Potter and the Philospoher ‘s Stone pada tahun 1997 yang
memecahkan rekor dunia sebagai buku terlaris dimana hingga buku ini ditulis
telah terjual sebanyak 400 juta eks dalam 67 bahasa dan menjadi awal dari
sensasi terbesar penerbitan di era modern.
b.
Ulasan singkat buku dengan kutipan
secukupnya,
Dalam buku ini,
Andrew Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks sejarahnya,
meringkaskan isi buku yang dibahas, serta menjelaskan pengaruh dan warisan dari
buku-buku tersebut pada dunia baik dimasa buku itu terbit hingga kini. Sebagai
contoh antara lain bagaimana dengan tersedianya Alkitab dalam bentuk cetakan
akan menandai revolusi politik dan sosial di Eropa ketika masyarakat awam mulai
mempertanyakan kewenangan lembaga keagamaan dalam sistem pemerintahan negara.
Risalah-risalah politik abad ke 18 yang terdapat dalam Common Sense ( 1776 )
karya Thomas Paine memberikan kesadaran baru akan kemerdekaan sebuah negara,
atau bagaimana kutipan2 pidato Mao Zedong yang dibukukan dalam Buku Merah (1964
) telah turut memberikan andil dalam revolusi kebudayaan dan penindasan rakyat
di negerinya.
Di ranah fiksi kita
akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet Beecher
Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat mempengaruhi
jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan sistem perbudakan. Atau
bagaimana novel Christmast Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan
citra populer tentang Natal yang terus bertahan hingga kini.
c.
Keunggulan buku,
Selain kaya akan
informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, dicetak diatas kertas art
paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan tersaji dalam
ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan
yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi
perjalanan waktu.
Sebagai tambahan,
khusus untuk edisi bahasa Indonesianya, selain ke 49 buku yang dibahas,
penerbit Erlangga menambahkan bab khusus berjudul 4 buku yang berpengaruh dalam
sejarah Indonesia yaitu Nagarakertagama, Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis
Gelap Terbitlah Terang. Sayangnya penerbit tak memberikan pengantar yang
menjelaskan mengapa ke-4 buku tersebut yang dimasukkan kategori buku yang
berpengaruh dalam sejarah Indonesia.
d.
Kelemahan buku dan bahasa buku
Kritik untuk buku
ini adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga
perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang
dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto
menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki
keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di
setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga
pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama
kali diterbitkan.
e.
Adanya kesalahan cetak.
Selain masalah
terjemahan dan foto, di kata pengantar buku ini disebutkan bahwa buku ini
berisi 50 judul buku-buku yang mengubah dunia, tetapi setelah saya hitung
ternyata hanya ada 49 buku! Kemana satu buku lagi? Apakah kata pengantarnya
yang salah atau ada satu buku yang alpa dimuat dalam buku ini? Entahlah.
5.
Penutup resensi
Terlepas dari itu
bagi para pecinta buku dan kolektor buku, selain buku ini sangat pantas untuk
dikoleksi, buku ini juga dapat menjadi bacaan yang kaya akan informasi mulai
tentang penulisnya, isi bukunya, sejarah penerbitan, dan sebagainya. Yang pasti
melalui buku ini kita akan mengetahui bagaimana buku dan ide-ide yang
dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia
dengan caranya masing-masing.
Bentuk buku bisa
berubah, namun ide dan karya yang ditulis di buku akan tetap bertahan, entah
itu dalam bentuk perkamen, buku cetak, buku elektronik, dan entah apa lagi
wujudnya. Buku-buku yang mengubah dunia dari generasi ke generasi akan terus
bergema dan dibaca orang, bahkan mungkin beberapa diantaranya masih relevan dan
terus mengubah masa depan. Karena buku adalah kunci peradaban!
3.4 Analisis
Mikrostruktural ( Penanda Kohesi dan Koherensi )
Pendekatan mikrostruktural pada resensi ini terdiri
atas aspek gramatikal yang berkaitan dengan aspek bentuk sebagai struktur lahir
bahasa. Penanda aspek gramatikal ini terdiri atas empat jenis, yaitu: pengacuan
(referensi), penyulihan (substitusi), pelesapan (ellipsis), serta perangkaian (conjunction).
Di samping
keempat jenis aspek gramatikal di atas, terdapat aspek leksikal, yaitu hubungan
antarunsur dalam wacana secara semantik. Kohesi leksikal ini terdiri atas: pengulangan
(repetisi), padan kata (sinonimi), lawan kata (antonimi),
sanding kata (kolokasi), hubungan
atas-bawah (hiponimi), serta
kesepadanan atau paradigma (ekuivalensi).
3.4.1 Aspek Gramatikal
Dalam wacana resensi ini banyak terdapat pemarkah
aspek gramatikal yang berfungsi mendukung kepaduan atau kekohesifan sebuah
wacana. Penanda aspek gramatikal itu ialah: pengacuan (referensi), penyulihan (substitusi),
pelesapan (ellipsis), serta
perangkaian (conjunction).
- Referensi
Pengacuan
(referensi) adalah salah satu jenis
kohesi gramatikal yang berupa satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan
lingual lain (atau satuan acuan) yang mendahului atau mengikutinya.
a. Pengacuan
persona
Pengacuan yang berupa pronomina
persona dapat dilihat pada wacana di bawah ini:
(1)
Bagaimana kita dapat mengubah
dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap menggunakan senjata
dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia, para ilmuwan
menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan manusia,
orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia seakan semakin
menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang terjadi di
belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana dengan buku ?
sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
(2)
Di ranah fiksi kita
akan melihat bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet Beecher
Stowe yang mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat mempengaruhi
jutaan orang dan dunia internasional untuk melawan sistem perbudakan. Atau
bagaimana novel Christmast Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan
citra populer tentang Natal yang terus bertahan hingga kini.
(3)
Kritik untuk buku ini
adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti
sehingga perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang
buku-buku yang dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak
semua foto menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih
memiliki keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau
di setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut sehingga
pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat pertama
kali diterbitkan.
Pada wacana (1) dan (2) terdapat pengacuan persona
pertama jamak bentuk bebas kita. Satuan lingual kita mengacu pada unsur lain yang berada di luar tuturan (teks), yang
dimaksud adalah penulis dan pembaca resensi. Satuan lingual kita
merupakan jenis kohesi gramatikal pengacuan eksofora (karena acuannya berada di
luar teks) yang bersifat eksoforis (karena acuannya tidak disebutkan sebelumnya).
Pada wacana (3) pronomina persona I tunggal , saya mengacu pada unsur lain yang berada di luar
tuturan (teks) yaitu peresensi. Saya merupakan jenis kohesi
gramatikal pengacuan eksofora (karena acuannya berada di luar teks), yang
bersifat eksoforis (karena acuannya tidak disebutkan sebelumnya).
b.
Pengacuan
demonstratif.
Pengacuan lain yang terdapat dalam wacana resensi ini
adalah pengacuan demonstratif. Pengacuan demonstratif ini meliputi
pengacuan waktu dan tempat. Pada
wacana resensi ditemukan pengacuan demonstratif waktu, seperti:
(4)
Buku adalah kunci
peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang paling
sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para filsuf, teolog,
sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka
berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa
depan dari generasi ke generasi.
(5)
Buku dengan sendirinya
cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia,
tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada
orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya sekarang
buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
(6)
Di ranah fiksi kita akan melihat
bagaimana novel Uncle Tom’s Cabin (1852) karya Harriet Beecher Stowe yang
mengisahkan derita para budak Afrika di Amerika dapat mempengaruhi jutaan orang
dan dunia internasional untuk melawan sistem perbudakan. Atau bagaimana novel
Christmast Carol (1834) karya Cahrles Dickens telah menciptakan citra populer
tentang Natal yang terus bertahan hingga kini.
Pada wacana (4) satuan lingual di masa depan yang menunjukkan waktu yang akan datang.
Pada tuturan tersebut satuan lingual
di masa depan menjelaskan suatu waktu yang akan datang .
Pada
wacana (5) terdapat pengacuan demonstratif waktu sekarang .
Satual lingual sekarang menerangkan waktu saat ini di mana dunia
sedang mengalami perubahan yang sangat cepat.
Pada wacana nomor (6) terdapat pengacuan
demonstratif yaitu kini. Satuan lingual kini
pada wacana tersebut menerangkan waktu / era saat ini ketika citra populer tentang Natal masih
terus bertahan hingga saat ini.
c. Substitusi
Substitusi
adalah penggantian satuan lingual tertentu yang telah disebut dengan satuan
lingual yang lain. Dilihat dari segi satuan lingualnya, substitusi dapat
dibedakan menjadi substitusi nominal,
verbal, frasal, dan klausal.
1.
Substitusi nominal
Substitusi
nominal, yaitu penggantian satuan lingual yang berkategori nomina (kata benda) dengan satuan lingual lain
yang juga berkategori sama. Substitusi nominal terdapat pada wacana resensi di bawah
ini:
(7)
Sebagai tambahan, khusus untuk edisi bahasa
Indonesianya, selain ke 49 buku yang dibahas, penerbit Erlangga menambahkan bab
khusus berjudul 4 buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia yaitu Nagarakertagama,
Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Sayangnya
penerbit tak memberikan pengantar yang menjelaskan mengapa keempat buku
tersebut yang dimasukkan kategori buku yang berpengaruh dalam sejarah
Indonesia.
Pada wacana (7) satuan lingual nomina Nagarakertagama, Sutasoma, Max
Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang telah disebut terdahulu pada kalimat sebelumnya
digantikan oleh satuan lingual nomina pula yaitu kata keempat buku .
2.
Substitusi frasal
Substitusi
frasal yaitu penggantian satuan lingual tertentu yang berupa kata atau frasa
dengan satuan lingual lainnya yang berupa frasa. Substitusi frasal ini misalnya
tampak pada wacana (8), frasa sukar dimengerti yang
terletak pada kalimat pertama paragraf pertama disubstitusi dengan frase perlu perhatian
ekstra untuk memahami .
(8)
Kritik untuk buku ini adalah soal terjemahannya
yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga perlu perhatian
ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang dibahas. Foto-foto
yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto menampilkan foto buku
yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih memiliki keterkaitan dengan buku yang
dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau di setiap buku yang dibahas ada foto
edisi pertama dari buku tersebut sehingga pembaca akan mengetahui seperti apa
tampilan buku-buku tersebut saat pertama kali diterbitkan.
Dari contoh-contoh kohesi gramatikal di atas yang
melalui penyulihan atau substitusi, baik substitusi nominal ataupun frasal selain
mendukung kepaduan wacana juga mempunyai fungsi lain yang sangat penting.
Penggantian satuan lingual tertentu dengan satuan lingual lain dalam wacana itu
juga berfungsi untuk (1) menghadirkan variasi bentuk, (2) menciptakan
dinamisasi narasi, (3) menghilangkan kemonotonan, dan (4) memperoleh unsur
pembeda. (Sumarlam, 2003:30).
d. Elipsis
Pelesapan
(ellipsis) adalah pelesapan satuan
lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Unsur atau satuan yang
dilesapkan dapat berupa kata, frasa, klausa, atau kalimat. Contoh pelesapan
dalam wacana resensi diantaranya:
(9) Selain kaya
akan informasi,
kemasan buku ini juga sangat menarik, dicetak diatas kertas art paper yang
mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan tersaji dalam ukuran folio,
sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan yang menawan
membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi perjalanan
waktu.
Pada wacana (9) terdapat pelesapan satuan lingual yang
berupa frasa, yaitu frasa buku
ini. Frasa tersebut dilesapkan sebanyak tiga kali. Di dalam analisis wacana, unsur
(konstituen) yang dilesapkan itu biasa ditandai dengan konstituen nol atau zero
(atau dengan lambang Ф) pada tempat
terjadinya pelesapan unsur tersebut. Dengan cara seperti itu maka peristiwa
pelesapan pada wacana (9) dapat direpresentasikan menjadi (9a), dan apabila
tuturan itu kembali dituliskan dalam bentuknya yang lengkap tanpa ada pelesapan
maka akan tampak seperti (9b) sebagai berikut.
(9a) Selain Ф kaya akan
informasi, kemasan buku ini juga sangat menarik, Ф dicetak diatas kertas art paper yang mengkilap dengan kualitas foto-foto
yang tajam dan Ф tersaji dalam ukuran folio, sampul hard
cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan yang menawan membuat buku
ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi perjalanan waktu.
(9b) Selain buku ini kaya akan informasi, kemasan
buku ini juga sangat menarik, buku ini dicetak diatas kertas art paper yang
mengkilap dengan kualitas foto-foto yang tajam dan buku ini tersaji dalam
ukuran folio, sampul hard cover lengkap berserta jacket buku dengan tampilan
yang menawan membuat buku ini layak dikoleksi dan dapat bertahan lama melintasi
perjalanan waktu.
Tampak
pada analisis tersebut bahwa dengan terjadinya peristiwa pelesapan, seperti
pada (9) atau (9a), maka tuturan itu menjadi lebih efektif, efisien, wacananya
menjadi padu (kohesif), dan memotivasi pembaca untuk lebih kreatif menemukan
unsur-unsur yang yang dilesapkan, serta praktis dalam berkomunikasi.
Fungsi-fungsi semacam itu tentu tidak ditemukan pada tuturan (9b), sekalipun
dari segi informasi lebih jelas atau lengkap daripada (9) dan (9a).
e.
Konjungsi
Konjungsi yaitu salah satu kohesi gramatikal yang
dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu dengan yang lain. Unsur
yang dirangkaikan dapat berupa kata, frasa atau klausa, kalimat, paragraf. Berikut ini contoh-contoh konjungsi yang
dimanfaatkan dalam wacana resensi :
(10)
Bagaimana kita dapat
mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia kerap
menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia,
para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia
seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang
terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana
dengan buku ? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
(11)
Buku dengan sendirinya
cepat atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh
dunia, tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan
juga pada orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun.
Pertanyaannya sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
(12)
Dalam buku ini, Andrew Taylor
menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks sejarahnya, meringkaskan
isi buku yang dibahas, serta menjelaskan pengaruh dan warisan dari buku-buku
tersebut pada dunia baik dimasa buku itu terbit hingga kini. Sebagai contoh
antara lain bagaimana dengan tersedianya Alkitab dalam bentuk cetakan akan
menandai revolusi politik dan sosial di Eropa ketika masyarakat awam
mulai mempertanyakan kewenangan lembaga keagamaan dalam sistem pemerintahan
negara. Risalah-risalah politik abad ke 18 yang terdapat dalam Common Sense (
1776 ) karya Thomas Paine memberikan kesadaran baru akan kemerdekaan sebuah
negara, atau bagaimana kutipan 2 pidato Mao Zedong yang dibukukan dalam Buku
Merah (1964 ) telah turut memberikan andil dalam revolusi kebudayaan dan
penindasan rakyat di negerinya’
Konjungsi dan pada wacana (10) berfungsi untuk
menyatakan hubungan penjumlahan yang menyatakn urutan waktu. Klausa kedua
terjadi sesudah klausa pertama tanpa adanya hubungan sebab akibat Konjungsi lalu pada wacana (10) menyatakan makna
urutan (sekuensial) yang terjadi
setelah klausa sebelumnya.
Pada wacana (11) terdapat konjungsi atau
yang berfungsi menyatakan hubungan pemilihan. Selain itu terdapat konjungsi
tidak hanya…melainkan juga…
Konjungsi ketika
pada wacana (12) menyatakan waktu yang berfungsi sebagai keterangan waktu
dari klausa sebelumnya.
3.4.2 Aspek Leksikal
Kohesi
Leksikal dalam wacana dapat dibedakan menjadi enam macam, yaitu (1) repetisi (pengulangan),
(2) sinonimi (padan kata), (3) kolokasi (sanding kata), (4) hiponomi (hubungan
atas-bawah), (5) antonimi (lawan kata), dan (6) ekuivalensi (kesepadanan).
a. Repetisi
Repetisi adalah pengulangan satuan lingual (bunyi,
suku kata, kata, atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi
tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Berdasarkan tempat satuan lingual
yang diulang dalam baris, klausa atau kalimat, repetisi dapat dibedakan menjadi
delapan macam, yaitu repetisi epizeuksis,
tautotes, anafora, epistrofa, simploke, mesodiplosis, epanalepsis, dan
anadiplosis (Keraf, 1994: 127-128).
1. Repetisi epizeuksis
Repetisi
epizeuksis yaitu pengulangan satuan lingual (kata) yang dipentingkan beberapa
kali secara berturut-turut. Repetisi epizeuksis dapat ditemukan dalam wacana resensi
seperti pada data di bawah ini :
(13)
Bagaimana kita dapat
mengubah dunia? Para pemimpin militer atau para pemimpin dunia
kerap menggunakan senjata dan pengaruh mereka untuk mengubah peta perpolitikan dunia,
para ilmuwan menemukan temuan-temuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, orang-orang kreatif seperti Bill Gates, Steve Jobs membuat dunia
seakan semakin menyempit dan dengan cepat kita dapat mengetahui apa yang
terjadi di belahan dunia lain dalam hitungan detik. Lalu bagaimana
dengan buku ? sanggupkah sebuah buku mengubah dunia?
(14)
Buku adalah
kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang lampau, buku dalam bentuk yang
paling sederhana hingga buku elektronik telah menjadi sarana bagi para
filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk menyebarluaskan
ide-ide mereka. Mereka berharap ide-ide mereka dapat dibaca di masa buku itu
ditulis maupun di masa depan dari generasi ke generasi.
(15)
Kritik untuk buku ini
adalah soal terjemahannya yang menurut saya agak sukar dimengerti sehingga
perlu perhatian ekstra untuk memahami beberapa deskripsi tentang buku-buku yang
dibahas. Foto-foto yang tersaji dalam buku menarik, namun tidak semua foto
menampilkan foto buku yang dibahas. Walau kesemua fotonya masih
memiliki keterkaitan dengan buku yang dibahas namun akan lebih bermanfaat kalau
di setiap buku yang dibahas ada foto edisi pertama dari buku tersebut
sehingga pembaca akan mengetahui seperti apa tampilan buku-buku tersebut saat
pertama kali diterbitkan.
Pada wacana (13), (14),dan (15), kata-kata dunia,
buku, dan foto, diulang
beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan pentingnya kata tersebut dalam
konteks tuturan itu.
2. Repetisi anadiplosis
Repetisi anadiplosis yaitu pengulangan kata atau frasa
terakhir dari baris atau kalimat itu menjadi kata atau frasa pertama pada baris
atau kalimat berikutnya. Dalam resensi, wacana yang mengandung repetisi
anadiplosis terdapat pada contoh di bawah ini.
(16)
Terlepas dari itu bagi para
pecinta buku dan kolektor buku, selain buku ini sangat pantas
untuk dikoleksi, buku ini juga dapat menjadi bacaan yang kaya akan
informasi mulai tentang penulisnya, isi bukunya, sejarah penerbitan, dan
sebagainya. Yang pasti melalui buku ini kita akan mengetahui bagaimana buku dan
ide-ide yang dituangkan di dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat
mempengaruhi dunia dengan caranya masing-masing.
Pada wacana (16) di atas terjadi repetisi anafora
berupa pengulangan kata buku dan buku ini yang terdapat di awal klausa.
b. Antonimi
Antonimi dapat diartikan sebagai nama lain untuk
benda atau hal yang lain; atau satuan lingual yang maknanya berlawanan atau
beroposisi dengan satuan lingual yang lain. Antonimi disebut juga oposisi
makna. Pengertian oposisi makna mencakup konsep yang betul-betul berlawanan
sampai kepada yang hanya kontras makna saja.
Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan
menjadi lima macam, yaitu (1) oposisi mutlak, (2) oposisi kutub (3) oposisi
hubungan, (4) oposisi hirarkial, dan (5) oposisi majemuk. Oposisi makna atau
antonimi juga merupakan salah satu aspek leksikal yang mampu mendukung kepaduan
wacana secara semantik.
Beberapa contoh berikut merupakan oposisi makna yang
ditemukan dalam wacana resensi, diantaranya:
(17)
Buku dengan sendirinya cepat
atau lambat akan menyebarluaskan ide-ide penulisnya ke seluruh dunia,
tidak hanya bagi orang yang membacanya langsung, melainkan juga pada
orang-orang yang tidak pernah membuka-buka halamannya sekalipun. Pertanyaannya
sekarang buku apa yang berpengaruh pada perubahan dunia?
(18)
Bentuk buku bisa berubah,
namun ide dan karya yang ditulis di buku akan tetap bertahan, entah itu
dalam bentuk perkamen, buku cetak, buku elektronik, dan entah apa lagi
wujudnya. Buku-buku yang mengubah dunia dari generasi ke generasi akan terus
bergema dan dibaca orang, bahkan mungkin beberapa diantaranya masih relevan dan
terus mengubah masa depan. Karena buku adalah kunci peradaban!
Pada wacana (18) diatas terdapat oposisi mutlak
antara kata berubah dengan bertahan.
Sedangkan wacana (17) terdapat
oposisi kutub antara kata cepat dengan kata lambat. Kedua kata tersebut
dikatakan beroposisi kutub sebab terdapat gradasi diantara oposisi keduanya,
yaitu adanya realita yang lain, selain cepat dan lambat, juga ada sangat cepat,
agak cepat, agak laambat, dan sangat lambat.
c. Kolokasi
Kolokasi
atau sanding kata adalah asosiasi tertentu dalam menggunakan pilihan kata yang
cenderung digunakan secara berdampingan. Kata-kata yang berkolokasi adalah
kata-kata yang cenderung dipakai dalam satu domain atau jaringan tertentu.
(19)
Buku adalah kunci peradaban, sejak ribuan tahun yang
lampau, buku dalam bentuk yang paling sederhana hingga buku elektronik telah
menjadi sarana bagi para filsuf, teolog, sejarahwan, ilmuwan, dan sastrawan untuk
menyebarluaskan ide-ide mereka. Mereka berharap ide-ide mereka dapat
dibaca di masa buku itu ditulis maupun di masa depan dari generasi ke generasi.
Pada wacana (19) di atas tampak
pemakaian kata-kata buku, filsuf, teolog, sejarahwan ilmuwan, dan sastrawan yang
dipakai dalam suatu domain atau jaringan bidang pengetahuan yang saling
berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana tersebut.
3.5 Biografi Pengarang
Hernadi
Tanzil:Resensor dari Balik Pabrik Kertas
Profil :
Nama
: Hernadi Tanzil
Alamat
: Taman Kopo Indah 1 / D- 89 – Bandung
Tanggal lahir
:
5 November 1970
Istri
: Evy Triana Tedja Lestari
Anak
: Sherine Analicia Tanzil ( 8thn)
Stevan Adrien Tanzil ( 1,5 thn)
Sekalipun ia sudah
mengetahui esensi sebuah buku sebelum membaca tuntas hingga halaman akhir,
pantang baginya untuk membuat resensi buku sebelum berhasil tamat membacanya.
Komitmennya adalah meresensi semua buku yang telah dibaca, bukan berapa kali
atau berapa banyak ia meresensi buku. Dan Hernadi Tanzil telah menamatkan
membaca 33 buku selama kurun waktu satu tahun (2009). Dari 33 itu, 32 buku
telah ia tuliskan resensinya.
Kegemaran Tanzil
meresensi bermula saat ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Bahasa
Indonesia adalah mata pelajaran kesukaannya. Ketika mendapat tugas menulis
rangkuman buku “Layar Terkembang” (Sutan Takdir Alisyahbana) ia pun girang.
Bagi Tanzil, itu adalah tugas yang menyenangkan. Dan ia mendapat komentar
‘sangat memuaskan’ dari sang guru. Semangatnya untuk menulis resensi buku pun
terletup di titik itu.
Tanzil merasa
terfasilitasi gairahnya menulis resensi ketika mengenal internet di tahun
2000-an. Ia mulai mengikuti milis pasarbuku dan rajin mengirimkan resensi buku
yang dibacanya. Tanzil menemukan kebahagiaan manakala mendapati komentar
rekan-rekan milis-nya yang merasa terbantu untuk memilih buku dengan adanya
resensi itu. Karena sesungguhnya, tujuan Tanzil meresensi buku adalah ingin
membagi pengalamannya ketika membaca buku.
Ketekunan menulis
resensi di milis itu menarik perhatian majalah lifestyle bulanan,
Djakarta!Magazine. Tanzil kemudian diminta mengisi rubrik resensi buku secara
tetap. Buku pertama yang diresensinya yaitu Siddharta (Herman Hesse). Sejak
saat itu, Tanzil mulai rutin meresensi buku-buku yang dibacanya.
Biasanya Tanzil
meresensi di rumah, pada malam hari sepulang ia bekerja. Tapi karena
kesibukannya sebagai akuntan di sebuah perusahaan kertas, ia tak pernah menulis
sekali jadi. Terkadang butuh berhari-hari untuk menyelesaikan sebuah resensi.
Tanzil mengerjaknnya di sela-sela waktunya bekerja di kantor. Misalnya pagi
hari sebelum jam kerja dimulai, ia sempatkan untuk menulis. Demikian pula saat
isitirahat jam kerja, meski hanya beberapa paragraf, Tanzil menyempatkan untuk
menulis. Resensinya pun mulai bertebaran di Koran Tempo, Media Indonesia,
Surabaya Post, Batam Post, Matabaca, Djkarta!Magazine, dan majalah sastra
‘Aksara’.
Ketika blog mulai
popular di internet, Tanzil pun membangun rumah bukunya di www.bukuygkubaca.blogspot.com.
Tak sia-sia, berkat komitmen dan ketekunannya membaca dan meresensi buku,
portal berita online detik.com memasukkannya dalam daftar pemenang blog award minggu
pertama bulan Juni 2009.
Tanzil membaca segala
macam buku. Baginya, tak ada buku yang buruk. “Seburuk-buruknya sebuah buku
pasti ada sesuatu yang bisa diperoleh dari buku yang buruk tersebut”, tutur
Tanzil pada i:boekoe. “Buku adalah benda yang tak dapat dipisahkan dariku. Aku
membutuhkun buku selayaknya membutuhkan pakaian. Bagiku buku adalah kebutuhan
utama agar aku bisa mengisi setiap sel dalam otakku dengan berbagai imajinasi
dan pengetahuan. Buku adalah adalah sebuah sumber segala pengetahuan, saya
meyakini dalam sebuah buku ada sebuah mutiara kehidupan yang harus kita cari
dan peroleh dengan cara membacanya. Jika buku adalah tempat memperoleh
berbagai mutiara kehidupan, maka membaca adalah cara untuk mendapatkannya”.
Saking cintanya pada
buku, rumahnya pun dipenuhi oleh buku. Ketika rak besar yang ia sediakan tak
mampu lagi menampung buku-bukunya, ia pun menitipkan di meja belajar
anaknya, rak TV, ruang makan, lemari mainan anak, hingga mengungsikannya
ke meja kantor. Tanzil berkeinginan kelak dapat memiliki perpustakaan pribadi
yang berisi ribuan buku.
Buku-buku itu ia
kumpulkan sejak ia SMP. Buku-buku trend semasa mudanya adalah semacam Agatha
Christie dan Trio Detektif. Namun Tanzil kecil tak menemukan banyak buku di
rumahnya. Yang sempat ia ingat adalah komik Petruk Gareng dan komik HC
Andersen. Orang yang berjasa mengenalkannya pada buku adalah kakaknya dan
pamannya. Sang kakak berlangganan majalah BOBO, dan Tanzil ingin sekali
membacanya namun karena belum lancar membaca, ia meminta bantuan kakak untuk
membacakannya.
Sementara sang paman
adalah penyedia istana buku bagi Tanzil kecil. Sekolah Tanzil berdekatan dengan
rumah paman, maka setiap pulang sekolah ia pasti mampir ke rumah paman sambil
menunggu jemputan atau diantar pulang. Di rumah paman itulah Tanzil mulai
bergaul dengan buku. Ada banyak buku disana mulai dari buku-buku berambar
Disney, komik-komik lokal (Si Buta dari Goa Hantu, Si Pitung, dll),
buku-buku fotografi, hingga buku-buku ensiklopedi.
Ketika libur sekolah
tiba, Tanzil kecil menemukan tempat berlibur yang juga menjadi istana bukunya.
Salah satu kerabatnya meminta keluarga Tanzil menjaga rumahnya ketika mereka
pergi berlibur ke luar negeri. Di rumah itu ada banyak sekali buku-buku
seri Lima Sekawan, Trio Detektif, Hardi Boys, dan sebagainya. Liburan pun
menjadi menyenangkan bagi Tanzil, “Ketika membaca buku, saya seperti sedang
menaiki mesin waktu yang bisa membawa saya kemana saja, ke berbagai masa dan
tempat”
Menggumuli demikian
banyak buku, Tanzil memiliki kecenderungan untuk menyukai 3 jenis buku. Pertama
adalah buku rohani karena dengan membaca buku rohani Tanzil mengaku imannya
semakin kuat dan bertumbuh sehingga ia memiliki bekal dan landasan dalam
menjalani kehidupan. Kedua buku-buku sejarah dan budaya karena melalui buku-buku
ini ia bisa memahami akar budaya dan sejarah Indonesia. Kemudian yang ketiga
adalah novel-novel sastra. Melalui novel-novel sastra ia belajar mengenal dan
memahami berbagai realita yang ada dalam kehidupan manusia.
Diantara semua
buku-buku yang telah dibacanya itu, Tanzil menyebut lima buku yang
mengesankannya:
1. Alkitab,
karena dalam Alkitab akan ditemukan apa sebenarnya karya Allah bagi manusia,
dan bagaimana seharusnya bertindak sebagai mahluk ciptaanNya. Alkitab adalah
buku terfavorit yang selalu Tanzil baca setiap hari.
2. Tetralogi Pulau
Buru (Pramoedya Ananta Toer) Melalui Tetralogi ini Tanzil belajar sejarah
jejak-jejak nasionalisme Indonesia. Selain itu buku ini juga membuatnya belajar
bagaimana harus menentukan sikap terhadap ketidakadilan terhadap kemanusiaan.
Meski ketekunannya
meresensi telah mendatangkan buku-buku gratis dari penerbit ke pangkuannya,
Tanzil masih menyimpan dua buku impiannya, yaitu (1) buku yang membahas tentang
perpustakaan-perpustakaan hebat yang ada di dunia lengkap dengan foto-foto,
sejarah perpustakaan, profil pustakawan, dan pernik-perniknya, serta (2) buku
yang membahas tentang resensi buku secara lengkap: sejarah resensi buku (kapan
pertama kali ada resensi buku), tokoh-tokoh resensor terkenal di dunia, jenis-jenis
resensi buku, dan sebagainya.
3.6 Konteks
Dalam pergerakan arus sejarah nan panjang, buku serta ide yang dituangkan
di dalamnya telah mengubah masyarakat. Dari hanya masayrakat di sebuah kota
lama-lama akan mengubah masyarakat dari beberapa kota, makin berkembang menjadi
sebuat negara, hingga akhirnya mengubah dunia.
Andrew Taylor menempatkan tiap buku dan pengarangnya dalam konteks
sejarahnya, meringkas isi buku, serta menjelajahi pengaruh dan warisannya
secara luas. Memilah sekian banyak buku hingga tersisa hanyayang ada dalam buku
ini sungguh bukan pekerjaan yang mudah! Penyusunan buku ini dilakukan
berdasarkan kronologis waktu buku itu terbit , buku-buku tersebut adalah:
- Iliad (Homer)
- Historia (Herodotus)
- Analekta (Konfusius)
- Republik (Plato)
- Alkitab
- Ode (Horace)
- Geographia (ptolemaeus)
- Al-Qur’an
- Al- Qanun Fi At-Tibb (IbnuSina)
10. The
Canterbury tales (Geoffrey Chaucer)
11. Il Principle (Niccolo Machiavelli)
12. Atlas (Gerard Mercator)
13. Don Quixote (Miquel de Cervantes)
14. First Folio (William Shaekespeare)
15. The Motion of Heart and Blood (William Harvey)
16. DialogoSopra I Due MassimiSistemi Del Mondo (Galileo Galilei)
17. Principia Mathematica (Isaac Newton)
18. A Dictionary of English Language (Samuel Johnson)
19. The Sorrows of Young Werther (Jhon Wolfgang von Goethe)
20. The Wealth of Nation ( Adam Smith)
![](file:///C:/Users/Personal/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
21. Common Sense ( Thomaspaine)
22. Lyrical Ballads ( William Wordsworth dan Samuel Taylor Coleridge
23. Pride And Prejudice (Jane Austen)
24. A Chrismas Carol ( Charles Dickens)
25. The Communist Manifesto (Karl Marx)
26. Moby-Dick ( Herman Melville)
27. Uncle Tom’s Cabin (Harriet Beecher Stowe)
28. Madam Bovary (Gustave Flaubert)
29. On The Origin Of Species (Charles Darwin)
30. On Liberty (John Stuart Mill)
31. War And Peace (Leo Tolstory)
32. The Telephone Directory (New Haven District Telephone Company)
33. The Thousand And One Night (Sir Richard Burton)
34. A Study In Scarlet (Arthur Conan Doyle)
35. The Interpretation of Dreams (Sigmund Freud)
36. The Protocols of The Elders of Zion
37. Poems (William Owen)
38. Relativity: The Special And The General Theory (Albert Einstein)
39. Ulysses (james Joyce)
40. Lady Chatterly’s Lover (DH Lawrence)
41. The General Theory of Employment, Interest, And Money (John Maynard Kynes)
42. If This is A Man (Primo Levi)
43. Mineteen Eighty-Four (George Orwell)
44. The Second Sex (Simone de Beauvoir)
45. The Cacher in the Rye (JD Salinger)
46. Things Fall Apart (Chinua Achebe)
47. Silent Spring (Rachel Carson)
48. KutipanKetua Mao (Mao Zedong)
49. Harry Potter And The Philosopher’s Stone (JK Rowling)
Sedang 4 buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia adalah :
11. Il Principle (Niccolo Machiavelli)
12. Atlas (Gerard Mercator)
13. Don Quixote (Miquel de Cervantes)
14. First Folio (William Shaekespeare)
15. The Motion of Heart and Blood (William Harvey)
16. DialogoSopra I Due MassimiSistemi Del Mondo (Galileo Galilei)
17. Principia Mathematica (Isaac Newton)
18. A Dictionary of English Language (Samuel Johnson)
19. The Sorrows of Young Werther (Jhon Wolfgang von Goethe)
20. The Wealth of Nation ( Adam Smith)
![](file:///C:/Users/Personal/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image004.jpg)
21. Common Sense ( Thomaspaine)
22. Lyrical Ballads ( William Wordsworth dan Samuel Taylor Coleridge
23. Pride And Prejudice (Jane Austen)
24. A Chrismas Carol ( Charles Dickens)
25. The Communist Manifesto (Karl Marx)
26. Moby-Dick ( Herman Melville)
27. Uncle Tom’s Cabin (Harriet Beecher Stowe)
28. Madam Bovary (Gustave Flaubert)
29. On The Origin Of Species (Charles Darwin)
30. On Liberty (John Stuart Mill)
31. War And Peace (Leo Tolstory)
32. The Telephone Directory (New Haven District Telephone Company)
33. The Thousand And One Night (Sir Richard Burton)
34. A Study In Scarlet (Arthur Conan Doyle)
35. The Interpretation of Dreams (Sigmund Freud)
36. The Protocols of The Elders of Zion
37. Poems (William Owen)
38. Relativity: The Special And The General Theory (Albert Einstein)
39. Ulysses (james Joyce)
40. Lady Chatterly’s Lover (DH Lawrence)
41. The General Theory of Employment, Interest, And Money (John Maynard Kynes)
42. If This is A Man (Primo Levi)
43. Mineteen Eighty-Four (George Orwell)
44. The Second Sex (Simone de Beauvoir)
45. The Cacher in the Rye (JD Salinger)
46. Things Fall Apart (Chinua Achebe)
47. Silent Spring (Rachel Carson)
48. KutipanKetua Mao (Mao Zedong)
49. Harry Potter And The Philosopher’s Stone (JK Rowling)
Sedang 4 buku yang berpengaruh dalam sejarah Indonesia adalah :
- Nagarakretagama (MpuPrapanca)
- Sutasoma (MpuTAntular)
- Max Havelar (Murtatuli)
- Habis GelapTebitlah Terang (R.A Kartini)
Beberapa buku yang
disebutkan di atas mungkin terdengar asing di telinga kita.Tapi keberadaannya
berpengaruh pada dunia.Simak saja perihal Iliad.Illiad merupakan puisi
kepahlawanan yang ditulis sekitar abad ke-8 atau ke-9 oleh Homer.Isinya seputar
prinsip-prirnsip militer serta hubungan manusia dengan dewa-dewi. Terjemahan
Bahasa Inggris pertama diterbitkan pada 16013-14 oleh George Chapman.
Lalu ada Ode karangan
Quintus Horatius Flaccusdari Roma. Ode merupakan empat buku berisikan puisi
singkat tentang cinta, pertemanan, indahnya alam, nikmatnya anggur serta
nilai-nilai Bangsa Romawi tentang martabat dan ketenangan. Isinya sederhana,
tenang dan bernartabat sekaligus penuh gairah.Tiga buku pertama berisi sekitar
88 syair sementara buku terahird iterbitkan 10 tahun kemudian berisi 15
syair. Selama 2.000 tahun terakhir puisi-puisi tersebut mengilhami banyak
penyair, seniman serta tak ketinggalan penulis.
Buku Il
Principe karangan Niccolo Marchiavelli pada tahun 1532 mengajarkan
ada dua cara untuk berjuang: melalui hukum atau dengan kekuatan. Langkah
pertama adalah wajar bagi setiap orang, sedangkan langkah kedua adalah bagi
binatang buas.Buku ini menjadi semacam buku teks realpolitik yang ditulis
secara lugas. Il Principle juga merupakan salah satu buku pertama yang
ditempatkan oleh Gereja Katolik Roma dalam daftar resmi buku dicekal yang
ditetapkan oleh Paus Paulus IV pada tahun 1559 seiring dengan upaya gereja
untuk mengontrol membajirnya barang cetak di Eropa. Akhirnya pada tahun 1532 Il
Principle diterbitkan.
Buku tentang bocah
yatim piatu berkaca mata yang memiliki kemampuan sihir, Harry Potter juga masuk
dalam jajaran buku ini. Buku ini memberikan sesuatu yang baru bagi dunia
anak-anak. Selama ini buku yang beredar adalah buku anak dan buku dewasa,
kalaupun ada semi dewasa isinya kurang begitu menarik bagi remaja alias
ABG. HP menawarkan sesuatu yang berbeda, sensasi petualangan seorang ABG dalam
urusan hidup atau mati.
Sungguh sebuah fakta
yang mencengangkan terungkap dalam buku ini. Ada buku yang sering
disepelakan keberadaan justru dianggap mampu mengubah dunia dans angat berjasa
dalam peradaban. Buku The Telephone Directory misalnya. Penemuan telepon
oleh Alexander Graham Bell membuka era komunikasi jarak jauh.
The Telephone Directory
diterbitkan pertama kali pada tahun 1878 di Connecticut oleh New
Haven District Telephone Company, Buku tersebut berisi nama 50 orang penyewa
jasa, dimana sebagian adalah pelanggan bisnis atau layanan publik. Buku ini
dimaksudkan dalam daftar karena dengan membiarkan potensi telepon terus
berkembang, buku tersebut secara radikal telah mengubah kehidupan sehari-hari
dan harapan dari miliaran manusia di seluruh dunia.
Saat ini nasib buku
telepon justru berakhir di pasar sebagai ajang tukar menukar antara kertas
pembungkus dan sejumput cabai merah. Padahal untuk membuatnya tidaklah mudah.
Manfaatnya juga masih banyak, kita masih bsia mencari nomor telepon seseorang
atau sebuah perusahaan yang belum melek teknologi atau jauh dari
jangkauan teknologi dan masih mengandalkan telepon.
Siapa yang tek kenal
Ibu Kartini? Surat-surat beliau yang dibukukan telah membuka mata dunia tentang
nasib para perempuan Indonesia. Walau masih menggunakan Bahasa
Belanda, buku tersebut telah mengalami cetak ulang selama 2 tahun
sebanyak 8.000 eksemplar.
Buku ini dan beberapa
buku sejenis mengajarkan bahwa mendokumentasi pemikiran kita dalam wujud
tulisan. bisa dalam surat-menyurat atau catatan harian dapat dikenang
serta bermanfaat bagi generasi selanjutnya. catatan harian seberapa pun
menyakitkan atau menyedihkan selalu bisa memberikan manfaat bagi orang lain. Itulah
beberapa alasan yang melatarbelakangi peresensi tertarik untuk mengulas buku
ini.
4.1 Kesimpulan
Dari keseluruhan data dan analisis data di atas dapat
diklasifikasikan jenis-jenis data sebagai berikut:
1.
Analisis Makrostruktural
a.
Tema yang diangkat penulis dalam
resensi buku “ Buku – Buku yang Mengubah Dunia “ adalah buku dan ide-ide di
dalamnya telah mengubah masyarakat dan mempengaruhi dunia.
b.
Topik yang diangkat dalam resensi
ini adalah kehebatan sebuah buku .Topik ini terkandung dalam rumusan
tema yang diangkat penulis resensi tentang kehebatan buku dan ide-ide di
dalamnya telah mengubah masyarakat dan dapat mempengaruhi dunia .
2.
Analisis Suprastruktural
Resensi Buku – Buku yang Mengubah Dunia telah mengikuti aturan
penulisan resensi, meliputi judul resensi, data buku, pendahuluan, tubuh atau
isi pernyataan, dan penutup.
3. Analisis Mikrostruktural
( Penanda Kohesi dan Koherensi )
- Aspek Gramatikal
a.
Referensi pronomina persona
menggunakan unsur-unsur kohesi kita dan
saya.
b.
Referensi demonstratif menggunakan
pengacuan demonstratif waktu yaitu menggunakan unsur-unsur kohesi masa depan,sekarang,dan kini.
c.
Substitusi nominal menggunakan
unsur-unsur kohesi Nagarakertagama,
Sutasoma, Max Havelaar, dan buku Habis Gelap Terbitlah Terang yang telah
disebut terdahulu pada kalimat sebelumnya digantikan oleh satuan lingual nomina
pula yaitu kata keempat buku .
d.
Substitusi frasal yang tampak misalnya frasa sukar dimengerti yang terletak pada kalimat pertama paragraf
pertama disubstitusi dengan frase perlu perhatian ekstra untuk memahami
.
e.
Elipsis menggunakan unsur-unsur
kohesi satuan lingual berupa frasa, yaitu frasa buku ini. Frasa tersebut dilesapkan
sebanyak tiga kali.
f.
Konjungsi banyak dijumpai dalam
wacana resensi. Diantaranya menggunakan unsur-unsur kohesi dan, lalu, ketika, bukan hanya…melainkan juga…
- Aspek Leksikal
a.Repetisi Epizeuksis menggunakan unsur-unsur kohesi
kata-kata dunia, buku, dan foto, diulang beberapa kali secara berturut-turut untuk menekankan
pentingnya kata tersebut dalam konteks tuturan itu.
b. Repetisi
anadiplosis menggunakan unsur-unsur kohesi kata buku dan buku ini yang terdapat di awal klausa.
c. Antonimi
mutlak menggunakan kata berubah dengan
bertahan. Sedangkan oposisi kutub antara kata cepat dengan kata lambat.
d. Kolokasi
menggunakan unsur-unsur kohesi bidan pengetahuan dengan pemakaian kata-kata buku, filsuf, teolog, sejarahwan ilmuwan,
dan sastrawan yang saling berkolokasi dan mendukung kepaduan wacana
tersebut.
B. Saran
Analisis wacana
pada resensi ini hanya terbatas pada struktur makro,supra,dan mikro. Analisis
lanjutan untuk memperdalam, memperluas dan mendeskripsikan seperti struktur
makro, unsur sintaksis, kajian sosiolinguistik, atau aspek latar belakang
penciptaan wacana dan seterusnya masih dapat dilakukan.
Daftar Pustaka
Abdul Rani dkk. 2006. Analisis Wacana; Sebuah Kajian Bahasa dan Pemakaian.
Malang:
Bayumedia Publishing
Baryadi, I Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana Dalam Ilmu
Bahasa. Yogyakarta:
Pustaka Gondho Suli
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana; Pengantar Analisis teks
media. Yogyakarta: LKiS
Moeliono, Anton dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Mulyana, 2005. Kajian Wacana; Teori, Metode & Aplikasi
Prinsip-prinsip Analisis Wacan., Yogyakarta: Tiara Wacana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar