- Pendahuluan
Saat ini pembahasan analisa diskursus
atau wacana telah melampaui pakem-pakem linguistik konvensional, yang hanya
berkutat dengan text dan talk serta tidak melibatkan
faktor-faktor sosio-politis dan ideologis. Pengaruh kajian Post-Struktural dan
Teori Kritis terhadap dunia pemikiran telah membentuk mahzab baru di dunia ilmu
pengetahuan, termasuk linguistik yang saat ini telah berkembang menjadi
Linguistik Kritis (Critical Linguistics), fokusnya adalah Analisa Wacana Kritis
(Critical Discourse Analysis) yang dikembangkan oleh Norman Fairclough, Teun
Van Djik dll. Disamping itu, pemikiran Foucault dalam analisa wacana juga
sangat signifikan, dimana Foucault telah memulai analisa wacana atau diskursus
yang bersifat politis dan ideologis sebelum orang lain memikirkannya, hal ini
adalah semacam gebrakan dalam dunia pemikiran.
Bagaimana wacana diproduksi,siapa yang
memproduksi ,dan apa efek dari produksi wacana? Konsep mengenai wacana mutakhir
diperkenalkan oleh Michael Foucoult. Wacana menurut pandangan Foucoult tidaklah
dipahami sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks , tetapi merupakan
sesuatu yang memproduksi yang lain ( gagasan, konsep, atau efek ). Wacana dapat
dideteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan pandangan
hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir
dan bertindak tertentu. Melalui wacana dan karena faktor wacana terjadilah apa yang
kita saksikan sebagai perubahan zaman atau perubahan arah sejarah. Sampai zaman
di mana kita tinggal pada saat ini telah berkali-kali terjadi perubahan,
dan “wacana praktis” menjadi salah satu faktor dari perubahan budaya maupun
arah sejarah.
- Pengertian
Wacana Menurut Prespektif Michael Foucoult
Istilah wacana (discours, discourse)
dipopulerkan oleh Foucault dan merupakan konsep penting dalam pemikirannya
(Akhyar Yusuf, 2009: 6). Wacana dalam perspektif Foucault bukanlah sebagai rangkaian
kata atau proposisi dalam teks, melainkan sesuatu yang memproduksi sesuatu yang
lain. Oleh karena itu, dalam analisis wacana hendaknya mempertimbangkan
peristiwa bahasa dengan melihat bahasa dari dua segi yaitu segi arti dan
referensi. Hal ini bertentangan dengan strukturalisme yang hanya melihat bahasa
sebagai sistem dan tidak mempertimbangkan pengalaman berbicara sebagai
peristiwa bahasa.
Dalam sebuah wacana terdapat pernyataan
(proposisi) yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/ makna), akan tetapi
juga mengatakan sesuatu tentang sesuatu (referensi). Referensi inilah yang
memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi sistem sosial budaya sampai
pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat dalam satu
kesatuan yang utuh. Foucault mengatakan bahwa sementara wacana dikonstruksi
oleh bentuk diskursif atau episteme (Akhyar Yusuf, 2009: 15).
- Produksi
Wacana Perspektif Foucoult
Studi analisis wacana bukan sekedar mengenai pernyataan,
tetapi juga struktur dan tata aturan dari wacana. Untuk itu, perlu diketahui
bagaimana keterkaitan antara wacana dengan kenyataan (realitas). Raelitas
dipahami sebagai seperangkat konstruk yang dibentuk melalui wacana. Realitas
itu sendiri menurut Foucault tidak bisa didefinisikan jika kita tidak memiliki
akses dengan pembentukan struktur diskursif tersebut. Karena, menurut Foucault
pandangan kita tentang suatu objek dibentuk dalam batas-batas yang telah
ditentukan oleh struktur diskursif yaitu pandangan yang mendefinisikan sesuatu
bahwa yang ini benar dan yang lain tidak.
Wacana membatasi bidang pandangan kita. Pernyataan yang
diterima akan dimasukkan dan mengeluarkan pandangan yang berbeda
tentang suatu objek. Objek bisa saja tidak berubah, tetapi struktur diskursif
yang dibuat dapat mengubah objek. . Wacana
membentuk dan mengontruksi peristiwa tertentu dan gabungan dari peristiwa –
peristiwa tersebut ke dalam narasi yang dapat dikenali oleh kebudayaan
masyarakat tertentu. Dalam prosesnya , kita mengkategorikan dan menafsirkan
pengalaman dan peristiwa mengikuti struktur yang tersedia dan dalam
penafsirannya kita sukar keluar dari struktur diskursif.
D. Konsep
Michael Foucoult tentang Pengetahuan dan Kekuasaan
Pengetahuan dan kekuasaan adalah konsep Foucault yang
menarik, karena Foucault mendefinisikan kuasa agak berbeda dengan para ahli
yang lain. Kuasa oleh Foucault tidak diartikan “kepemilikan”. Kuasa, menurut
Foucault tidak dimiliki tetapi dipraktikkan dalam suatu ruang lingkup tertentu
di mana ada banyak posisi yang secara strategis berkaitan satu sama lain
(Eriyanto, 2001: 65).
Dalam menentukan kebenaran, bagi Foucault tidak dipahami
sebagai sesuatu yang datang begitu saja (konsep yang abstrak). Kebenaran
menurut Foucault diproduksi oleh setiap kekuasaan. “ Kekuasaan menghasilkan
pengetahuan. Kekuasaan dan pengetahuan secara langsung saling mempengaruhi…tidak
ada hubungan kekuasaan tanpa ada konstitusi korelatif dari bidang
pengetahuannya…” (Michel Foucault, 1979: 27).
Apa yang hendak dibongkar oleh Foucault adalah bagaimana
orang- orang mengatur atau meregulasi diri mereka sendiri dan orang lain dengan
menciptakan klaim kebenaran (sebuah pembakuan atau pemutlakan benar-salah,
baik-buruk, indah-jelek) dapat dibuat teratur, tetap, dan stabil. Oleh karena
itu, Foucault meyakini bahwa kuasa tidak bekerja melalui represi, tetapi
melalui normalisasi dan regulasi. Kuasa tidak bekerja secara negatif dan
represif, tetapi melainkan dengan cara positif dan produktif.
Kekuasaan dalam pandangan Foucault disalurkan melalui
hubungan sosial, dengan memroduksi bentuk-bentuk kategorisasi perilaku seperti
baik dan buruk sebagai bentuk pengendalian perilaku. Jadi khalayak ditundukkan
dengan wacana dan mekanisme berupa prosedur, aturan, tata cara, dan sebagainya.
Bukan dengan cara kontrol yang bersifat langsung dan fisik.
- Wacana Terpinggirkan
(marginalized)
Menurut Foucault, ciri utama wacana adalah kemampuannya
untuk menjadi suatu himpunan wacana yang berfungsi membentuk dan melestarikan hubungan-hubungan
kekuasaan dalam suatu masyarakat (Eriyanto, 2001: 76). Contohnya yang
ditunjukkan oleh Foucault adalah konsep gila dan tidak gila, sehat dan sakit,
benar dan salah, bukan konsep abstrak yang ada begitu saja tetapi dibentuk oleh
wcana yang berkaitan dengan bidang psikiatri, ilmu kedokteran, serta ilmu
pengetahuan pada umumnya.
Dalam suatu masyarakat terdapat berbagai wacana yang
berbeda- beda. Ada yang dominan ada yang terpinggirkan. Wacana dominan adalah
wacana yang dipilih dan didukung oleh kekuasaan, sedangkan wacana lainnya yang
tidak didukung akan terpinggirkan (marginalized) atau terpendam (submerged).
Misalnya saja wacana mengenai PKI (Partai Komunis Indonesia) yang dibangun oleh
Orde Baru sebagai partai yang memberontak dan anti Tuhan menyingkirkan wacana
lainnya yang menunjukkan PKI sebagai partai yang paling radikal dan gigih
melawan kolonialisme. Wacana mengenai PKI sebagai pemberontak dan anti Tuhan
disebut wacana dominan. Adapun PKI sebagai partai yang paling gigih melawan
kolonialisme dapat dikatakan sebagai wacana yang terpinggirkan.
- Kesimpulan
Wacana menurut pandangan Foucoult
tidaklah dipahami sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks , tetapi
merupakan sesuatu yang memproduksi yang lain ( gagasan, konsep, atau efek ).
Wacana dapat dideteksi karena secara sistematis suatu ide, opini, konsep, dan
pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara
berpikir dan bertindak tertentu.
Dalam sebuah wacana terdapat pernyataan
(proposisi) yang bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/ makna), akan tetapi
juga mengatakan sesuatu tentang sesuatu (referensi). Referensi inilah yang
memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi sistem sosial budaya sampai
pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat dalam satu
kesatuan yang utuh.
- Daftar Pustaka
Eriyanto.2008. Analisis Wacana.
Yogyakarta : LKiS
Foucault, Michel. 2002. Pengetahuan
dan Metode (Karya-Karya Penting Foucault). Yogyakarta dan Bandung:
Jalasutra.