RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(
RPP )
Nama Sekolah : SMA
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/semester : X/I
Alokasi waktu : 2 x 45 menit
Tema : Keimanan
Standar Kompetensi :
Mendengarkan
Memahami
puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung
Kompetensi dasar : Mengidentifikasi unsur – unsur suatu
puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman
Indikator :
No.
|
Indikator
|
Nilai Karakter
|
1.
|
Menyebutkan unsur – unsur bentuk suatu puisi
|
Rasa
ingin tahu
|
2.
|
Mengidentifikasi
(majas, rima, kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang ) unsur bentuk
puisi
|
Kreatif
|
3.
|
Menanggapi
unsur – unsur puisi yang ditemukan
|
Kreatif
|
4.
|
Mengartikan
kata – kata berkonotasi dan makna lambang
|
Kreatif
|
·
Proses
Mendengarkan rekaman pembacaan
puisi , menyebutkan unsur – unsur puisi , mengidentifikasi majas, rima, kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang
(unsur bentuk puisi ), mengartikan kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang
·
Psikomotor
Menanggapi unsur – unsur puisi yang ditemukan
·
AfektifPerilaku berkarakter
Membentuk perilaku siswa
bertanggung jawab dan rasa ingin tahu
Ketrampilan sosial.
Melakukan komunikasi kepada guru
dan bertanya melalui bertanya, berpendapat, dan menjawab pertanyaan, serta menumbuhkan kreatifitas siswa
Tujuan pembelajaran :
1.
Setelah menyimak rekaman /pembacaan puisi ,siswa mampu menyebutkan unsur
– unsur suatu puisi secara tepat,
2.
Setelah menyimak rekaman/ pembacaan puisi , siswa mampumengidentifikasi majas, rima, kata – kata berkonotasi dan
bermakna lambang (unsur bentuk puisi ) secara
tepat,
3.
Setelah menyimak rekaman/pembacaan puisi,siswa mampu mengartikan kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang,
4.
Setelah berdiskusi ,siswa mampu menanggapi unsur puisi
yang ditemukan teman secara tepat.
Proses
1.
Diberikan rekaman /pembacaan puisi ,siswa mampu menyebutkan unsur –
unsur suatu puisi secara tepat,
2. Diberikan materi unsur – unsur puisi , siswa
mampu mengidentifikasi majas, rima, kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang
(unsur bentuk puisi ) secara
tepat,
3. Diberikan rekaman/pembacaan puisi,siswa mampu mengartikan kata – kata berkonotasi dan bermakna lambang,
Kinerja proses
Melalui kegiatan diskusisiswa mampu menanggapi unsur
puisi yang ditemukan teman secara tepat.
Afektif
Perilaku karakter
Terlibat dalam KBM yang
berpusat pada siswa, siswa dapat menunjukkan tanggung jawab, jujur, membantu
teman minimal dinilai membuat kemajuan dengan LP 5 : Format Pengamatan perilaku
berkarakter.
Ketrampilan Sosial
Dalam KBM, siswa mampu berkomunikasi kepada guru
dan temannya melalui bertanya dan berdiskusi , berpendapat, menjawab pertanyaan dan mengidentifikasi
unsur – unsur puisi secara benar.
Materi :
Puisi
A.
Pengertian Puisi
Secara etimologi ,kata puisi berasal dari bahasa Yunani”poesis” yang
artinya penciptaan. Sedangkan secara terminologi , menurut Samuel taylor
Coleridge puisi adalah kata – kata terindah denga susunan terindah. Penyair
memilih kata – kata yang setepatnya dan disusun sebaik – baiknya,missal
seimbang ,simetris antara unsur satu dengan unsur yang lain erat beerhubungan.
B.
Unsur – unsur puisi
Puisi merupakan hasil kepaduan beberapa unsur penyusun yang membuat karya
tersebut disebut puisi. Menurut Waluyo (1991:4) puisi dibangun oleh dua unsur
pokok yaitu: struktur fisik yang berupa bahasa, dan struktur batin atau
struktur makna.
a. Struktur Fisik Puisi
Struktur fisik puisi atau struktur kebahasaan puisi disebut juga metode puisi.
Medium pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair adalah bahasa.
• Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan
maksud (Keraf dalam Wahyudi 1989: 242). Pemilihan kata dilakukan untuk
mendapatkan kata yang tepat berdasarkan seleksi bentuk, sinonim, dan rangkaian
kata.
Kata-kata dalam puisi memiliki peranan yang sangat besar. Kekuatan sebuah puisi
terletak pada kata-kata yang digunakan. Keberhasilan sebuah puisi pun terletak
pada pilihan kata yang digunakan. Maka dari itu pilihan kata dalam puisi harus
benar-benar kata yang mewakili apa yang dirasakan oleh penulisnya agar pembaca
dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis puisi tersebut.
• Pengimajian
Pengimajian atau daya bayang adalah kemampuan menciptakan citra atau
bayangan dalam benak pembaca. Dengan daya bayang, puisi tidak hanya
digunakan sebagai sarana memberitahukan apa yang dialami atau dirasakan penulis
saja, melainkan juga sebagai alat merasakan apa yang dirasakan, melihat apa
yang dilihat, dan mendengar segala sesuatu yang didengar oleh penulis. Daya bayang
dapat penulis ciptakan dengan menempuh beberapa cara yang di antaranya (1)
penggunaan kata-kata kias, (2) penggunaan lambang-lambang, dan (3) penggunaan
pigura-pigura bahasa, seperti metafora, metonimia, personifikasi, dan
sebagainya. Contoh daya bayang dalam puisi.
AKU
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulanya terbuang
……………………………..
Chairil Anwar
Penggunaan kata-kata kias dalam puisi”Aku” terlihat pada “Aku ini binatang
jalang” yang bermaksud “pemberontak” dan “Dari kumpulanya terbuang” untuk
mengiaskan “tidak mau mengikuti aturan umum”. Kata kias yang digunakan memiliki
pengaruh yang amat kuat karena di balik kata-kata itu terkandung makna yang
jelas yang gampang ditangkap oleh pancaindra.
TERATAI
Kepada Ki Hajar Dewantara
Dalam kebun tanah airku
Tumbuh sekuntum bunga teratai;
Tersembunyi kembang indah permai.
Tak terlihat orang yang lalu.
Akarnya tumbuh di hati dunia,
……………………………………………..
Sanusi Pane
Puisi “ Teratai” tersebut adalah contoh penggunaan lambang dalam penulisan
puisi. Bunga teratai yang menjadi ibarat dari Ki Hajar Dewantara (Suharianto:
2005).
Menurut Jabrohim dkk (2003:36) hal-hal yang berkaitan dengan citra ataupun
citraan disebut pencitraan atau pengimajian. Pengimajian digunakan untuk
memberi gambaran yang jelas, menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih
hidup) gambaran dalam pikiran dan pengindraan, untuk menarik perhatian, untuk
memberikan kesan mental, atau bayangan visual penyair menggunakan
gambaran-gambaran angan.
Pencitraan atau pengimajian dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yaitu
(1) citraan penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indra
penglihatan, yang dihasilkan dengan memberi rangsangan indra penglihatan
sehingga hal-hal yang tidak terlihat seolah-olah kelihatan, (2) citraan
pendengaran yang dihasilkan dengan menyebutkan atau menguraikan bunyi suara
atau berupa onomatope dan persajakan yang berturut-turut, (3) citraan
penciuman, (4) citraan pencecapan, (5) citraan rabaan, yakni citraan yang
berupa rangsangan-rangsangan kepada perasaan atau sentuhan, (6) citraan
pikiran/intelektual, yakni citraan yang dihasilkan oleh asosiasi pikiran, (7)
citraan gerak, dihasilkan dengan cara menghidupkan dan memvisualkan sesuatu hal
yang tidak bergerak menjadi bergerak (Jabrohim dkk 2003:39).
• Bahasa Figuratif atau Kiasan
Bahasa figuratif pada dasarnya adalah bentuk penyimpangan dari bahasa
normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk
mencapai arti dan efek tertentu (Jabrohim dkk 2003:42). Pencapaian arti
atau efek tertentu tergantung jenis kiasan yang digunakan.
1. Simile
Simile adalah jenis bahasa figuratif yang menyamakan satu hal dengan hal
lain yang sesungguhnya tidak sama (Jabrohim dkk 2003:44). Sebagai sarana
dalam upaya menyamakan hal yang berlainan tersebut simile menggunakan kata-kata
pembanding seperti: bagai, seperti, sebagai, bak, seumpama, laksana, serupa,
sepantun, dan sebagainya.
2. Metafora
Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal
dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa secara laangsung tanpa kata
pembanding(Jabrohim dkk 2003:45).
4. Personifikasi
Menurut Baribin (1990:50) personifikasi ialah mempersamakan benda dengan
manusia, hal ini menyebabkan lukisan menjadi hidup, berperan menjadi lebih
jelas, dan memberikan bayangan angan yang konkret. Contoh: “awan pun
terdiam”.
5. Metonimi
Metonimi adalah pemindahan istilah atau nama suatu hal atau benda ke suatu
hal atau benda lainnya yang mempunyai kaitan rapat (Jabrohim dkk 2003:51).
Menurut Alternbornd (dalam Baribin 1990:50) metonimia, ialah penggunaan sebuah
atribut dari suatu objek atau penggunaan sesuatu yang sangat dekat berhubungan
dengannya untuk menggantikan objek tersebut. Metonimi juga sering disebut
dengan bahasa kiasan pengganti nama. Misalnya: “senja kian berlalu”. Senja
artinya maut atau kesusahan.
6. Sinekdok
Sinekdoki adalah bahasa figuratif yang menyebutkan suatu bagian penting dari
suatu benda atau hal untuk benda atau hal itu sendiri (Jabrohim dkk 2003: 52).
Menurut Baribin (1990:50) sinekdoki ada dua macam, yakni (1) pars pro toto,
yaitu sebagian untuk keseluruhan; (2) totum pro parte: keseluruhan untuk
sebagian. Contoh pars pro toto: “Tidakkah siapapun lahir kembali di detik
begini” dan “hatimu yang mendengar semesta dunia”. Contoh totum pro parte:
“Sampai engkau bangkit dan seluruh pulau mendengarkan”.
• Versifikasi atau Rima dan Irama
Bunyi dalam puisi menghasilkan versifikasi atau ritma dan rima. Secara umum
ritma dikenal sebagai irama atau wirama, yakni pengertian turun naik, panjang
pendek, keras lembut ucapan bunyi bahasa dengan teratur (Jabrohim dkk 2003:
53).Rima adalah istilah lain dari persajakan atau persamaan bunyi,
sedangkan irama sering juga disebut dengan ritme atau tinggi rendah,
panjang pendek, keras lembut, atau cepat dan lambatnya kata atau baris-baris
suatu puisi bila puisi tersebut dibaca. Rima dan irama ini memiliki peran yang
sangat penting karena keduanya sangat berkaitan dengan nada dan suasana puisi
(Suharianto 2005: 45-49). Contoh penggunaan rima dan irama dalam puisi:
MINANG
Inilah tanah, di mana Sabai dilahirkan
Di mana Malin, si Durhaka, menerima kutukan
di mana kaba ialah sebagian dari kehidupan
dan beragam pantun mengalun dalam kesunyian
Sepi di sini sepi batu dan sepi gunung
Sepi hutan-hutan hijau melingkung
padang-padang lalang sejauh mata merenung
di atasnya mengambang rawan suara lesung
…………………………………………….
(Hartoyo Andang jaya)
Dari contoh puisi tersebut terlihat bagaimana rima dan irama merupakan unsur
yang sangat berperan dalam menghidupkan suatu puisi. Dengan rima dan irama yang
terdapat dalam puisi tersebut, nada dan suasana yang hendak digambarkan penyair
menjadi lebih nyata dan lebih mudah dibayangkan oleh pembacanya.
Berdasarkan jenisnya, rima dibedakan atas tiga macam:
1. Berdasarkan bunyinya, terbagi atas asonansi (rima karena persamaan
vokal) dan aliterasi (rima karena persamaan konsonan),
2. Berdasarkan letakdalam kata, rima terbagi atas rima mutlak (seluruh
vokal dan konsonan sama), rima sempurna (salah satu suku katanya sama), dan
rima tak sempurna (bila dalam salah satu suku kata hanya vokal atau konsonan
saja yang sama),
3. Berdasarkan letaknya dalam baris, rima terbagi atas rima awal
(terdapat pada awal baris), rima tengah, rima horisontal (terdapat pada baris
yang sama), dan rima vertikal (terdapat pada baris yang berlainan), rima
rangkai,rima peluk,rima kembar, rima silang,rima patah.
Rima / sajak
1.
Rima berdasarkan
letak dalam kata
a.
Rima sempurna (penuh)
Dinamakan rima penuh, bila seluruh
suku akhir sama bunyinya.
Misalnya: Jati bersajak dengan hati
Lantai
bersajak dengan pantai
b.
Rima tak sempurna
Dinamakan
sajak tak sempurna bila yang sama bunyinya hanya sebagaian suku akhir atau
huruf akhir saja
Misalnya
: palang
bersajak dengan datang
Padi
bersajak dengan mati
c.
Rima mutlak
Dinamakan rima mutlak, bila yang sama bunyinya
satu kata penuh
Misalnya
: Mendatang-datang
jua
kenangan
masa lampau
Menghilang-hilang jua
Yang dulu sinau-silau
2.
Rima berdasarkan
bunyi
a.
Sajak terbuka
Dinamakan sajak terbuka, bila kata bersajak itu
berakhir vocal yang sama.
Misalnya:
batu
bersajak dengan rindu
Buka
bersajak dengan suka
b.
Sajak tertutup
Dinamakan sajak tertutup, bila kata yang bersajak
itu berakhir konsonan yang sama.
Misalnya
: hilang bersajak dengan datang
Susut bersajak dengan
takut
c.
Sajak alterasi (s.
pangkal atau s. awal)
Dinamakan sajak alterasi, bila yang sama bunyinya
suku awal.
Misalnya
: lalu bersajak dengan lalang
Warna bersajak dengan warta
Lenggang bersajak
dengan lenggok
d.
Sajak asonasi
Dinamakan
sajak asonasi, bila yang bersajak ialah huruf hidup (vocal) yang menjadi
kerangka bunyi kata itu.
Misalnya
: secupak bersajak dengan sesukat
Tumbang bersajak dengan mundam
e.
Sajak disonasi
Dinamakan
sajak disonasi, bila yang bersajak itu huruf mati (konsonan) yang menjadi
kerangka kata itu.
Misalnya
: tindak bersajak dengan tanduk
Compang bersajak dengan
camping
3.
Rima berdasarkan
letak dalam baris:
a.
Sajak awal
Dinamakan
sajak awal, bila kata-kata yang bersajak itu terdapat pada awal kalimat.
b.
Sajak tengah
Dinamakn
sajak tengah, bila kata-kata yang bersajak itu terdapat pada tengah kalimat.
c.
Sajak akhir
Dinamakan
sajak akhir, bila kata-kata yang bersajak itu terdapat pada akhir kalimat.
Contoh
berikut memperlihatkan ke-3 macam sajak (s.awal, s. tengah, s. akhir)
sekaligus:
Dari
mana punai melayang
Dari
sawah turun ke kali
Dari
mana kasih sayang
Dari
mata turun ke hati
d.
Sajak peluk (sajak
berpaut)
Dinamkan
sajak peluk, bila umpamanya puisi itu terdiri atas 4 baris, maka baris ke-1 bersajak
dengan baris ke-4, sedang baris ke-2 bersajak dengan baris ke-3.
Dengan
rumus sajak
1.
…………………….. (a)
2.
…………………….. (b)
3.
…………………….. (b)
4.
…………………….. (a)
e.
Sajak silang (sajak
salib)
Dinamakan
sajak silang kalau letak sajaknya bersilang-silang
Dengan
rumus sajak
1.
…………………….. (a)
f.
Sajak rangkai (sajak
sama)
Dinamkan
sajak rangkai (sama), bila kata-kata pada akhir baris yang beruntun itu sana
bunyinya.
1.
…………………….. (a)
2.
…………………….. (a)
3.
…………………….. (a)
4.
…………………….. (a)
2.
…………………….. (b)
3.
…………………….. (a)
4.
…………………….. (b)
g.
Sajak kembar
Dinamakan
sajak kembar, bila yang bersajak itu dua baris dua baris.
1.
…………………….. (a)
2.
…………………….. (a)
3.
…………………….. (b)
4.
…………………….. (b)
h.
Sajak patah
Dinamakn
sajak patah, bila dalam bait puisi itu ada kata yang tidak mempunyai
pasangan/persamaan bunyi dengan lain.
1.
…………………….. (a) …………………….. (a)
2.
…………………….. (a) …………………….. (b)
3.
…………………….. (b) atau ……………………..
(a)
4.
…………………….. (a) …………………….. (a)
• Tipografi
Tipografi adalah cara penulisan suatu puisi sehingga menampilkan
bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual (Aminuddin 2002: 146).Tipografi
merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris-baris dalam puisi.
Peranan tipografi dalam puisi adalah untuk menampilkan aspek artistik visual
dan untuk menciptakan nuansa makna tertentu.Selain itu, tipografi juga berperan
untuk menunjukan adanya loncatan gagasan serta memperjelas adanya satuan-satuan
makna tertentu yang ingin dikemukakan penyair.
Struktur Batin Puisi
Menurut Waluyo dalam Jabrohim dkk (2003:65) struktur batin mencakup tema,
perasaan penyair, nada atau sikap penyair terhadap pembaca, dan amanat.
• Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi pikiran pengarang (Jabrohim dkk 2003:65).Menurut
Waluyo (2003:17) tema adalah gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan
penyair melalui puisinya.Semua karya terkhusus karya sastra pasti memiliki
tema yang merupakan pokok permasalahan yang diangkat dalam menulis karya sastra
itu.
• Perasaan (Feeling)
Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok pikiran yang ditampilkannya
(Aminuddin 2002:150).Sikap tersebut adalah sikap yang ditampilkan dari
perasaan penyair, misalnya sikap simpati, antipati, senang, tidak senang, rasa
benci, rindu, dan sebagainya.
• Nada dan Suasana
Sikap penyair kepada pembaca disebut nada puisi, sedangkan keadaan jiwa pembaca
setelah membaca puisi atau akibat yang ditimbulkan puisi terhadap perasaan
pembaca disebut suasana. Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap itu
terciptalah suasana puisi.Ada puisi yang bernada sinis, protes, menggurui,
memberontak, main-main, serius (sungguh-sungguh), patriotik, belas kasih
(memelas), mencemooh, kharismatik, filosofis, khusyuk, dan sebagainya (Waluyo
2009:37).
• Amanat
Amanat atau tujuan adalah hal yang mendorong penyair untuk menciptakan
puisinya.Amanat dapat ditemukan setelah mengetahui tema, perasaan, nada,
dan suasana puisi. Amanat yang hendak disampaikan oleh penyair mungkin secara
sadar berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan
amanat yang diberikan (Jabrohim dkk 2003:67).
Sedangkan menurut Waluyo (2003:40) amanat, pesan atau nasehat merupakan kesan
yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi.Cara pembaca menyimpulkan amanat
puisi sangat berkaitan dengan pandangan pembaca terhadap suatu hal.
Amanat berbeda dengan tema.Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti, sedangkan
amanat berkaitan dengan makna karya sastra (Jabrohim dkk 2003:67). Arti dalam
puisi bersifat lugas, objektif dan khusus, sedangkan makna puisi bersifat kias,
objektif, dan umum.