Parangtritis pagi itu..
Pagi itu udara begitu dingin
.Mendung hitam menyelimuti awan disertai rintik hujan menambah gelap suasana
pagi itu. Beberapa saat kemudian hujan berhenti. Segera kulangkahkan kaki
bergegas menuju pantai sambil menikmati udara pagi. Terlihat beberapa warga
sekitar telah memulai aktifitas di pagi ini, ada yang menjajakan cindera mata ,
menyewakan andong, serta pedagang makanan telah membuka warung siap menjual
makanannya.
“ Lid, mandi yuk! Masak pangeran
takut sama air.”Pinta Riski seraya menarik lengan tanganku.
“ Malez ah Riz, gila airnya dingin
banget ,brow.”
“ Ayolah, brow… mumpung kita ke
pantai masak dilewatin begitu aja. Nggak nyesel nih.”
“ Nggak..lebih nyesel lagi kalo gue
mati kedinginan di air. Udah mandi aja
sendiri.” Teriakku sambil mendorong tubuh Rizki.
Rizki bergegas menuju ke pantai
bersama teman – teman yang lain. Sementara aku asyik duduk di tepi pantai sambil menyaksikan hiruk -
pikuk orang- orang yang lalu lalang.
Tiba – tiba aku dikejutkan oleh suara seorang cewek . Rasanya suara itu
tak asing di telingaku. Segera kulangkahkan kaki menuju sumber suara itu
. Ternyata, dugaanku tak meleset. Suara itu , milik seorang cewek yang sangat
spesial di hatiku. Mawardah Jamilah,
itulah nama panjangnya. Teman – temannya memanggilnya dengan sebutan Mawar ,
seorang mahasiswi Fakultas Ekonomi semester IV di Universitas Gajah Mada . Saat
kupandang wajahnya , aku teringat peristiwa dua tahun lalu saat pertama kali
bertemu. Saat itu aku terlibat sebagai panitia OPSPEK mahasiswa baru di UGM.
Sejak saat itu , diam – diam aku selalu memperhatikannya. Aku kagum dengan
kearifannya, budi baiknya , benar – benar seindah namanya. Ingin rasanya berkenalan dengannya. Akan tetapi,
entah kenapa tak ada keberanian untuk mendekatinya.
“ Mawar, ternyata kamu ke sini
juga,“ kataku sambil menghampirinya.
“ Maaf kalo tak salah .. Mas.. Mas
Kholid ya, mahasiswa Fakultas Sastra semester VI, betul kan? “ Jawab Mawar
sambil mengingat – ingat wajah cowok di hadapannya.
“ Kamu , kok tahu namaku. Tahu dari
mana?”
“ Ya ampun, Mas.. siapa sih yang tak
kenal dengan Kholid Hasan . Meskipun aku belum pernah kenalan langsung dengan
Mas setidaknya aku tahu dari teman - teman , “ kata Mawar.
“ Kamu sendiri , teman – temanmu
mana?”
“ Mereka pada main air , Mas. Aku
males aja,airnya dingin banget .”
“Mawar..,” teriak salah satu teman
Mawar dari kejauhan.
“ Ya, sebentar ,” teriak Mawar.
“Mohon maaf, Mas ..aku ke sana dulu,
Assalamualaikum ,”ucap Mawar sebelum berlalu meninggalkanku.
“ Waalaikumsalam ,”
Pertemuan singkatku dengan Mawar
walaupun hanya sekejap membuatku bahagia. Ingin rasanya bisa ngobrol lebih
lama. Akan tetapi , apa daya. Panggilan singkat temannya telah memisahkan kita.
Meskipun hanya semenit , pertemuan itu sangat berarti. Segera kulangkahkan kaki
menuju tempat dudukku semula. Entah kenapa hari ini aku sangat bahagia.
Kuekspresikan perasaanku kuungkapkan lewat untaian kata :
Mawar
di Hati
Parangtritis
Masih
terbayang wajah nan rupawan
Seindah mawar
kau pertemukan
Tiada pernah
bosan
Meski dari
jauh
Kuhanya
memandang
Tiada pernah
jemu
Meski kian
lama kumenatapmu
Tiada pernah
letih
Meski jiwa
ini terus merintih
Mawar di
hati…
Kearifanmu,keindahan
budimu
Menaklukkan
jiwaku.
Setelah kutulis sajak, semangatku
bangkit kembali .Segera kuberlari menuju ke pantai bergabung dengan teman –
teman yang lain. Kulewati hari bahagia ini sambil kunikmati keindahan pantai.
Kuceritakan pada ombak , pada karang , pada pasir , pada air bahwa hari ini
hari terindah dalam hidupku.
*****
Keesokan harinya di campus ,
Sore itu seperti biasa kuberangkat
ke campus. Sejak kejadian kemarin, entah kenapa hari – hariku terasa beda tak
seperti biasanya. Sesampai di campus segera kuparkir motor kesayanganku. Tak
seperti biasa kali ini sengaja kulewat depan gedung H ,kelas fakultas Ekonomi,
dengan penuh harap aku bisa bertemu dengan Mawar kembali. Pucuk dicita ulam
tiba.. kulihat Mawar sedang duduk sendiri di depan kelas . Segera kuhampiri dan
kusapa dia.
“ Mawar…selamat sore ,”sapaku dengan
lembut
“ Eh..Mas Kholid, sore juga, Mas.”
“ Gimana liburan ke pantai kemarin,
asyik nggak?”
“ Ya , lumayan asyik sich. Terus Liburan
Mas kemarin gimana?”
“ Wah, liburan kemarin itu sangat
menggembirakan…” jawabku . Andai saja kau tahu Mawar kemarin itu merupakan hari
terindah di hidupku.
“ Kok sendirian,lagi nunggu
seseorang ya?”tanyaku lagi.
Tiba – tiba dari belakang terdengar
suara laki – laki . Suara itu terasa asing bagiku. Segera kupandang wajah laki
– laki itu sambil bertanya – tanya dalam hati Oh, Tuhan siapa laki – laki ini ,
sepertinya dia akrab sekali dengan Mawar.
“ Mawar, sudah lama ?” Tanya seorang
laki – laki kini tepat di hadapannya.
“ Eh, Mas Rama, baru lima menit yang
lalu, Mas. Oh, ya kenalin ini Mas Khalid ,kakak tingkatku, Dan Mas, Khalid, ini
Mas Rama tunanganku…”
“ Rama… Ramadhani El Karim,” kata
Rama sambil mengulurkan tangannya hendak berjabat tangan denganku.
Segera kuulurkan tanganku juga untuk
berjabat tangan dengannya,“ Khalid…tepatnya Khalid Hasan .”
Mendengar kata tunangan , serasa
petir telah menyambarku. Hancur sudah harapan untuk memetik sang Mawar, cewek
yang selama ini menjadi idaman hatiku.
“ Wah, ternyata Mawar sudah tunangan
ya…kapan menikahnya?Jangan lupa sebar undangan , ya! “
“ Masih lama , Mas…tunangan aja baru
seminggu yang lalu. Nunggu kuliahku selesai dulu,” jawab Mawar,” Pokoknya nanti
kalau sudah tiba saatnya , tenang ja deh..pasti undangannya nyampek .”
“ O, ya udah jam 16.00 aku ada
jadwal kuliah hari ini. Aku permisi dulu ya , assalamuaalaikum .”
“ Waalaikumsalam .”
Aku segera menuju kelasku dengan
perasaan sedih sekaligus terluka. Pupus sudah harapan tuk bisa memetik sang
Mawar. Ya, ini sudah suratan takdir apa mau dikata. Kan kusimpan perasaan
cintaku kepada Mawar di lubuk hatiku yang paling dalam. Aku sadar, meskipun aku
tidak bisa memiliki Mawar , setidaknya aku bahagia bisa mengenalnya dan
mengakrabinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar