A. Teori Pemerolehan Bahasa
Pemerolehan bahasa adalah proses pemilikan kemampuan berbahasa, baik
berupa pemahaman ataupun pengungkapan, secara alami, tanpa melalui kegiatan
pembelajaran formal. Dengan kata lain, kegiatan ini dilakukan anak tanpa sadar,
tanpa beban, serta berlangsung secara informal dan dalam konteks berbahasa yang
bermakna.
Beberapa ahli psikolinguistik mengemukakan bahwa teori pemerolehan
bahasa dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
1.
teori behaviorisme
Teori ini dikemukakan oleh Bloom dan Skinner
. Menurut teori ini , semua pengetahuan dalam
bahasa manusia yang tampak dalam perilaku berbahasa merupakan hasil dari
integrasi peristiwa – peristiwa linguistik yang dialami dan diamati oleh
manusia itu. Pengetahuan linguistik dibentuk oleh rangkaian hubungan antara stimulus dan
respon. Bayi tidak akan dapat menghasilkan bunyi yang bermakna jika pada
dirinya tidak diberikan rangsangan atau stimulus. Dengan adanya stimulus ini
bayi selalu memberikan respon.
2.
teori nativisme
Teori ini dikemukakan oleh Chomsky .
Menurut teori ini , setiap anak yang lahir telah memiliki sejumlah kapasitas
atau potensi bahasa yang pada perkembangannya potensi ini akan ikut menentukan
struktur bahasa yang akan digunakan. Sejak lahir seorang anak sudah memiliki piranti
pemerolehan bahasa disebut Language
Acquisition Device (LAD). LAD ini yang memproses masukan dari lingkungan dan
kemudian menghasilkan bahasa yang diujarkan. Dengan piranti itu ia mempunyai
potensi untuk mempelajari bahasa
sesuai bahasa
lingkungannya.
3.
teori kognitif
Teori ini dikemukakan oleh Piaget . Menurut teori ini , pemerolehan
bahasa anak sangat berhubungan dengan perkembangan intelektual atau
kognitifnya. Struktur bahasa baru akan dikuasai jika dasar kemampuan
kognitifnya sudah ada. Anak harus memiliki kemampuan konseptual mengenai
sesuatu.
Ketiga teori tersebut
merupakan teori yang sesuai dengan pemerolehan bahasa anak. Ketiga teori ini
sebetulnya sangat berhubungan erat. Ketiganya saling mempengaruhi satu sama
lain. Perkembangan pemerolehan bahasa anak memerlukan rangsangan yang terus
menerus berupa kata-kata yang diulang sesering mungkin sejalan dengan teori
behaviourisme. Sementara itu, anak pun
telah dibekali dengan LAD yang ada di otak sesuai dengan teori nativisme. Oleh
sebab itu ,nutrisi otak melalui asupan gizi seimbang, harus dioptimalkan sejak
usia dini.
B.
Proses Pemerolehan Bahasa Anak
usia 3 – 6 tahun.
Kemampuan
berbahasa anak tidak diperoleh sekaligus. Akan tetapi , kemampuan berbahasa ini
dimiliki anak melalui tahap-tahap berikut
:
- Tahap pralinguistik, yaitu fase perkembangan bahasa di mana anak belum mampu menghasilkan bunyi-bunyi yang bermakna. Bunyi yang dihasilkan seperti tangisan, rengekan, dekutan, dan celotehan hanya merupakan sarana anak untuk melatih gerak artikulatorisnya sampai ia mampu mengucapkan kata-kata yang bermakna.
- Tahap satu-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang baru mampu menggunakan ujaran satu-kata. Satu-kata itu mewakili ide dan tuturan yang lengkap.
- Tahap dua-kata, yaitu fase anak telah mampu menggunakan dua kata dalam pertuturannya.
- Tahap banyak-kata, yaitu fase perkembangan bahasa anak yang telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga-kata atau lebih dengan penguasaan gramatika yang lebih baik.
Pada usia 3 – 6 tahun , proses pemerolehan bahasa anak adalah
sebagai berikut :
1.
Pemerolehan dalam bidang
fonologi . Pada usia 3 tahun , anak sudah dapat mengucapkan bunyi / r /, bunyi
hambat , bunyi frikatif dan bunyi afrikat.
2.
Pemerolehan dalam bidang sintaksis. Perkembangan bahasa anak usia 3 -6
tahun , telah mampu bertutur dengan menggunakan tiga kata atau lebih dengan
penguasaan gramatika yang lebih baik . Anak usia ini telah mampu bercerita , mengunakan
kata sesudah dan sebelum , menggunakan kalimat kompleks dan kalimat interogatif
.
3.
Pemerolehan dalam bidang
leksikon . Macam kata yang dikuasai anak pada usia ini adalah nomina , verba ,
adjektiva dan kata fungsi . Sedangkan untuk mementukan makna , anak harus
menganalisis segala macam fiturnya sehingga makna yang diperolehnya itu sama
dengan makna yang dipakai orang dewasa. Pada umumnya , dalam hal penetuan
makna, anak mengikuti prinsip
overextension ( penggelembungan makna ) berdasarkan bentuk , ukuran , gerakan ,
bunyi dan tekstur atau menggunakan prinsip underextension ( penciutan makna )
dengan membatasi makna hanya pada referen yang telah dirujuk.
4.
Pemerolehan dalam bidang
pragmatik .Pada usia ini , anak belum mampu membedakan pemakaian pronomina
orang kedua seperti kamu , engkau , saudara , anda , bapak , ibu . Selain itu ,
belum mampu menguasai tata krama dalam bahasa khususnya dalam Bahasa Jawa. Mengenai
perkembangan percakapan , hanya sekitar 19 % dari tanggapan anak yang relevan
dengan topik yang dibicarakan.
C.
Perkembangan bahasa anak usia
3-6 tahun.
Perkembangan bahasa anak dipengaruhi banyak faktor,
seperti faktor biologis, lingkungan sosial, intelegensi, dan motivasi.
Faktor-faktor itu memiliki peran yang sama pentingnya . Kemampuan bahasa pada umumnya dapat dibedakan atas kemampuan reseptif
(mendengar dan memahami) dan kemampuan ekspresif (berbicara). Berikut tabel perkembangan bahasa pada anak
normal :
Umur
|
Kemampuan Reseptif
|
Kemampuan Ekspresif
|
Lahir
|
Melirik ke sumber suara
Memperlihatkan ketertarikan
terhadap suarasuara
|
Menangis
|
2 – 4 bulan
|
Tertawa dan mengoceh tanpa arti
|
|
6 bulan
|
Memberi respon jika namanya
dipanggil
|
Mengeluarkan suara yang
merupakan kombinasi huruf
hidup (vowel) dan huruf mati
(konsonan)
|
9 bulan
|
Mengerti dengan katakata
yang
rutin (dada)
|
Mengucapkan “mama”,
“dada”
|
12 bulan
|
Memahami dan menuruti
perintah sederhana
|
Bergumam
Mengucapkan satu kata
|
15 bulan
|
Menunjuk anggota tubuh
|
Mempelajari katakata
Dengan perlahan
|
18 – 24 bulan
|
Mengerti kalimat
|
Menggunakan/merangkai dua
kata
|
24 – 36 bulan
|
Menjawab pertanyan
Mengikuti 2 langkah perintah
|
Frase 50% dapat dimengerti
Membentuk 3 (atau lebih)
kalimat
Menanyakan “apa”
|
36 – 48 bulan
|
Mengerti banyak apa yang
diucapkan
|
Menanyakan “mengapa”
Kalimat 75% dapat dimengerti,
bahasa sudah mulai jelas,
menggunakan lebih dari 4 kata
dalam satu kalimat
|
48 – 60 bulan
|
Mengerti banyak apa yang
dikatakan, sepadan dengan
fungsi kognitif
|
Menyusun kalimat dengan baik
Bercerita
100% kalimat dapat dimengerti
|
6 tahun
|
Pengucapan bahasa lebih jelas
|
D. Data Penelitian
Data berikut merupakan hasil dari penelitian
kami mengenai perkembangan bahasa anak
usia 3 – 6 tahun.
Nama anak :
Nurma Himmatul Mahmudah
Tempat , tgl. Lahir :
Kediri , 6
November 2003
Umur :
6 tahun lebih 1 bulan
Nama ayah :
Moh. Shobirin
Nama Ibu :
Umi Hajar
Pendidikan ayah :
SMA
Ibu :
SMA
Pekerjaan ayah :
Petani
Ibu :
Ibu rumah tangga
Alamat :
Jatisari – Kepung – Kediri
2.
Kemampuan bahasa anak
Kemampuan bahasa anak cukup baik , anak tersebut mampu berbicara ,
membaca dengan lancar dan menulis . Selain itu, anak tersebut dapat menirukan
bunyi suara, berhitung , bercerita
dengan runtut dan bernyanyi mulai lagu anak – anak sampai lagu
dewasa.
3. Pemahaman orang tua tentang
pemerolehan bahasa
Pemahaman orang tua terhadap pemerolehan bahasa anak cukup baik . Sejak kecil, ibunya selalu memberikan
stimulus dengan menyanyikan beberapa lagu anak – anak . Selain itu , si ibu
juga aktif mengajak anak tersebut berbicara / berkomunikasi . Sejak umur 3 tahun , anak tersebut sudah mulai diperkenalkan dengan
huruf . Sang Ibu juga sering
mendongeng. Mendongeng bermanfaat untuk menambah perbendaharaan kata anak.
Melalui dongeng anak bisa mengenal kata gunung, danau, hutan dan perahu yang
kadang jarang ditemui pada percakapan sehari-hari. Pada usia 5 tahun anak
tersebut dimasukkan ke sekolah TK , dalam waktu yang sangat singkat anak
tersebut telah bisa membaca.
4. Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi anak cukup terpenuhi . Setiap hari sang ibu
selalu memberikan makanan yang sehat dan bergizi . Selain itu , 2 gelas susu
sehari selalu ibu berikan setiap pagi
dan malam sebelum tidur .
5. Masalah perkembangan
bahasa
Sejauh ini , tidak ada masalah dengan perkembangan bahasa anak .Anak
tersebut mampu berbicara dengan baik , bercerita sederhana , bernyanyi dan
membaca dengan lancar .
6. Lingkungan keluarga dan
sekitarnya .
Nurma dilahirkan dilingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat yang
religius . Sejak kecil , ibunya selalu mengajarinya untuk terbiasa berbicara
baik . Selain itu , penanaman pendidikan agama sejak dini , telah diterapkan
orang tuanya dengan mengajarinya membaca Al Qur’an , hafalan surat
– surat pendek dan
do’a sehari – hari .
1.
Nama anak :
Ahfal Al Farisi
Tempat , tgl. Lahir :
Kediri , 15
Oktober 2003
Umur :
6 tahun lebih 2 bulan
Nama ayah :
Moh. Djamil
Nama Ibu :
Syarifa Al Mufida
Pendidikan ayah :
S1
Ibu :
S1
Pekerjaan ayah :
Wiraswasta
Ibu :
Wiraswasta
Alamat :
Jatisari – Kepung – Kediri
2.
Kemampuan bahasa anak
Kemampuan bahasa anak kurang baik , anak tersebut mampu berbicara , akan
tetapi anak tersebut cenderung pendiam apabila berada di dekat anak / orang
yang belum akrab dengannya . Sudah mengenal huruf akan tetapi belum mampu
membaca dengan lancar.
3. Pemahaman orang tua tentang
pemerolehan bahasa
Pemahaman orang tua terhadap pemerolehan bahasa anak cukup baik . Akan tetapi karena kesibukan orang tuanya ,
sehingga perhatian orang tua terutama sang ibu sangat kurang . Sehingga hal
tersebut berpengaruh terhadap perkembangan bahasanya.
4. Kesehatan dan gizi
Kesehatan dan gizi anak cukup terpenuhi . Setiap hari sang ibu
selalu memberikan makanan yang sehat dan bergizi . Selain itu , 2 gelas susu
sehari selalu ibu berikan setiap pagi
dan malam sebelum tidur .
5. Masalah perkembangan
bahasa
Sejauh ini , anak tersebut telah mampu berbicara . Akan tetapi anak tersebut cenderung pendiam apabila berada di dekat anak
/ orang yang belum akrab dengannya .
6.
Lingkungan keluarga dan sekitarnya .
Karena kesibukan orang tuanya , setiap hari Ahfal dititipkan kepada
neneknya . Sementara neneknya, juga sibuk mengurus kakeknya yang sedang sakit .
Sehingga perhatian keluarga , orang tua terutama sang ibu sangat kurang .
Selain itu , Ahfal juga jarang bermain dengan teman sebayanya di lingkungan
sekitar rumahnya .Sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan
bahasanya dan ia cenderung menjadi anak pendiam.
E. Simpulan
Dalam usia 3 - 6 tahun, umumnya anak-anak normal telah dapat
menguasai bahasa ibunya dengan baik. Berdasarkan teori, pemerolehan bahasa yang
cepat seperti itu ditempuh anak secara informal dengan strategi berikut ini :
- Mengingat masukan bahasa yang didengar dari anggota sosial anak seperti ayah, ibu, saudara, teman dan tetangga.
- Meniru bahasa yang didengarnya. Peniruan ini tidak terlalu persis. Penyebabnya, selain karena kemampuan otak, alat ucap, dan penguasaan kaidah bahasa anak masih berkembang, juga karena anak memiliki kreativitas berbahasa. Jadi, peniruan ini bersifat kreatif.
- Mengalami langsung kegiatan berbahasa dalam konteks yang sesungguhnya. Pengalaman ini merupakan sarana latihan berbahasa anak yang tak jarang diwarnai oleh eksperimen atau uji coba.
- Bermain sendiri atau dengan orang lain. Kegiatan bermain ini sekaligus berfungsi sebagai sarana anak dalam berlatih bahasa.
- Penyederhanaan atas tuturan orang dewasa yang didengar, diingat, dan dicontohnya.
DAFTAR PUSTAKA
-
Chaer , Abdul . Psikolinguistik Kajian Teoritik . Bandung :Rineka Cipta
-
Djardjowidjojo , Soenjono . Psikolinguistik
Pengantar Pemahaman Bahasa . Yayasan Obor Indonesia : Unika Atmajaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar