Detoksifikasi Tubuh
Melalui Pengaturan Pola Makan
12-12-2011 |
Bekti-medicastore.com
Detokx
atau detoksifikasi mulai populer saat ini. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang
mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya.
Detox sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya
(toxin) dari dalam tubuh. Beberapa orang melaporkan menjadi lebih fokus &
energik setelah melakukan program detoksifikasi tubuh. Meskipun, menurut para
ahli, hal tersebut dapat dikarenakan adanya keyakinan bahwa mereka telah
melakukan hal yang bermanfaat terhadap tubuh.
Karena
masih kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa proses detoksifikasi dapat
membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat kalangan medis masih
meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut. Pada proses alami
tubuh, sebagian besar bahan berbahaya (toxin) yang masuk kedalam tubuh akan
dihilangkan lewat ginjal & hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air
seni & feses.
Untuk mengetahui
lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan
pola makan (detox diet) ini, dapat dilihat pada artikel berikut, yang
medicastore ambil dari berbagai sumber.
Banyak
cara untuk melakukan detoksifikasi, bisa dengan diet makanan tertentu, mandi
lumpur, terapi dengan air laut, terapi dengan bahan herbal, terapi urin
dll.Untuk detoksifikasi melalui pengaturan pola makan (detox diet), bisa dengan
mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayur & buah atau mengkonsumsi
suplemen herbal tertentu dalam bentuk serbuk maupun kapsul.
Biasanya
program detoksifikasi lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini dimulai
dengan suatu periode puasa, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan pola makan
secara ketat (hanya mengkonsumsi sayur & buah mentah, jus buah, air, dll)
serta konsumsi suplemen atau teh tertentu, untuk kemudian diakhiri dengan
pembersihan usus besar (colon). Sebagian besar proses detoksifikasi tersebut
berjalan selama 7-10 hari.
Ide
dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) adalah
dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan berbahaya
(toxin). Sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut. Tubuh
sendiri juga telah mempunyai mekanisme tersendiri yang dapat mengeluarkan zat
berbahaya tersebut dari dalam tubuh.
Manfaat
dari proses detoksifikasi tubuh sendiri hingga saat ini masih diperdebatkan.
Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama karena
tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar
membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.
Bagi
yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah
melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan
dari tubuh mereka. Tetapi hal tersebut dapat juga terjadi karena pengaturan
pola makan yang telah dilakukan.Pada proses detoksifikasi dengan pengaturan
pola makan (detox diet) biasanya mereka menjadi :
1. Mengkonsumsi
lebih banyak air
2. Mengkonsumsi
lebih sedikit / tidak sama sekali alkohol & kafein
3. Mengkonsumsi
lebih sedikit lemak & protein dari hewan
4. Mengkonsumsi
lebih sedikit makanan olahan menjadi banyak mengkonsumsi makanan segar &
berserat seprti sayur & buah-buahan.
Pada
akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan
manfaat pada tubuh. Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur &
buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan
yang berlemak.
Detoksifikasi
tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan
seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh. Tetapi banyak
orang yang salah mengartikan hal tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat
badan. Padahal efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka
mengurangi / bahkan tidak mengkonsumsi sama sekali makanan yang mengandung
karbohidrat & lemak saat melakukan proses detoksifikasi. Berikut adalah
beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan detoksifikasi tubuh :
a. Detoksifikasi
dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan untuk dilakukan oleh
remaja. Hal ini karena remaja masih membutuhkan kalori & protein yang cukup
untuk mendukung masa pertumbuhan & perkembangannya. Sehingga diet yang
melibatkan pengaturan ketat terhadap makanan tertentu, sangat tidak dianjurkan.
Terutama apabila remaja tersebut termasuk aktif melakukan aktifitas fisik
seperti berolahraga.
b. Detoksifikasi
dengan pengaturan pola makan (detox diet) juga tidak disarankan untuk dilakukan
oleh mereka yang mempunyai masalah kesehatan, seperti : diabetes, penyakit
jantung atau masalah kesehatan kronis lainnya. Demikian juga bagi wanita hamil
& mereka yang mempunyai gangguan pola makan, detox diet juga sebaiknya
dihindari.
c. Suplemen
untuk detoksifikasi dapat mempunyai efek samping. Banyak dari suplemen yang
digunakan untuk proses detoksifikasi sebenarnya merupakan laksativa, yaitu
suatu bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar. Suplemen yang
mempunyai sifat laksativa dapat menimbulkan efek samping seperti dehidrasi,
ketidak seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem pencernaan.
Proses
detoksifikasi tidak dapat menghilangkan lemak dalam tubuh. Banyak orang yang
melakukan detoksifikasi merasa turun berat badannya, padahal sebagian besar
yang hilang tersebut adalah air & sedikit massa otot. Orang tersebut juga
akan bertambah lagi berat badannya bila telah menyelesaikan program
detoksifikasinya.
Detox
diet hanya dapat dijalankan dalam jangka pendek. Karena pengaturan pola makan
tersebut dapat mengganggu sistem metabolisme, maka program detoksifikasi dengan
pengaturan pola makan dianjurkan hanya untuk dilakukan dalam jangka pendek
saja.
Menjaga
kesehatan memang sangat penting untuk dilakukan, karena mencegah tetap akan
lebih baik daripada mengobati. Tetapi disarankan, agar kita juga dapat bijak
untuk memilih program pencegahan yang akan dilakukan supaya tujuan akhir untuk
tetap sehat, dapat tercapai. Melakukan aktifitas fisik secara rutin &
mengatur pola makan tetap sehat & seimbang, terbukti merupakan salah satu
cara untuk menjaga kesehatan yang dapat kita lakukan.
2.2 Analisis
2.2.1 Tema
Artikel ini memiliki tema cara mengeluarkan racun
dari tubuh. Tema merupakan perumusan dari kristalisasi topik – topik yang akan
dijadikan landasan pembicaraan atau tujuan yang akan dicapai melalui topik
tersebut ( Gorys,keraf,1984 : 107 ). Tema memiliki 4
sifat:
a. kejelasan
b. kesatuan
c. perkembangan
d. keaslian
Tema artikel ini
“ cara mengeluarkan racun dari tubuh (
detoksifikasi ). Tema ini memiliki 4 sifat di atas yakni jelas dari
kalimatnya dan mengandung gagasan utama. Semua gagasan yang ada memiliki nilai
kesatuan karena mengacu pada tema. Isi
dari artikel ini dikembangkan secara logis,urut,dan teratur mulai dari awal
hinga akhir. Keaslian idenya pun juga diperhatahankan dari tiap kata yang
ditulisnya mengungkapkan fakta dan kemapuan sendiri dari tema yang ada.
2.2.2
Topik
Topik adalah
preposisi yang berwujud frase atau kalimat yang di dalamnya terdapat inti
topik. Ciri utama sebuah topik adalah cakupannya nasih bersifat umum dan belum
diurailan secaraa lebih mendetail. Topik di dalam artikel “ Detoksifikasi Tubuh
Melalui Pengaturan Pola Makan” pola
melakukan detoksifikasi dan proses melakukan detoksifikasi. 2 topik inilah
yang nantinya akan dikembangkan di dalam artikel ini yang akan menjadi sorotan
utama. Meskipun 2 topik yang dibahas tapi tetap menuju kepada 1 tema yaitu
detoksifikasi tubuh.
2.2.3
Struktur
Artikel
Struktur adalah suatu cara
bagaimana sesuatu itu disusun atau dibangun. Struktur artikel adalah komponen –
komponen artikel yang terjalin di dalam suatu organisasi yang utuh. Berikut
akan dibahas struktur artikel,
1.
Judul
( head )
Struktur
artikel yang pertama adalah judul. Judul merupakan bagian terkecil dari suatu
wacana. Sifat judul adalah spesifik dan informatif. Seseorang yang sudah
membaca judul suatu artikel atau wacana akan memiliki sebuah gambaran tentang
apa yang dibacanya. Tak terkadang juga sebuah judul akan mampu menarik minat
seseorang untuk membaca artikel itu. Artikel ini diawali dengan sebuah judul “
Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan”.
2.
Nama
penulis
Nama
penulis penting sekali untuk diketahui oleh seorang pembaca hal ini bertujuan
untuk mengetahui kebenaran dan sebagai penanggung jawab sebuah hasil karya. Artikel
ini ditulis oleh seorang dengan nama Bekti.
3.
Prolog
( pembukaan tulisan atau intro)
Prolog
pembuka sebuah wacana sebagi pengantar seseorang masuk ke dalam sebuah
pembahasan yang penting. Berikut prolog dari artikel ” Detoksifikasi Melalui
Pengaturan Pola Makan”
Detokx
atau detoksifikasi mulai populer saat ini. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang
mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya.
Detox sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya
(toxin) dari dalam tubuh. Beberapa orang melaporkan menjadi lebih fokus &
energik setelah melakukan program detoksifikasi tubuh. Meskipun, menurut para
ahli, hal tersebut dapat dikarenakan adanya keyakinan bahwa mereka telah
melakukan hal yang bermanfaat terhadap tubuh.
Dari
paragraf di atas prolog terdapat pada 1 paragraf di awal setelah judul dan nama
pengarang.
4.
Bridge
Jembatan
antara intro dan pokok bahasan. Bisa
berupa dua,tiga pernyataan. Jembatan ini terletak setelah prolog. Jembatan ini
memiliki fungsi untuk membawa pembaca agar mulai masuk di dalam isi dan akan
terus tertarik untuk membaca.
Karena
masih kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa proses detoksifikasi dapat
membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat kalangan medis masih
meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut. Pada proses alami
tubuh, sebagian besar bahan berbahaya (toxin) yang masuk kedalam tubuh akan
dihilangkan lewat ginjal & hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air
seni & feses.Untuk mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi
tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini, dapat dilihat pada
artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai sumber.
Jembatan bahasan pokok dan prolog
terletak di paragraf kedua sebanyak 1 paragraf. Penulis berusaha menjelaskan
kalau proses detoksifikasi merupakan hal yang masih sangat diragukan karena
kurangnya bukti secara medis. Proses detoksifikasi secara alami sudah dilakukan
tubuh dengan cara membuang feses. Akan tetapi penulis bersaha memberikan
fakta dan bukti tentang detoksifikasi
yang diambil dari berbagai sumber yang relefan.
5.
Isi
,
Paparan
masalah, biasanya berupa sub – sub judul ,Isi paparan artikel kadang berupa sub
sub judul dan penjelasn proses – proses sebuah komponen.
Berikut
isi dari artikel ini:
Banyak
cara untuk melakukan detoksifikasi, bisa dengan diet makanan tertentu, mandi
lumpur, terapi dengan air laut, terapi dengan bahan herbal, terapi urin
dll.Untuk detoksifikasi melalui pengaturan pola makan (detox diet), bisa dengan
mengkonsumsi makanan yang kaya serat seperti sayur & buah atau mengkonsumsi
suplemen herbal tertentu dalam bentuk serbuk maupun kapsul.
Biasanya
program detoksifikasi lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini dimulai
dengan suatu periode puasa, kemudian dilanjutkan dengan pengaturan pola makan
secara ketat (hanya mengkonsumsi sayur & buah mentah, jus buah, air, dll)
serta konsumsi suplemen atau teh tertentu, untuk kemudian diakhiri dengan
pembersihan usus besar (colon). Sebagian besar proses detoksifikasi tersebut
berjalan selama 7-10 hari.
Ide
dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet)
adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan
berbahaya (toxin). Sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut.
Tubuh sendiri juga telah mempunyai mekanisme tersendiri yang dapat mengeluarkan
zat berbahaya tersebut dari dalam tubuh.
Manfaat
dari proses detoksifikasi tubuh sendiri hingga saat ini masih diperdebatkan.
Banyak yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama karena
tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat
benar-benar membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.
Bagi
yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah
melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan
dari tubuh mereka. Tetapi hal tersebut dapat juga terjadi karena pengaturan
pola makan yang telah dilakukan.Pada proses detoksifikasi dengan pengaturan
pola makan (detox diet) biasanya mereka menjadi :
1. Mengkonsumsi
lebih banyak air
2. Mengkonsumsi
lebih sedikit / tidak sama sekali alkohol & kafein
3. Mengkonsumsi
lebih sedikit lemak & protein dari hewan
4. Mengkonsumsi
lebih sedikit makanan olahan menjadi banyak mengkonsumsi makanan segar &
berserat seprti sayur & buah-buahan.
Pada
akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan
manfaat pada tubuh. Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur &
buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan
yang berlemak.
Detoksifikasi
tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan
seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh. Tetapi banyak
orang yang salah mengartikan hal tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat
badan. Padahal efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi
/ bahkan tidak mengkonsumsi sama sekali makanan yang mengandung karbohidrat
& lemak saat melakukan proses detoksifikasi. Berikut adalah beberapa hal
yang harus diperhatikan saat melakukan detoksifikasi tubuh,
a. Detoksifikasi
dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan untuk dilakukan oleh
remaja. Hal ini karena remaja masih membutuhkan kalori & protein yang cukup
untuk mendukung masa pertumbuhan & perkembangannya. Sehingga diet yang
melibatkan pengaturan ketat terhadap makanan tertentu, sangat tidak dianjurkan.
Terutama apabila remaja tersebut termasuk aktif melakukan aktifitas fisik
seperti berolahraga.
b. Detoksifikasi
dengan pengaturan pola makan (detox diet) juga tidak disarankan untuk dilakukan
oleh mereka yang mempunyai masalah kesehatan, seperti : diabetes, penyakit
jantung atau masalah kesehatan kronis lainnya. Demikian juga bagi wanita hamil
& mereka yang mempunyai gangguan pola makan, detox diet juga sebaiknya
dihindari.
c. Suplemen
untuk detoksifikasi dapat mempunyai efek samping. Banyak dari suplemen yang
digunakan untuk proses detoksifikasi sebenarnya merupakan laksativa, yaitu
suatu bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar. Suplemen yang
mempunyai sifat laksativa dapat menimbulkan efek samping seperti dehidrasi, ketidak
seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem pencernaan.
Proses
detoksifikasi tidak dapat menghilangkan lemak dalam tubuh. Banyak orang yang
melakukan detoksifikasi merasa turun berat badannya, padahal sebagian besar
yang hilang tersebut adalah air & sedikit massa otot. Orang tersebut juga
akan bertambah lagi berat badannya bila telah menyelesaikan program
detoksifikasinya.
Detox
diet hanya dapat dijalankan dalam jangka pendek. Karena pengaturan pola makan
tersebut dapat mengganggu sistem metabolisme, maka program detoksifikasi dengan
pengaturan pola makan dianjurkan hanya untuk dilakukan dalam jangka pendek
saja.
Paragraf
ketiga hingga paragraf terakhir merupakan isi dari artikel. Isinya menjelaskan
pola dan proses detoksifikasi yang benar.
6.
Penutup
( closing ) bisa berupa kesimpulan
atau ajakan.
Penutup berisi uraian penulis
tentang apa yang sudah ditulisnya dan kadang juga berupa ajakan untuk mengikuti
apa yang sudah ditulisnya. Di bawah ini merupakan penutup dari artikel .
Menjaga kesehatan memang sangat
penting untuk dilakukan, karena mencegah tetap akan lebih baik daripada
mengobati. Tetapi disarankan, agar kita juga dapat bijak untuk memilih program
pencegahan yang akan dilakukan supaya tujuan akhir untuk tetap sehat, dapat
tercapai. Melakukan aktifitas fisik secara rutin & mengatur pola makan
tetap sehat & seimbang, terbukti merupakan salah satu cara untuk menjaga
kesehatan yang dapat kita lakukan.
Artikel ini
ditutup dengan 1 paragraf terakhir yang berisikan sebuah kesimpulan bahwa menjaga
kesehatan lebih penting daripada mengobati. Tidak hanya berisi kesimpulan
tetapi juga berisi saran agar bijak memilih program pencegahan kesehatan.
Selain itu penulis juga mengajak agar melakukan olahraga dan mengatur pola makan yang seimbang agar tetap
sehat.
2.2.4
Penanda
Kohesi dan Koherensi
A. Kohesi
Kohesi dan
koherensi adalah dua unsur yang menyebabkan sekelompok kalimat membentuk
kesatuan makna. Kohesi merupakan hubungan pengaitan antarproposisi yang
dinyatakan secara eksplisit oleh unsur-unsur gramatikal dan semantik dalam
kalimat-kalimat yang membentuk wacana (Hasan Alwi, 2003: 427). Kohesi mengacu
pada keterkaitan makna yang menghubungkan suatu unsur dengan unsur sebelumnya
dalam teks apabila interpretasi sejumlah unsur dalam sebuah teks tergantung
pada unsur lainnya.
Kohesi secara
garis besar dapat diklasifikasi menjadi dua. Berdasarkan pilihan bentuk yang
digunakannya, antara lain.
a. Kohesi gramatikal, yaitu hubungan kohesif
yang dicapai dengan penggunaan elemen dan aturan gramatikal, meliputi
referensi, substitusi, dan ellipsis,dan konjungsi;
b. Kohesi leksikal, yaitu efek kohesif yang
dicapai melalui pemilihan kosakata.
Menurut Untung
Yuwono dalam bukunya yang berjudul Pesona Bahasa menyatakan bahwa kohesi tidak
datang dengan sendirinya, tetapi diciptakan secara formal oleh alat bahasa yang
disebut pemarkah kohesi, misalnya kata ganti, kata tunjuk, kata sambung, dan
kata yang diulang.
Pemarkah kohesi
yang digunakan secara tepat menghasilkan kohesi leksikal dan kohesi gramatikal.
Kohesi leksikal adalah hubungan semantis antarunsur pembentuk wacana dengan
memanfaatkan unsur leksikal atau kata yang dapat diwujudkan dengan reiterasi
dan kolokasi. Reiterasi adalah pengulangan kata-kata pada kalimat berikutnya
untuk memberikan penekanan bahwa kata-kata tersebut merupakan fokus
pembicaraan. Reiterasi dapat berupa repetisi, sinonimi, hiponimi, metonimi, dan
antonimi. Sedangkan kolokasi adalah hubungan antarkata yang berada pada
lingkungan atau bidang yang sama.
Berdasarkan
analisis artikel “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan “ dijumpai
berbagai macam kohesi diantaranya.
1.
Kohesi
Gramatikal
a)
Konjungsi
Konjungsi adalah salah satu jenis
kohesi gramatikal yang dilakukan dengan cara menghubungkan unsur yang satu
dengan unsur yang lain dalam wacana.
Artikel ini memiliki banyak sekali
konjungsi,diantaranya berikut ini :
1) Meskipun belum ada bukti
ilmiah yang mendukungnya, tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk
mencobanya.
2) Karena masih kurangnya
bukti yang menunjukkan bahwa proses
detoksifikasi dapat membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat
kalangan medis masih meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut.
3) Biasanya
program detoksifikasi lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini dimulai
dengan suatu periode puasa, kemudian
dilanjutkan dengan pengaturan pola makan secara ketat (hanya mengkonsumsi sayur
& buah mentah, jus buah, air, dll).
4) Ide
dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet)
adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan
berbahaya (toxin) sehingga tubuh
akan terbebas dari zat berbahaya tersebut.
5)
Banyak yang mendukung tetapi banyak juga
yang menyangsikan, terutama tidak adanya bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar
membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.
6) Banyak
yang mendukung tetapi banyak juga
yang menyangsikan.
7) Bagi
yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah
melakukan proses detoksifikasi karena
bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka.
8) Tetapi hal tersebut
dapat juga terjadi karena pengaturan
pola makan yang telah dilakukan.
Contoh – contoh
kalimat di atas mengandung berbagai macam konjungsi. Kalimat 2),7),dan 8)
mengandung konjungsi karena. Kalimat
2) konjungsi karena menyatakan
kalimat pertama sebagai akibat dari kalimat kedua. Hal ini berbeda dengan
kalimat 7) dan 8) yang menyatakan kalimat pertama adalah sebab dari kalimat
kedua yang menyatakan akibat.
Kalimat 1)
merupakan konjungsi subordinatif,di dalam kalimatnya terdapat kata meskipun. Meskipun menunjukkan sebuah
pertentangan antara belum adanya penelitian ilmiah dengan kepercayaan orang
tentang pentingnya detoksifikasi.
Kalimat 6) dan
8) mengandung konjungsi koordinatif yaitu tetapi
yang isinya banyak sekali orang yang mendukung proses detoksifikasi tubuh
tetapi juga banyak yang menyangsikannnya.
Kalimat 2) dan
5) terdapat konjungsi subordinatif bahwa.
Konjungsi ini menjelaskan kalimat pertama merupakan pernyataan dan kalimat
kedua adalah penjelasannya.
Kalimat 4)
merupakan konjungsi subordinatif terdapat kata sehingga yang memisahkan kalimat pertama sebagai sebab dan kalimat
sesudahnya sebagai akibat. Kalimat 3) merupakan konjungsi koordinatif karena
terdapat kata kemudian yang isinya menjelaskan sebuah urutan tentang
proses detoksifikasi.
b)
Referensi
Referensi adalah
hubungan antara satuan bahasa, benda, atau hal yang terdapat di dunia yang
diacu oleh satuan bahasa tersebut. Secara sintaktis dapat
dikatakan bahwa dalam bahasa Indonesia referensi unsur kalimat dimarkahi oleh
pewatas berikut ini.
a. Artikula: si, sang, dan yang;
b. Demonstrativa: ini, itu, sini, sana, dan
situ;
c. Pronomina: saya, kami, mereka, -ku, -mu,
dan -nya;
d. Numeralia: satu, kedua;
e. Nama diri: Tian, Ulva, Rizky;
f. Nomina pengacu: Bapak, Ibu, Saudara.
Artikel ini memiliki sifat
pengacuan atau referensi yang ada sebagai berikut ,
a) Detokx
atau detoksifikasi mulai populer saat
ini.
b)
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox
diet) ini, dapat dilihat pada
artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai sumber.
c) Pada akhirnya
pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan manfaat
pada tubuh.
d) Manfaat
dari proses detoksifikasi tubuh sendiri hingga saat ini masih diperdebatkan.
e) Bagi
yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah
melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan
dari tubuh mereka.
f) Padahal
efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan tidak mengkonsumsi sama sekali makanan
yang mengandung karbohidrat & lemak saat melakukan proses detoksifikasi.
g) Detoksifikasi
dengan pengaturan pola makan (detox diet) juga tidak disarankan untuk dilakukan
oleh mereka yang mempunyai masalah
kesehatan, seperti : diabetes, penyakit jantung atau masalah kesehatan kronis
lainnya. Demikian juga bagi wanita hamil
& mereka yang mempunyai gangguan pola makan, detox diet juga sebaiknya
dihindari.
h) Meskipun
belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya,
tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya.
Pada data a) dan
d) terdapat referensi demontratif waktu sekarang yaitu saat ini. Tidak hanya itu saja pada data b terdapat referensi
demonstratif ini yang menunjuk pola
makan detoksifikasi.
Data e),f),g) terdapat referensi
atau pengacu persona ketiga jamak yaitu mereka. Mereka pada data e) merujuk kepada
orang yang sudah melakukan detoksifikasi. Sedangan pada data f),mereka merujuk pada pelaku diet yang
mengurangi konsumsi karbohidrat dalam tubuh. Begitupun dengan data g) kata mereka merujuk pada orang – orang yang
memunyai masalah kesehatan dan orang – orang yang melakukan program diet.
Data h) terdapat anafora di dalamnya
yaitu konstituen yang diacu berada di sebelah kiri konstituen pengacu, atau
konstituen yang diacu disebutkan terlebih dahulu. Kata pendukungnya dan mencobanya terdapat kata –nya yang merupakan pengacu dari kata sebelumnya
yaitu detoksifikasi. Hal ini disebut anafora dikarenakan konsisten yang diacu
ada disebelah kiri konsisten pengacu.
c)
Substitusi
Penyulihan atau substitusi adalah
satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penggantian satuan lingual tertentu
(yang telah disebutkan dengan satuan lingual lain dalam wacana untuk memperoleh
unsur pembeda) (Sumarlan, ed., 2003:28).
Pada artikel ini terdapat beberapa
bentuk substitusi sebagai berikut,
1) Detokx atau detoksifikasi
mulai populer saat ini. Meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya,
tetap saja tidak menyurutkan keinginan orang untuk mencobanya. Detox sendiri digambarkan sebagai suatu
cara untuk mengeluarkan zat berbahaya
(toxin) dari dalam tubuh. Beberapa
orang melaporkan menjadi lebih fokus & energik setelah melakukan program detoksifikasi tubuh.
2) Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini,
dapat dilihat pada artikel berikut, yang medicastore ambil dari berbagai
sumber.
3) kemudian
diakhiri dengan pembersihan usus besar
(colon).
4) Bagi
yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih segar & energik setelah
melakukan proses detoksifikasi karena bahan berbahaya (toxin) telah dikeluarkan
dari tubuh mereka.Tetapi hal tersebut
dapat juga terjadi karena pengaturan pola makan yang telah dilakukan.
5)
Pada akhirnya pengaturan pola makan yang
sehat seperti inilah yang akan
memberikan manfaat pada tubuh. Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur
& buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun
makanan yang berlemak.
6) Tetapi
banyak orang yang salah mengartikan hal
tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat badan.
7) Detoksifikasi
dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan untuk dilakukan oleh
remaja. Hal ini karena remaja masih
membutuhkan kalori & protein yang cukup untuk mendukung masa pertumbuhan
& perkembangannya.
8) Meskipun,
menurut para ahli, hal tersebut
dapat dikarenakan adanya keyakinan bahwa mereka telah melakukan hal yang
bermanfaat terhadap tubuh.
9)
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
detox atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox
diet) ini, dapat dilihat pada artikel berikut,
yang medicastore ambil dari berbagai sumber.
10) Sehingga
tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut.
Banyak sekali
substitusi dari artikel ini pada data 1),2),dan 3) merupakan contoh substitusi
nomina. Kata detox pada data 1)
menggantikan kata detoksifikasi.
Kata pengeluaran racun pada data 1)
digantikan dengan kata toxin.
Sedangkan pada data 2) kita jumpai kata pengaturan
pola makan digantikan dengan kata detox
diet. Data 3) terdapat kata colon yang
digunakan untuk menggantikan kata usus
besar.
Data
4),6),dan 8) merupakan subtsitusi kalimat. Kalimat – kalimat yang ada
digantikan dengan kata hal tersebut.
Data 4) kata hal tersebut digunakan
untuk menggantikan kalimat sebelumnya yaitu seseorang yang sudah melakukan
detoksifikasi akan merasakan segar dan lebih energik. Data 6) juga mengandung
kata hal tersebut untuk menggantikan
kalimat proses detoksifikasi yang dianggap orang sebagai cara untuk menurunkan
berat badan. Sedangkan pada data 8) hal
tersebut digunakan untuk mensubstitusikan kalimat sebelumnya tentang
perasaan seseorang yang terasa lebih energik dan segar setelah melakukan
detoksifikasi.
Data 5) terdapat kata seperti inilah yang digunakan sebagai pengganti kalimat. Seperti inilah menggantikan kalimat mengkonsumsi lebih banyak sayur &
buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun makanan
yang berlemak. Kalimat yang digantikan ini terdapat pada kalimat
berikutnya.
Data 7) mengandung kata hal ini untuk menggantikan kalimat yang sudah disebutkan sebelumnya
yaitu Detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet) tidak disarankan
untuk dilakukan oleh remaja.
Pada data 9) terdapat kata berikut yang digunakan untuk menggantikan wacana secara keseluruhan
yang akan dibahas pada artikel ini. Sedangkan data 10) mengandung kata tersebut yang digunakan untuk
menggantikan klausa zat berbahaya di
dalam tubuh yang sudah disebutkan kalimat sebelumnya.
d)
Elipsis
Pelesapan/elipsis
merupakan salah satu jenis kohesi gramatikal yang berupa penghilangan atau
pelesapan satuan lingual tertentu yang telah disebutkan sebelumnya. Pelesapan
dapat berbentuk kata, frasa, atau klausa. Elipsis yang terdapat pada artikel
ini sebagi berikut :
1)
Pada proses alami tubuh, sebagian besar
bahan berbahaya (toxin) yang masuk kedalam tubuh akan dihilangkan lewat ginjal
& hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air seni & feses.
Data di atas
terdapat pelesapan kata toxin atau bahan berbahaya di klausa akhir. Kalimat
sebelum dilesapkan berbentuk Pada proses
alami tubuh,sebagian beasr bahan berbahaya ( toxin ) yang masuk ke dalam tubuh
akan dihilangkan lewat ginjal dan hati untuk kemudian zat berbahaya ( toxin ) dikeluarkan melalui air seni dan feses.
2) Padahal
efek penurunan berat badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan
tidak mengkonsumsi sama sekali makanan yang mengandung karbohidrat & lemak
saat melakukan proses detoksifikasi.
Elipsisis juga
terdapat pada data 2) di atas. Data di atas terdapat pelesapan kata mereka yang merujuk pada orang – orang
yang melakukan proses detoksifikasi. Kalimat di atas sebelum dilesapkan
berbentuk Padahal efek penurunan berat
badan tersebut terjadi karena mereka mengurangi / bahkan tidak mengonsumsi sama
sekali makanan yang mengandung karbohidart dan lemak saat mereka melakukan proses detoksifikasi.
3) Suplemen
yang mempunyai sifat laksativa dapat menimbulkan efek samping seperti
dehidrasi, ketidak seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem
pencernaan.
Data 3) di atas
terdapat pelesapan klausa , yaitu suatu
bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar. Klausa di atas sengaja
dilesapkan karena sudah disebutkan pada kalimat sebelumnya. Berikut bentuk
kalimat sebelum dilesapkan Suplemen yang
memunyai sifat laktasifa ( yaitu suatu
bahan yang dibuat untuk melancarkan buang air besar ) dapat menimbulkan efek samping seperti
dehidrasi, ketidak seimbangan mineral dalam tubuh ataupun masalah pada sistem
pencernaan.
2.
Kohesi
Leksikal
Kepaduan wacana
selain didukung oleh aspek gramatikal atau kohesi gramatikal juga didukung oleh
kohesi leksikal. Aspek leksikal adalah hubungan antarunsur dalam wacana secara
semantis.
Analisis aspek leksikal dalam
wacana meliputi: Reiterasi dan Kolokasi. Berikut ini adalah pemaparan aspek-aspek
leksikal yang dijumpai dalam artikel “ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan
Pola makan”.
a.
Reiterasi
Reiterasi atau pernyataan semula
berlaku melalui tiga cara, iaitu pengulangan kata, sinonimi, superordinat dan
kata-kata umum.
1.
Repetisi
( pengulangan ).
Berikut repetisi yang terdapat di
dalam artikel ini.
a) Banyak
yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama tidak adanya
bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar membuang bahan berbahaya
(toxin) dari tubuh.
Data a) terdapat pengulangan atau
repetisi penuh kata benar menjadi benar
– benar.
b) Yaitu
dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan & lebih sedikit mengkonsumsi makanan olahan ataupun
makanan yang berlemak.
Pada data b) terdapat pengulangan
berimbuhan kata buah menjadi buah –
buahan.
2.
Sinonim
Sinonim ialah
suatu kata yang mempunyai makna yang sama dengan 'kata searti'. Sinonim ini
digunakan kerana ianya untuk mengelakkan kebosanan bagi pengulangan kata yang
sama di dalam teks dan juga sinonim ini memberikan variasi kepada sesuatu teks.
Sesetengah kata dikatakan sinonim adalah disebabkan kedua-duanya merujuk kepada
perkara yang sama
a) Detox
sendiri digambarkan sebagai suatu cara untuk mengeluarkan zat berbahaya (toxin) dari dalam tubuh.
b) Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai detox
atau detoksifikasi tubuh terutama lewat pengaturan pola makan (detox diet) ini
c)
kemudian diakhiri dengan pembersihan usus besar (colon).
d)
Hal ini karena remaja masih membutuhkan
kalori & protein yang cukup untuk mendukung masa pertumbuhan & perkembangannya
Data a),b),dan
c) adalah contoh data dari artikel yang mengandung sinonim. Data a) zat
berbahaya bersinonim dengan toxin. Data b) toxin bersinonim dengan
detoksifikasi dan pengaturan pola makan bersinonim dengan diet toxin. Sedangkan
pada data c) usus besar bersinonim dengan kata colon. Data d) juga terdapat
sinonim yaitu pertumbuhannya bersinonim dengan perkembangannya.
3.
Antonim
Antonimi adalah
satuan lingual yang berlawanan, disebut juga dengan istilah oposisi.
Berdasarkan sifatnya, oposisi makna dapat dibedakan menjadi lima macam; 1)
oposisi mutlak, 2) oposisi kutub, 3) oposisi hubungan, 4) oposisi hirarkial,
dan 5) oposisi majemuk. Data – data pada artikel ini yang terdapat sinonim
adalah sebagai berikut.
a) Banyak
yang mendukung tetapi banyak juga
yang menyangsikan.
Pada data di atas terdapat oposisi
kutub. Dikatakan oposisi kutub karena kata mendukung merupakan lawan dari
menyangsikan dalam hal pengambilan keputusan.
b)
Yaitu dengan mengkonsumsi lebih banyak sayur & buah-buahan
& lebih sedikit mengkonsumsi
makanan olahan ataupun makanan yang berlemak.
Data
di atas mengandung oposisi mutlak karena banyak pasti kebalikan dari sedikit.
c) mencegah tetap akan
lebih baik daripada mengobati.
Data di atas merupakan oposisi
hubungan. Hal ini dikarenakan di dalam dunia kesehatan pasti mencegah selalu
berhungan dengan mengobati.
4.
Superordinat
Superordinat ialah penggunaan kata
yang lebih khusus atau 'hiponim' kepada kata yang lebih umum atau dikenali
sebagai 'hiperonim'.
a) masalah
kesehatan, seperti : diabetes, penyakit
jantung atau masalah kesehatan kronis lainnya.
Dari data di atas kata – kata diabetes,penyakit
jantung,dan penyakit jantung merupakan hiponin dari jenis penyakit.
b)
Banyak cara untuk melakukan detoksifikasi, bisa dengan diet makanan tertentu, mandi lumpur, terapi
dengan air laut, terapi dengan bahan herbal, terapi urin dll.
Data di atas
terdapat hipernim dan hiponim. Cara untuk melakukan detoksifikasi merupakan
hipernim dan hiponimnya adalah diet makanan tertentu,mandi lumpur,terapi dengan
air laut,terapi dengan bahan herbal,dan terapi urin.
b.
Kolokasi
Kolokasi adalah hubungan antarkata
yang berada pada lingkungan atau bidang yang sama.
a)
Pada proses alami tubuh, sebagian besar
bahan berbahaya (toxin) yang masuk
kedalam tubuh akan dihilangkan lewat ginjal
& hati, untuk kemudian dikeluarkan melalui air seni & feses.
Data di atas menunjukkan suatu lingkungan dan bidang
yang sama sehingga terjadi kolokasi. Kata racun di dalam tubuh selalu diproses
di dalam hati dan ginjal karena keduanya adanya tempat penetral dan penyaring
racun dalam tubuh. Selanjutnya racun yang ada akan dikeluarkan dalam bentuk air
seni dan feses oleh tubuh. Kata – kata di atas terdapat dalam lingkungan tempat
pembuangan racun dan dalam bidang kesehatan.
b)
kemudian dilanjutkan dengan pengaturan pola makan secara ketat (hanya mengkonsumsi
sayur & buah mentah, jus buah, air, dll) serta konsumsi suplemen atau teh
tertentu,
Data di atas menunjukkan suatu
lingkungan yang sama yaitu lingkungan pola makan sehat dengan cara mengonsumsi
buah dan sayur,jus buah,air,suplemen,dan teh tertentu.
B.
Koherensi
Koherensi pada
dasarnya adalah kontinuitas dan pengulangan elemen tertentu yang melampaui
bagian-bagian teks. Kontinuitas dan pengulangan tersebut terdapat pada
pemahaman teks yang melibatkan pengetahuan dan tata bahasa yang selanjutnya
membentuk representasi mental koherensi teks dalam pikiran.
Koherensi
sebagai entitas mental dapat mengonstitusi koherensi dengan cara meninggalkan
jejak di dalam teks dari koherensi yang terdapat secara eksternal dalam teks.
Perangkat gramatikal selalu dilibatkan untuk mempermudah pemahaman koherensi.
Dalam struktur wacana, aspek koherensi sangat diperlukan keberadaannya untuk
menata pertalian batin antara preposisi yang satu dengan preposisi yang lain
untuk mendapatkan interpretasi wacana.
Data – data dari
artikel yang terdapat koherensi sebagai berikut :
a)
Hubungan
akibat – sebab.
Bagi yang mendukung, mereka mengatakan merasa lebih
segar & energik setelah melakukan proses detoksifikasi karena bahan
berbahaya (toxin) telah dikeluarkan dari tubuh mereka.
Data di atas merupakan penanda
koherensi akibat – sebab karena pernyataan pertama merupakan akibat dari sebab
pernyataan kedua.
b)
Hubungan
sebab – akibat.
1) Karena
masih kurangnya bukti yang menunjukkan bahwa proses detoksifikasi dapat
membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh, membuat kalangan medis masih
meragukan efektivitas dari program detoksifikasi tersebut.
Data di atas mengandung hubungan
sebab akibat karena pernyataan pertama merupakan sebab dan pernyataan kedua
adalah akibat dari pernyataan pertama.
2) Karena
pengaturan pola makan tersebut dapat mengganggu sistem metabolisme, maka
program detoksifikasi dengan pengaturan pola makan dianjurkan hanya untuk
dilakukan dalam jangka pendek saja.
Begitu juga dengan data
2),pernyataan pertama adalah sebab dan pernyataan berikutnya adalah akibat. hal
ini yang menyebabkan data ini terdapat hubungan sebab – akibat.
c)
Hubungan
sarana hasil
1) Ide
dasar dari proses detoksifikasi dengan pengaturan pola makan (detox diet)
adalah dengan tidak mengkonsumsi makanan yang diduga dapat mengandung bahan
berbahaya (toxin). Sehingga tubuh akan terbebas dari zat berbahaya tersebut.
Data di atas menyatakan hubungan
sarana – hasil. Hal ini sesuai dengan isi dari data tersebut yang menyatakan
bahwa dengan melakukan detox diet sebagai sarana pola makanan sehat akan
menjadikan tubuh terbebas dari zat berbahaya.
2) Pada
akhirnya pengaturan pola makan yang sehat seperti inilah yang akan memberikan
manfaat pada tubuh.
Data di atas jga memiliki hubungan
sarana – hasil. Seseorang yang melakukan pengaturan pola makan sehat sebagai
sarana hidup akan menjadikan tubuh menjadi sehat. Sehingga hasil yang dicapai
terhindar dari penyakit berbahaya.
d)
Hubungan
pertentangan
1) Banyak
yang mendukung tetapi banyak juga yang menyangsikan, terutama tidak adanya
bukti ilmiah yang membuktikan bahwa proses detoksifikasi dapat benar-benar
membuang bahan berbahaya (toxin) dari tubuh.
Data di atas terdapat hungan
pertentangan dengan adanya subordinat tetapi di dalamnya.
2) Detoksifikasi
tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan
seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh. Tetapi banyak
orang yang salah mengartikan hal tersebut sebagai cara untuk menurunkan berat
badan.
Data di atas juga mengandung hungan
pertenatangan karena masih nayak orang yang menyatakan detoksifikasi adalah
sarana menurunkan berat badan.
e)
Hubungan
alasan – sebab.
1) Detoksifikasi
tubuh melalui pengaturan pola makan (detox diet) dimaksudkan untuk membersihkan
seluruh tubuh dari bahan berbahaya (toxin) yang ada dalam tubuh.
2) Menjaga
kesehatan memang sangat penting untuk dilakukan, karena mencegah tetap akan
lebih baik daripada mengobati.
Data 1 ) dan 2 ) menyatakan
hubungan alasan – sebab karena pernyataan pertama adalah alasan dari sebab yang
dinyatakan pada klausa berikutnya.
2.2.5
Konteks
Konteks adalah
situasi atau latar terjadinya komunikasi. Konteks dapat dianggap sebagai alasan
dan sebab terrjadinya suatu dialog.
Artikel ini memiliki konteks
epistemis. Dikatakan konteks epistemis karena artikel ini ditulis berdasrakan
latar belakang pengetahuan yang diketahui oleh penulis.
Artikel
ini ditulis karena proses detoksifiaksi mulai popular dan dibicarakan banyak
orang saat ini. Meskipun proses detox belum ada yang membuktikan secara
ilmiah,banyak orang yang melakukannya. Proses detoksifikasi mampu membuat
seseorang segar dan energik kembali.
Penulis
menyusun artikel ini berdasarkan dari berbagai sumber dan pendapat para ahli
kesehatan. Yang membuat penulis senmangat menulis artiel ini adalah adanya
anggapan bahwa detox adalah proses penurunan berat badan padahal sesungguhnya
bukan. Pola hidup sehat adalah tujuan uatama adanya artikel ini agar pembaca
tahu cara mencegah kesehatan yan tepat.
Artikel
“ Detoksifikasi Tubuh Melalui Pengaturan Pola Makan “ adalah salah satu artikel
deskriptif .Sebuah artikel terdiri dari beberapa struktur sebagai berikut :
1. Judul
( head )
2. Nama
penulis
3. Prolog
( pembukaan tulisan atau intro)
4. Bridge atau
jembatan antara intro dan pokok bahasan. Bisa berupa dua,tiga pernyataan
5. Isi
, paparan masalah, biasanya berupa sub – sub judul
6. Penutup
( closing ) bisa berupa kesimpulan
atau ajakan.
7. Keterangan
atau identitas penulis
Unsur
– unsur kohesi baik leksikal maupun gramatikal dan koherensi sangatlah
mempengaruhi kualitas dari artikel itu sendiri. Artikel yang baik adalah
mengandung semua struktur artikel dan disusun secara kohesi dan koherensi.
3.2 Saran
1. Bacalah
suatu artikel dengan cara mengetahui struktur artikel tersebut agar mudah
memahami isinya.
2. Tulislah
artikel yang sangat popular dikalangan masyarakat saat ini.
3. Artikel
yang baik selalu memerhatikan unsur leksikal,gramatikal,dan tata bahasa yang
baik dan benar agar mudah diapahami.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Baehaki,Imam.2005.Kumpulan
Makalah Analisis Wacana.Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar