Bahasa
bersifat arbitrer atau manasuka. Artinya bahasa dapat di-manfaatkan oeh siapa
pun dan kapan pun dengan menyesuaikan situasi dan kondisinya sesuai
perkembangan zaman. Karena bahasa selalu mengalami perkembangan sehingga muncul
berbagai ragam atau variasi dalam pemakaiannya. Kridalaksana (dalam Rohmadi,
2011:73) mendefinisikan ragam bahasa sebagai variasi bahasa menurut pemakaian
yang berbeda-beda me-nurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara,
kawan bicara, orang yang dibicarakan, dan menurut medium bicaranya.
Ragam
bahasa jurnalis sebagai salah satu varian dari ragam bahasa Indonesia merupakan
ragam bahasa yang digunakan oleh para jurnalis/ wartawan dalam menulis
karya-karya jurnalistik. Karena memiliki
keter-batasan ruang dan waktu , maka ragam bahasa jurnalistik dituntut untuk
selalu berpegang pada rinsip kepadatan, keefektifan, dan kejelasan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rohmadi (2011:74) :
Ragam bahasa jurnalistik sebagai salah satu varian dari
pemakaian bahasa di dalam kehidupan sehari-hari harus singkat, jelas, dan
efektif. Pemakaian ragam jurnalistik dituntut untuk menyesuaikan dengan media
yang digunakan sangat terbatas, maka harus selalu berpegang pada prinsip
kepadatan, keefektifan, dan kejelasan.
Secara
spesifik, bahasa jurnalistik dapat dibedakan menurut bentuknya, yaitu bahasa jurnalistik surat
kabar, bahasa jurnalistik tabloid, bahasa jurna-listik majalah, radio siaran,
televisi . Selain harus tunduk kepada
kaidah atau prinsip-prinsip umum bahasa Indonesia, bahasa jurnalistik juga
memiliki ciri-ciri yang spesifik. Adapun
ciri utama dari bahasa jurnalistik yang secara umum berlaku antara lain
sederhana, singkat, padat, lugas, jelas, jernih, me-narik, demokratis, mengutamakan kalimat
aktif, sejauh mungkin menghindari penggunaan kata atau istilah tenis, dan
tunduk kepada kaidah serta etika ba-hasa baku (Sumadiria, 2008:53).
a.
Sederhana
Sederhana
berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang paling banyak
diketahui maknanya oleh khalayak pembaca yang hetrogen, baik dilihat dari tingkat
intelektualitasnya maupun karak-teristik demografis dan psikografisnya. Kata-kata
dan kalimat yang rumit, yang hanya dipahami maknanya oleh segelintir orang,
tabu digunakan dalam bahasa jurnalstik.
b. Singkat.
Singkat
berarti langsung kepada pokok masalah (to
the point), tidak bertele-tele, tidak berputar-putar, tidak memboroslan
waktu pembaca yang sangat berharga. Ruangan atau kapling yang tersedia pada
kolom-kolom hala-man surat kabar, tabloid atau majalah sangat terbatas,
sementara isi-nya banyak dan beraneka ragam. Konsekuensinya apa pun pesan yang
akan disampaikan tidak boleh bertentangan dengan filosofi, fungsi dan
karakteristik pers.
- Padat
Padat dalam
bahasa jurnalistik menurut Patmono SK, redaktur senior Sinar Harapan dalam
bukunya Tehnik Jurnalistik (1996:45) berarti sarat informasi. Setiap kalimat
dan paragraf yang ditulis membuat banyak infor-masi penting dan menarik untuk
khalayak pembaca. Ini berarti terdapat perbedaan yang tegas antara kalimat
singkat dan kalimat padat. Kalimat singkat tidak berarti memuat banyak
informasi. Tetapi kalimat yang padat mengandung lebih banyak informasi.
- Lugas
Lugas berarti
tegas, tidak ambigu, sekaligus menghindari eufisme atau pengahlusan kata dan
kalimat yang bisa membingungkan khalayak pembaca sehingga etrjadi perbedaan
persepsi dan kesalahan konklusi.
- Jelas
Jelas berarti
mudah ditangkap maksudnya, tidak baur dan kabur. Sebagi contoh, hitam adalah
warna yang jelas, begitu juga dengan putih kecuali jika keduanya digabungkan
maka akan menjadi abu-abu . per-bedaan warna hitam dan putih melahirkan kesan
kontras. Jelas disini mengandung tiga arti: jelas artinya, jelas susunan kata
atau kalimatnya sesuai dengan kaidah susunan unsur kalimat (SPOK), dan jelas sasaran atau
maksudnya.
- Jernih
Jernih berarti
bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak menyembunyikan sesuatu
yang lain yang bersifat negatif seperti prasangka atau fitnah. Dalam pendekatan
analisis wacana, kata dan kalimat yang jernih berarti kata dan kalimat yang
tidak memilki agenda tersembunyi di balik pemuatan suatu berita atau laporan
keculai fakta, kebenaran, kepentingan publik. Dalam perspektif orang-orang
komunikasi, jernih berarti senantiasa mengembangkan pola pikir positif (positive thinking) dan menolak pola pikir negatif (negative thinking). Hanya dengan pola pikir positif , kepala dingin, hati
jernih, dan dada lapang semua fenomena dan persoalan yang teradapat dalam masyarakat dan
pemerintah dapat terlihat .
- Menarik
Menarik
artinya mampu membangkitkan minat dan perhatian khalayak pembaca. Memicu selera
pembaca. Bahasa jurnalistik berpijak pada prinsip menarik, benar dan baku.
- Demokratis
Demokratis
berarti bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta, atau
perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa sebagaimana dijumpai
dalam gramatika bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Bahasa jurnalistik menekankan
aspek fungsional dan komunal, se-hingga sama sekali tidak dikenal pendekatan feodal
sebagaimana dijumpai pada masyarakat dalam lingkungan priyayi dan keraton.
- Mengutamakan kalimat aktif
Kalimat aktif
lebih mudah dipahami dan lebih disukai oleh khalayak pembaca dari pada kalimat
pasif. Bahasa jurnalistik harus jelas susunan katanya, dan kuat maknanya (clear
dan strong). Kalimat aktif lebih me-udahkan pengertian dan memperjelas tingakt
pemahaman. Kalimat pasif sering menyesatkan pengertian dan membingungkan
tingkat pemahaman.
- Menghindari kata atau istilah teknis
Karena
ditujukan untuk umum, maka bahasa jurnalistik harus seder-hana, mudah dipahami,
ringan dibaca. Salah satu cara untuk itu ialah de-ngan menghindari penggunaan kata atau
istilah-istilah teknis. Kata atau istilah teknis hanya berlaku untuk kelompok atau
komuniats tertentu yang relatif homogen. Realitas yang homogen, menurut
perspektif filsafat ba-hasa, tidak boleh dibawa ke dalam realitas yang heterogen. Jika peng-gunaan istilah
teknis tersebut tidak dapat dihindarkan, maka istilah teknis itu
harus disertai penjelasan dan ditempatkan dalam tanda kurung.
Surat kabar yang lebih banyak memuat kata atau istilah teknis, men-cerminkan surat kabar tersebut kurang melakukan pembinaan
dan pelatih-an terhadap wartawannya; tidak memiliki editor bahasa; tidak me-miliki buku
panduan peliputan dan penulisan berita serta laporan;dan tidak me-miliki sikap profesional dalam
mengelola penerbiatan pers yang ber-kualitas.
- Tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku
Pers, sebagai
guru bangsa dengan fungsinya sebagai pendidik, pers wajib menggunakan serta
tunduk kepada kaidah dan etika bahasa baku, bahasa pers harus baku, benar, dan
baik.
Dalam etika
berbahasa, pers tidak boleh menuliskan kata-kata yang tidak sopan, kata-kata
vulgar, kata-kata berisi sumpah serapah, kata-kata hujatan dan makian yang
sangat jauh dari norma sosial budaya agama, atau dengan rendah lainnya dengan
maksud untuk membangkitkan asosiasi serta fantasi seksual khalayak pembaca.
Begitu banyak bahasa yang harus dikembangkan, tapi yang terpenting bagaimana kita bisa menciptakan kata baru sesuai dengan perkembangan jaman
BalasHapus