Rabu, 27 November 2013
Nyanyian Malam
Gemericik suara hujan memecah kesunyian malam. Bak mengalun irama kendang diringi tarian laron merayakan kebebasan.Semua sama, sama seperti yang dulu.Sama seperti waktu itu. Semua berlalu tanpa ada sesuatu. Tak ada yang baru.Status hidupku tetap ungu. Inginku jadi warna merah yang merekah. Atau jadi warna putih yang bersih. Jangan jadi warna hitam yang buram atau warna cokelat yan pekat. Mengubah bukan perkara mudah. Tak semudah memberi warna pada dinding rumah.Mengubah butuh mau, butuh waktu, butuh laku, butuh ilmu.
Sabtu, 23 November 2013
Kucoba Cari Jawab
Di mana lagi harus kucari
Jawaban dari teka-teki yang Kau ujiSekian lama kucoba jawab
Tanpa kuragu
Tanpa rasa malu
Namun semua beku
Dalam malam kumeratap
Dalam sujud kuberharap
Dalam doa kumeminta
Dalam ikhtiar kumenerka
Namun semua belum lengkap
Tuk tunjukkan jawab
Dalam sabar kucoba pasrah
tak ada kata kalah
Tak ada kata menyerah
Tetap yakinkan hati
Suatu saat kan terisi
tekiteki yang kau uji
Kembali
Tidakkah Kau tahu
Apa yang Kau sembunyikan dariku
telah cukup menjadi teguran bagiku
Namun mengapa qolbu ini tetap beku
Tanpa setitik nur-Mu tuk sinari hatiku
Mengapa lidah ini kelu
Tanpa sepatah kalam tuk agungkan asma-Mu
mengapa diri ini tetap bisu
Tanpa sejangkah langkah tuk menuju Ridlo-Mu
Qolbuku berharap nur-Mu
Lidahku ingin agungkan asma-Mu
langkahku ingin gapai ridlo-Mu
Aku ingin kembali
Menjadi diri yang fitri
Tuk menggapai Ridlo Ilahi
Jumat, 22 November 2013
Cintaku
Cintaku bermukim di ruang antara
antara sedih dan bahagia
antara benci dan rindu
menyatu dalam kalbu
Kalbu membisu
harap pengap
asa binasa
tatkala takdir bicara
Takdir bukan untuk diratapi
takdir bukan untuk disesali
takdir kecupan manis
bagi hati yang suci
Aku hanyalah sebutir pasir
berharap angin kan menerpaku
ke lautan cinta suci
agar kureguk kembali
cinta sejati
Kamis, 14 November 2013
Kurikulum 2013 Upaya Revitalisasi Pendidikan Karakter
Indonesia mencanangkan generasi emas pada tahun 2045.
Generasi emas yang diharapkan sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional
adalah generasi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab . Generasi yang secara aktif mampu mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara serta dunia secara global.
Generasi yang cerdas komprehensif:
produktif, inovatif, damai dalam interaksi sosialnya, sehat dan menyehatkan dalam interaksi alamnya, dan berperadaban unggul. Mampukah kurikulum 2013 menjawab
tantangan itu semua?
Pendidikan nasional sebagai salah satu sektor pembangunan
nasional dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu
berubah. Pendidikan nasional
harus berperan secara optimal
sebagai wahana utama dalam pembangunan bangsa
dan karakter.
Berdasarkan
laporan PERC (Political and Economic Risk
Consultancy) dan UNDP (United Nation
Development Program), menyebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia
menempati posisi terburuk di kawasan Asia (dari 12 negara yang disurvey oleh
PERC). Korea Selatan dinilai memiliki sistem pendidikan terbaik, disusul
Singapura, Jepang, Taiwan, India, Cina dan Malaysia. Indonesia menduduki urutan
ke-12 setingkat di bawah Vietnam. Selain itu, hasil
studi PISA (Program for International Student Assessment), yaitu studi yang memfokuskan pada
literasi bacaan, matematika, dan IPA, menunjukkan peringkat
Indonesia baru bisa menduduki 10 besar terbawah dari
65 negara. Hasil studi TIMSS (Trends in
International Mathematics and Science Study)
menunjukkan siswa Indonesia berada pada
ranking amat rendah dalam kemampuan (1)
memahami informasi yang komplek, (2) teori, analisis dan pemecahan masalah, (3) pemakaian alat, prosedur dan
pemecahan masalah dan (4) melakukan
investigasi Apa faktor penyebabnya?
Sistem
pendidikan yang diterapkan di negara kita lebih mementingkan aspek pengetahuan
(kognitif) serta meremehkan pengembangan aspek afektif dan psikomotor dalam
pembelajaran. Siswa dituntut untuk menghafal materi pelajaran tanpa disertai
dengan penerapan dari materi yang telah dipelajari. Keberhasilan pembelajaran
hanya diukur dengan instrument (soal) yang menekankan pada aspek kognitif. Hal
ini terbukti dari pelaksanaan pembelajaran yang mengembangkan karakter bangsa
seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Pendidikan Agama, Ilmu Pengetahuan
Sosial lebih menekankan pada aspek kognitif daripada aspek afektif dan
psikomotorik. Di samping itu, penilaian dalam mata-mata pelajaran yang
berkaitan dengan pendidikan karakter belum secara total mengukur sikap dan
kepribadian siswa. Padahal sistem pendidikan mempunyai tujuan utama yaitu
mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan secara simultan dan
seimbang. Pendidikan semacam ini hanya melihat manusia dari sisi kecerdasan
intelektualnya saja. sementara kecerdasan linguistik, kinestetik, estetik,
intra personal, interpersonal, dan lainnya diabaikan. Pengajaran diarahkan pada
pengembangan dimensi akademik siswa.
Menjelang
ujian akhir sekolah atau ujian nasional banyak orang tua yang mencari lembaga
bimbingan belajar agar anak-anaknya bisa menguasai bidang studi yang diujikan
demi memperoleh nilai yang tinggi. Mereka menganggap bahwa nilai ujian nasional
yang tinggi menjadi tolok ukur keberhasilan pendidikan. Padahal istrumen (soal)
ujian nasional hanya mengukur keberhasilan dari aspek kognitif. Sementara dari
segi aspek afektif dan psikomotor tidak begitu dipentingkan.
Sementara
sekolah sebagai penyelenggara pendidikan bagaimanapun caranya selalu
mengupayakan agar anak didiknya lulus 100%. Hal ini dilakukan demi menjaga nama
baik sekolah. Akibatnya, berbagai cara yang tidak bermoral dilakukan, seperti
mengatrol nilai, membocorkan soal ujian, memberikan contekan dan sebagainya. Keadaan
demikian menyebabkan sekolah telah menjadi tempat melakukan praktek perbuatan
yang tidak bermoral. Sekolah menjadi lembaga pendidikan telah melahirkan
orang-orang yang tidak berkarakter mulia, dan tidak bermoral.
Dalam
mengatasi pendidikan sebagaimana tersebut di atas pemerintah berusaha
merevitalisasi pendidikan karakter melalui implementasi kurikulum 2013 di setiap jenjang pendidikan. Kurikulum dianggap sebagai
salah satu unsur yang bisa memberikan
kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses
berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Kurikulum 2013 dikembangkan
dengan berbasis pada kompetensi sebagai
instrumen untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat, dengan berusaha mengarahkan peserta didik menjadi: (1)manusia
berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah; dan (2) manusia terdidik yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri; dan (3) warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa
di masa depan, yang diyakini akan menjadi factor determinan bagi tumbuh kembangnya bangsa dan negara Indonesia sepanjang
jaman. Melalui implementasi kurikulum 2013 inilah
diharapkan Indonesia mampu mewujudkan generasi emas pada tahun 2045. Generasi
emas yang diharapkan adalah generasi yang cerdas, generasi yang memiliki pola pikir
solutif-nondestruktif, cost effectiveness (biaya sosial, politik, dan
ekonomi) dalam menyelesaikan berbagai tantangan dan persoalan, serta selalu
berpegang pada pentingnya menjunjung tinggi harkat dan martabat.
Selasa, 19 Februari 2013
MUNAJAT
Duhai Rabbi, sesungguhnya Engkaulah Pemilik hati...
Yang menumbuhkan kerinduan dalam diriku untuk bertemu belahan jiwaku.
Menciptakan kasih sayang di antara kami agar tenteram hidupku dan
merasakan kebahagiaan atas indahnya ciptaan-Mu.
Duhai Rabbi, jika tak pernah cukup amalku membawaku ke surga Mu,
berikanlah aku seorang imam yang akan mendoakanku menjadi bidadari
surganya hingga doanya menjadi salah satu alasan bagi-Mu mengisi salah
satu surga-Mu dengan aku.
Duhai Rabbi, jika tak pernah mampu aku memberatkan timbangan amalku
dengan ibadahku sendiri, berikanlah aku seseorang yang membuatku
mengabdikan diri kepadanya sebagai bukti cintaku kepada-Mu, agar
ridhanya menjadi kunci bagiku membuka surga-Mu.
Duhai Rabbi, andai itu semua tak layak untukku, pertemukanlah aku dengan
jiwa baik yang kurindu itu, yang mengaitkan cintanya hanya kepada-Mu,
yang akan kumuliakan dalam pernikahan yang tenteram
hingga semakin kuat cintaku kepada-Mu
Hingga kami berkumpul dalam naungan kasih sayang-Mu
Dan maafkan kami atas kesalahan kami yang pernah memburu cinta yang hadir tanpa-Mu,
yang datang tidak atas nama-Mu ...
Dan biarkanlah kami menjadi hamba yang mengisi menara-menara langit-Mu,
yang Kau janjikan akan terisi dengan mereka yang saling mencintai karena-Mu
Sabtu, 26 Januari 2013
Hubungan Sosiolinguistik dengan Disiplin Ilmu yang Lain
1. Sosiologuistik
dengan Linguistik
Sosiolinguistik
merupakan ilmu yang mengkaji linguistik yang dihubungkan dengan faktor
sosiologi. Dengan demikian, sosiolinguistik tidak meninggalkan linguistik. Apa
yang dikaji dalam linguistik (ilmu yang mengkaji bahasa sebagai fenomena yang
inedependen) dijadikan dasar bagi sosiolinguistik untuk menunjukkan perbedaan
penggunaan bahasa yang dikaitkan dengan faktor sosial. Apa yang dikaji dalam
linguistik, meliputi apa yang ditelaah De Saussure, kaum Bloomfieldien (Bloomfield,
Charles Fries, dan Hocket) serta kaum Neo Bloomfieldien dengan deep structure
dan surface structurenya, dipandang oleh sosiolinguis sebagai bentuk bahasa
dasar yang ketika dikaitkan dengan pemakai dan pemakaian bahasa akan mengalami
perubahan dan perbedaan. Kajian mengenai fonologi, morfologi, struktur kalimat,
dan semantik leksikal dalam linguistik dipakai oleh sosiolinguistik untuk mengungkap
struktur bahasa yang digunakan oleh tiap-tiap kelompok tutur sesuai dengan
konteksnya. Karenanya, tidaklah mungkin seorang sosiolinguis dapat mengkaji bahasa
dengan tanpa dilandasi pengetahuan mengenai linguistik murni itu.
Sosiolinguistik
mengkaji wujud bahasa yang beragam karena dipengaruhi oleh faktor di luar
bahasa (sosial), yang dengan demikian makna sebuah tuturan juga ditentukan oleh
faktor di luar bahasa. Untuk dapat mengungkap wujud dan makna bahasa sangat
diperlukan pengetahuan tentang linguistik murni (struktur bahasa), supaya kajian
yang dilakukan tidak meninggalkan objek bahasa itu sendiri.
2. Sosiolinguistik
dengan Sosiologi
Sosiolinguistik
memandang bahasa sebagai dasar kajian (lihat kembali hubungan antara
sosiolinguistik dan linguistik) dan memandang struktur sosial sebagai faktor
penentu variabel. Keduanya dipandang sebagai gegenseitige einbettung dan
gegenseitige determination, dan hubungan antara keduanya ditentukan oleh
persyaratan manusia, organisasi pikiran manusia (dalam bentuk argumen
lahiriah), serta tuntutan intrinsik dari sebuah bidang yang sistematis, kuat, dan
efektif (Hymes,1966). Apa yang terdapat dalam sosiologi, yang berupa
fakta-fakta sosial ditransfer ke dalam sosiolinguistik, sehingga muncullah
keyakinan bahwa bahasa berhubungan dengan strata sosial. Meskipun demikian,
hubungan antara sosiolinguistik dan sosiologi sebenarnya bersifat timbal-balik
(simbiosis mutualisma).
Hubungan sosiologi
– sosiolinguistik
1. Kemajuan
teori sosiologi seperti kelompok politik, mobilisasi massa, interferensi
antarkelompok digunakan dalam sosiolinguistik,
2. Metodologi
dalam sosiologi seperti angket, wawancara, pengamatan terlibat digunakan juga
sebagai metode dalam sosiolinguistik;
3. Istilah-istilah
sosiologi seperti funktion, rolle, dan soziale dimension juga digunakan dalam
sosiolinguistik;
4. Fakta-fakta
sosial dalam sosiologi ditransfer ke dalam sosiolinguistik yang meliputi
transfer terhadap fungsi bahasa secara keseluruhan dan terhadap struktur bahasa
itu sendiri.
Dengan
memperhatikan fakta-fakta sosial ini, sosiolinguistik pun mempertimbangkan situasi
berbahasa, siapa yang berbicara, di mana, dan sebagainya,, karena bagaimana pun
sosiolinguistik muncul karena adanya bantuan sosiologi.
Hubungan sosiolinguistik – sosiologi
1. Data
sosiolinguistik yang memberikan ciri-ciri kehidupan sosial, menjadi barometer
untuk sosiologi;
2. Aspek
sikap berbahasa mempengaruhi budaya material dan spiritual suatu masyarakat;
3. Bahasa
yang diteliti secara sosiolinguistik adalah alat utama dari perkembanagan penegetahuan
menegenai sosiologi. Dengan kata lain, sosiolinguistik membantu sosiologi dalam
mengklasifikasi strata sosial, seperti yang ditunjukkan oleh Labov dalam
penelitiannya mengenai tuturan [r] dalam masyarakat Amerika dalam tingkat
sosial yang berbeda.
3. Hubungan
Sosiolinguistik dengan Pragmatik
Pragmatik merupakan ilmu bahasa yang
mempelajari tujuan dan dampak berbahasa yang dikaitkan dengan konteks, atau
penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan topik pembicaraan, tujuan,
partisipan, tempat, dan sarana. Sebagaimana sosiolinguistik, pragmatik juga
beranggapan bahwa bahasa (tuturan) tidaklah.
Pragmatik memandang bahasa sebagai alat
komunikasi yang keberadaannya (baik bentuk maupun maknanya) ditentukan oleh
penutur dan ditentukan dan keberagamannya ditentukan oleh topik, tempat,
sarana, dan waktu. Fakta-fakta ini dimanfaatkan oleh sosiolinguistik untuk
menjelaskan variasi-variasi bahasa atau ragam bahasa.
Pragmatik sangat menekankan aspek tujuan
dalam berkomunikasi, seperti yang dikemukakan oleh Searle dalam tindak
tuturnya. Bahasa akan berbeda karena adanya tujuan yang berbeda. Hal-hal ini
pun dimanfaatkan oleh sosiolinguistik dengan menekankan variasi bahasa karena
(berdasarkan) fungsi bahasa tersebut. Penggunaan bahasa dalam pragmatik juga
sangat mempertimbangkan faktor interlokutor, yakni orang-orang yang terlibat
dalam proses berkomunikasi dan berinteraksi. Karenanya, kode (meminjam istilah
sosiolinguistik) yang digunakan pun berbeda. Dalam sosiolinguistik, aspek
interlokutor ini dikembangkan lebih jauh dengan faktor sosial atau dialek
sosial seperti tingkat sosial ekonomi, tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin,
hubungan sosial, dan sebagainya. Apabila tuturan “3 X 4 berapa?” akan memiliki
makna dan jawaban yang berbeda. Pragmatik memandang, perbedaan itu disebabkan
faktor tempat, tujuan, dan penutur. Sosiolinguistik memandangnya dari sudut
register. Meskipun demikian, keduanya memerlukan “pengetahuan bersama” atau
common ground untuk sampai kepada pemahaman yang sebenarnya.
4. Hubungan
Sosiolinguistik dan Antropologi
Antropologi
merupakan ilmu tentang manusia, khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk
fisik, adat-istiadat, dan kepercayaan pada masa lampau. Antropologi memandang
bahwa dalam budaya terkandung aspek bahasa. Dengan demikian apabila di daerah
terdapat persamaan bahasa berarti mempunyai kekerabatan budaya yang dekat.
Berarti pula, kesamaan bahasa menandai kesamaan budaya, dan bahasa dipakai
dalam proses pembentukan budaya seperti mantra, pantun berbalas, debat, musyawarah,
dan upacara-upacara adat. Antropologi membicarakan bahasa secara garis besar
guna menjelaskan aspek budaya.
Sosiolinguistik
berusaha untuk memanfaatkan penggolongan masyarakat melalui budaya yang
dilakukan antropologi serta memandangnya sebagai faktor pemengaruh bahasa.
Sosiolinguistik berusaha menguji ulang data linguistik yang ditemukan
antropologi itu. Pandangan hidup (yang tercermin dalam perilaku) dipakai
sebagai faktor penyebab variasi bahasa terutama aspek kosakata dan struktur.
Hal ini tampak antara lain dalam hipotesis Sapir-Whorf.
Antropologi
mendekati objek secara naturalistik. Antropologi berusaha memasuki “setting”
penelitian dengan rapport sebelum mengadakan observasi partisipatoris. Metode
ini dimanfaatkan oleh sosiolinguistik guna menemukan data bahasa secara akurat
sekaligus menemukan faktor pemengaruhnya secara terperinci. Di dalam Atropologi
terdapat prinsip perkembangan dan perubahan. Prinsip ini ditransfer ke dalam
sosiolinguistik sehingga muncullah istilah kronolek, tempolek, serta
istilah-istilah tabu dalam sosiolinguistik. Antropologi juga memberikan konsep tentang
struktur kebudayaan dan transformai kebudayaan kepada sosiolinguistik. Hal itu
ditunjukkan dengan munculnya istilah grandfather (karena adanya konsep dan penghargaan
kepada kakek sebagai orang tua yang mempunyai sifat dan kedudukan yang agung),
serta simbok (sebagai orang tua yang dapat melengkapi dan memberi kesempurnaan
atau tombok). Kebudayaan dalam antropologi disampaikan lewat bahasa, yang
karenanya harus ada kemampuan komunikatif. Prinsip ini pun diambil oleh
sosiolinguistik. Demikian pula, pengetahuan tentang budaya diperoleh bersamaan
dengan pemerolehan bahasa, seperti sapaan, penggunaan bahasa sesuai konteks.
Melalui ini pun dapat diketahui bagaimana budaya itu hidup dalam suatu
masyarakat lengkap dengan nilai-nilai filosofi yang berkembang di dalamnya. Bahasa
dalam antropologi digunakan untuk pengungkap budaya. Dengan demikian, apa yang
dipandang penting, pastilah akan ditonjolkan. Dalam suatu masyarakat ditemukan
berbagai istilah, sesuai dengan tingkat budayanya. Di Mesir misalnya, terdapat
500 kosakata untuk singa, 200 kata untuk ular, 80 kata untuk madu, dan 4644
kata untuk unta. Demikian pula, dalam budaya Jawa yang menonjolkan rasa (hingga
ada istilah rumangsa bisa lan bisa rumangsa) memiliki cukup banyak kosakata
ajektiva afektif, seperti sedih, susah, ngenes, nelangsa, miris, wedi, gila.
5. Hubungan Sosiolinguistik dengan Psikologi
Pada masa Chomsky, linguistik mulai dikaitkan
dengan psikologi dan dipandang sebagai ilmu yang tidak independen. Lebih jauh
Chomsky mengatakan (1974) bahwa linguistik bukanlah ilmu yang berdiri sendiri.
Linguistik merupakan bagian dari psikologi dalam cara berpikir manusia. Chomsky
melihat bahasa sebagai dua unsur yang bersatu, yakni competence dan
performance. Competence merupakan unsur dalam bahasa (deep structure) dan menempatkan
bahasa dari segi kejiwaan penutur, sedangkan competence merupakan unsur yang
terlihat dari parole. Dengan demikian, Chomsky memandang bahwa bahasa bukanlah
gejala tunggal. namun dipengaruhi oleh faktor kejiwaan penuturnya. Chomsky juga
mulai merambah wilayah makna walaupun akhirnya mengakui bahwa wilayah makna
merupakan wilayah yang paling sulit dalam kajian linguistik. Apa yang
dikemukakan Chomsky tentang struktur dalam dan struktur luar digunakan oleh
sosiolinguistik sebagai pedoman bahwa tuturan yang nampak sebenarnya hanyalah
perwujudan dari segi kejiwaan penuturnya. Lebih lanjut sosiolinguistik membuka
diri untuk menelaah perbedaan bentuk tuturan itu. Kaitan antara competence dan
performance terlihat dari penggunaan bahasa penutur. Orang dikatakan mempunyai
kompetensi dan performansi yang baik apabila dapat menggunakan berbagai variasi
bahasa sesuai dengan situasi. Orang yang berperformansi baik tentulah memiliki
kompetensi yang baik, dan memungkinkan penggunaan kode luas (elaborated code).
Sebaliknya, orang yang kompetensinya rendah, akan muncul kode terbatas
(restricted code). Dalam psikologi perkembangan terdapat fase perkembangan.
mulai menangis (tangis bertujuan: lapar, dingin, takut), tengkurap, duduk,
merangkak, dan berjalan. Kesemuanya diikuti atau sejalan dengan perkembangan
kebahasaannya. Dalam sosiolinguistik, hal ini diadopsi sebagai variasi bahasa
dilihat dari segi usia penutur, (orang mempelajari bahasa sesuai dengan tingkat
perkembangannya). Karenanya dikenal juga variasi bahasa remaja dan manula. Dari
sudut psikologi, laki-laki memiliki kejiwaan yang secara umum berbeda dengan
wanita. Karenanya, apa yang mereka tuturkan juga tidak sama. Sosiolinguistik mentransfer
konsep ini, sehingga muncullah istilah variasi bahasa berdasarkan genus atau
jenis kelamin (lihat kembali “Bahasa dan Jenis Kelamin”).
Langganan:
Postingan (Atom)
Kata Mereka tentang Aku
“Kasih sayang sebagai dasar pendidikan” itulah judul artikel yang kubaca pada mala m ini. Artikel ini ditulis oleh Dr. Dedi Supriadi d...
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSnSCneQtKCMhZ8rh_z1V5Vr5F3h11yvRVzGXKPmHrp4EbeXrr4x2qr4wYun7VeZt0nx8Eu2dOMnqm4Qul82b6oRcWoS7ImOSxrYw3vz7LRgJyQj9x_eafuVTs7v-PjdVjC_WB2dmi4A/s320/DSC_0000218.jpg)
-
Syair Abdul Muluk Dayang segera turunkan pergi, Mengambil teropong berlagak kaki, Lalu dibaca ke anjung tinggi, Siti meneropo...
-
UJI KOMPETENSI SISWA SMA ...................................................... Nama : ………………………...