Wartawan, begitu
mudah kata-kata ini diucapkan. Bahkan kini semakin banyak orang yang ingin
menyandang predikat dan namanya. Padahal, sesungguhnya kerja dan tugas wartawan
tidaklah semudah membayangkan kata-kata ‘wartawan’ itu sendiri. Kerja
kewartawanan tidak hanya cukup membutuhkan kemampuan atau keterampilan dalam
menulis serta membuat berita saja. Disamping keterampilan dalam merangkai kata
demi kata dan memiliki kemampuan berbahasa yang baik, kerja kewartawanan
memerlukan pula keberanian moral serta keteguhan sikap.
Bekerja sebagai wartawan memiliki gengsi tersendiri,bahkan sebagian orang
menilai profesi sebagai wartawan memiliki prestise yang tinggi. Terlepas dari
aspek kesejahteraan ,bekerja sebagai wartawan memiliki citra yang relative
lebih tinggi dibandingkan profesi lainnya.hal ini dikarenakan profesi wartawan
dianggap sebagai profesi yang didalamnya memadukan kekuatan pengetahuan dan
keterampilan.
Pers di
era seperti sekarang ini membutuhkan wartawan yang bukan hanya sekadar
‘wartawan teknolog’ atau ‘wartawan tukang’. Pers di era ini memerlukan wartawan
yang mampu mengajak masyarakat tergugah, tergerak dan terbakar semangatnya
untuk berpartisipasi dalam gerak pembangunan di segala bidang melalui pemberitaan-pemberitaannya.
Wartawan harus mampu menggugah masyarakat untuk berpartisipasi dalam
pembangunan di bidang agama, hukum, ekonomi, pertanian, industri, kelestarian
lingkungan, politik, sosial, budaya dan sebagainya.
Untuk
benar-benar mampu menjadi jurnalis dan bukan hanya sekadar ‘wartawan teknolog’,
wartawan haruslah bisa mendalami serta menghayati suatu perkembangan yang ada
di dalam kehidupan masyarakat serta melihatnya dengan ‘mata hati’ yang dalam.
Dengan kata lain, wartawan harus mampu mengkorelasikan suatu permasalahan atau
gejala sosial dengan berbagai aspek.
Dalam menjalankan tugasnya , seorang wartawan harus memiliki bekal
mentalitas yang kuat. Kejujuran, tanggung jawab, dan akurat dalam setiap
penyajian berita harus menjadi komitmen yang melekat dalam diri wartawan. Untuk
menjadi seorang wartawan diperlukan kemampuan praktik dan teoritik yang
mumpuni. Profesi wartawan membutuhkan latar belakang pribadi yang kuat, di
samping dituntut profesionalisme dalam melakukan tugas jurnalistiknya. Berpijak
dari persoalan – persoalan itulah, penulis ingin mengulas secara detail tentang
syarat wartawan profesional.
2 Wartawan
Seperti kita ketahui dalam istilah atau pengetahuan umum,
wartawan adalah orang-orang yang pekerjaannya mencari berita. Berita-berita
yang dicari dan ditulis oleh wartawan selanjutnya dikirmkan ke meja redaksi
media atau pers untuk dipublikasikan. Kegiatan mencari berita, mengolah berita,
menulis berita dan menyusun berita tersebut akhirnya menjelma atau menjadi
sebuah profesi.
Dalam Undang-Undang No. 11 Tahun 1996 Pasal 1 dan 3 juga
dengan jelas disebutkan bahwa:
"Kewartawanan ialah pekerjaan/kegiatan/usaha yang
berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan dan penyiaran dalam bentuk fakta,
pendapat, ulasan, gambar-gambar dan lain-lain sebagainya untuk perusahaan,
radio, televisi dan film"
Sedangkan dalam pengertian sempitnya, kewartawanan bisa
difahami sebagai kegiatan yang berhubungan bentuk penulisan untuk media
komunikasi massa (media of mass communication).
Profsionalisme
Ada banyak
pengertian tentang profesionalisme wartawan. Namun sebelum beranjak lebih jauh
tentang apa itu profesionalisme wartawan maka ada baiknya jika kita menelaah
terlebih dahulu apa itu profesionalitas. Profesionalitas atau profesionalisme
merupakan perkembangan dari kata profesi. Profesi ini tentu berbeda dengan
hanya sekedar pekerjaan. Sahala dalam tulisannya Wartawan, Pekerja atau
Profesi? Yang dimuat di situs Perhimpuan Jurnalis Indonesia Jawa Barat
menyebutkan ada banyak ilmuwan yang memiliki versi tersendiri tentang
karakteristik profesi.
-
Terence J. Johnson
menyebutkan bahwa profesi memiliki enam kriteria, yaitu keterampilan yang
didasarkan pada pengetahuan teoretis, penyediaan pelatihan dan pendidikan,
pengujian kemampuan anggota, organisasi, kepatuhan kepada suatu aturan main
profesional, dan jasa pelayanan yang sifatnya altruistik.
-
B. Barber
menyatakan bahwa profesi memiliki empat ciri, yakni pengetahuan umum yang
tinggi, lebih berorientasi kepada kepentingan umum daripada kepentingan diri
sendiri, adanya pengawasan ketat atas perilaku pribadi melalui kode etik yang
dihayati dalam proses sosialisasi pekerjaan, serta melalui asosiasi-asosiasi
sukarela yang diorganisasikan dan dijalankan oleh para pekerja spesialis itu
sendiri, dan sistem balas jasa (berupa uang dan kehormatan) yang merupakan
lambang prestasi kerja, sehingga menjadi tujuan, bukan alat untuk mencapai
tujuan kepentingan pribadi.
-
Brandeis berpendapat bahwa pekerjaan yang
disebut profesi adalah pekerjaan yang memiliki dukungan berupa: ciri-ciri
pengetahuan, diabdikan untuk kepentingan orang lain, keberhasilannya bukan
didasarkan pada keuntungan finansial, didukung oleh organisasi (asosiasi)
profesi yang tugasnya, antara lain, menentukan berbagai ketentuan yang
merupakan kode etik serta bertanggung jawab dalam memajukan dan menyebarkan
profesi yang bersangkutan, dan ditentukan adanya standar kualifikasi profesi.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa profesi adalah sebuah pekerjaan yang menuntut
pengetahuan yang tinggi, didedikasikan pada masyarakat umum, diwadahi dalam
sebuah organisasi profesi yang bisa mengatur kode etik profesi.
Wartawan Profesional
Ada beberapa pengertian wartawan
professional menurut beberapa ahli , diantaranya :
a. Menurut
Budiman S Hartoyo wartawan yang profesional ialah yang memahami tugasnya, yang
memiliki skill (ketrampilan), seperti melakukan reportase, wawancara, dan
menulis berita atau feature yang bagus dan akurat, dengan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
b. John Hohenberg dalam bukunya “The
Professional Journalist” mengatakan, wartawan yang baik (profesional)
adalah wartawan yang dapat bergerak
cepat, tepat dan sigap, namun tenang.
Ia cepat mengerti peristiwa
(sumber informasi), tidak hanya melihat peristiwa apa yang terjadi tetapi juga
meneliti mengapa hal itu terjadi
dan bagaimana pula kelanjutannya
nanti. Kemudian ia memiliki pandangan luas, tegas dan praktis, berpandangan
mendalam, selalu berhati-hati tapi tidak bimbang. Memiliki cara berpikir bebas tapi bertanggungjawab, selalu sistematis tapi bukan ‘teks book’.
Dan yang terpenting, ia bekerja
lebih banyak dibanding berita atau tulisan yang dibuatnya.
c. Sementara Floyd G. Arpan memberikan
lima syarat kepada wartawan untuk bisa menjadi wartawan yang baik
(profesional). Kelima syarat itu meliputi: menguasai bahasa, mengetahui jiwa
kemanusiaan, berpengetahuan luas, kematangan pikiran dan ketajaman pikiran.
Jika disimpulkan maka wartawan
profesional adalah wartawan yang memahami tugasnya, dengan kata lain wartawan
profeional adalah wartawan yang memiliki keterampilan untuk melakukan reportase
dan mengolah karya-karya jurnalistik sesuai dengan nilai yang berlaku, memiliki
independensi dari objek liputan dan kekuasaan, memiliki hati nurani serta
memegang teguh kode etik jurnalistik yang diatur oleh organisasi profesi yang
diikutinya.
Kompetensi Wartawan Profesional
Seorang
wartawan harus dapat melaksanakan tugas pemberitaan yang menjunjung tinggi
objektivitas dan profesionalisme, di samping memperhatikan tanggung jawab yang
harus diembannya. Berkaitan dengan kompetensi wartawan , Kitty Yancheff ( 2000
) menyebutkan ada 10 kompetensi yang harus dimiliki wartawan profesional,
antara lain :
1. Kompetensi penulisan
2. Kompetensi berbicara
3. Kompetensi riset dan investigasi
4. Kompetensi pengetahuan dasar
5. Kompetensi dasar web
6. Kompetensi audio visual
7. Kompetensi aplikasi computer
8. Kompetensi etika
9. Kompetensi legal
10. Kompetensi karier
Adapun secara umum kita kerap kali
mendefinisikan wartawan profesional sebagai wartawan yang memegang teguh 9
elemen jurnalisme Bill Kovach. Sembilan
elemen jurnalisme tersebut antara lain :
1. Kewajiban utama
jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran;
2. Loyalitas utama
jurnalisme adalah pada warga Negara;
3. Esensi jurnalisme
adalah disiplin verifikasi;
4. Jurnalis harus
menjaga independensi dari obyek liputannya;
5. Jurnalis harus
membuat dirinya sebagai pemantau independen dari
kekuasaan;
kekuasaan;
6. Jurnalis harus
memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi;
7. Jurnalis harus
berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan;
8. Jurnalis harus
membuat berita yang komprehensif dan proporsional;
9. Jurnalis harus
diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.
Syarat – Syarat Wartawan Profesional
Floyd
G. Arpan memberikan lima syarat kepada wartawan untuk bisa menjadi wartawan
yang baik (profesional). Kelima syarat itu meliputi: menguasai bahasa,
mengetahui jiwa kemanusiaan, berpengetahuan luas, kematangan pikiran dan
ketajaman pikiran.
1.
Pengetahuan bahasa
Pengetahuan bahasa memang merupakan syarat utama bagi setiap wartawan atau
jurnalis. Tanpa penguasaan terhadap bahasa, maka wartawan tidak akan mampu
menulis berita dengan baik. Untuk itu, wartawan harus memahami bahasa
(Indonesia), mengetahui atau mengerti tentang segala aspek bahasa serta pemakaiannya
dan kaya akan perbendaharaan kata.
2.
Mengetahui jiwa kemanusiaan,
Mengetahui jiwa kemanuasiaan terasa sebagai syarat yang
berlebihan. Sehingga muncul pertanyaan, “Apakah wartawan diharuskan juga
belajar dan membaca buku tentang Ilmu Jiwa dan memperdalam psikologi?”
Tetapi
sesungguhnya hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang berlebihan. Meskipun
dipandang ‘berat’, tapi wartawan memiliki kewajiban untuk dapat mengerti
tentang Ilmu Jiwa tersebut. Sebab, pengetahuan jiwa kemanusiaan akan sangat
penting dan sangat mendukung keberhasilan kerja wartawan.
Di
dalam tugasnya sehari-hari, wartawan senantiasa berhadapan dengan masyarakat
dari segala macam lapisan. Sejak dari lapisan masyarakat kelas atas, sampai ke
lapisan paling bawah. Sejak dari pejabat tinggi, sampai ke pengemis di jalanan.
Dengan
mengetahui bagaimana kejiwaan seseorang yang kita hadapi, maka akan mudah
dihadapi. Memahami dan mengerti Ilmu Kejiwaan akan mempermudah wartawan dalam
menyusun taktik, cara atau strategi dalam menghadapi narasumber.
3.
Berpengetahuan luas
Berpengetahuan luas juga syarat terpenting bagi setiap wartawan. Wartawan
dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas, tidak saja pada bidang atau
permasalahan kerja yang dihadapi, tetapi juga pada masalah-masalah umum
lainnya.
Salah
satu cara paling efektif bagi wartawan, rajin mengikuti perkembangan dunia dan
rajin pula membaca buku-buku pengetahuan yang bermutu. Wartawan tidak hanya
cukup lena dengan buku-buku tentang jurnalistik atau komunikasi saja, tetapi
juga harus berusaha mendalami buku-buku pengetahuan lainnya, seperti masalah
kesehatan (kedokteran), hukum, ekonomi, politik, kebudayaan, sosiologi,
psikologi, filsafat, budaya, pertanian, lingkungan hidup, teknologi, ruang
angkasa, agama dan lainnya lagi.
4.
Kematangan pikiran
Kematangan
pikiran atau kedewasaan pandangan diperlukan bagi setiap wartawan. Sehingga
wartawan tersebut tidak bekerja secara sembrono, asal-asalan dan seenaknya.
Menurut Floyd, wartawan harus punya landasan-landasan yang jernih mengenai
etika, moral dan tanggung jawab terhadap perkembangan tatanan nilai-nilai serta
budaya masyarakat di sekitarnya.
Melalui
kematangan pikiran, wartawan bersangkutan akan dapat meraih kepercayaan dari
publik pembacanya tentang seberapa jauh kualitas dari berita yang disajikan.
Suatu berita yang disajikan dari kerja sembrono, asal-asalan atau penuh
kesewenang-wenangan akan menggoyahkan kepercayaan pembaca terhadap kualitas
atau mutu berita tersebut.
5.
Ketajaman pikiran
Ketajaman
pikiran sebagai syarat kelima yang diberikan Floyd tidak bisa ditinggalkan
begitu saja oleh setiap wartawan atau jurnalis. Wartawan yang baik atau
profesional tentu saja harus tajam pikirannya, cerdas, sigap dan lincah
menghadapi berbagai permasalahan yang ada di tengah-tengah kehidupan
masyarakat.
Ketika
melakukan aktivitas kerjanya, wartawan
akan menemui berbagai permasalahan atau persoalan di masyarakat yang sangat
kompleks dan memerlukan jalan pemecahan cukup pelik.
Banyak
permasalahan begitu sukar untuk bisa diketahui atau diteliti sebagai bahan
berita yang menarik bagi pembaca. Permasalahan itu ditutupi sekian banyak
‘tabir’ dan hambatan, sehingga tidak begitu saja mudah diketahui dan diungkap
ke permukaan. Misalnya dalam melacak kasus korupsi atau manipulasi yang
melibatkan sejumlah pejabat pemerintahan atau orang ‘terkemuka’ lainnya,
wartawan akan menghadapi banyak hambatan yang bersifat birokrasi dan
terselubung.
Untuk
mengatasinya, wartawan haruslah memiliki ketajaman pikiran guna menelusuri
secara teliti dan cermat, sehingga akhirnya kasus manipulasi itu dapat
terungkap secara utuh.
Hikmat
Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat dalam bukunya “ Jurnalistik Teori dan Praktik “ menyebutkan ada empat kualitas yang
harus dimiliki oleh seorang wartawan , antara lain :
1.
Pengalaman
Wartawan
– wartawan masa kini mendasarkan pengalamannya untuk pengetahuan kerja mereka
dari pendidikan ( perguruan tinggi ) dari berbagai disiplin ilmu yang memasuki
profesi jurnalistik. Akan tetapi ada beberapa wartawan yang berasal dari
disiplin ilmu di luar jurnalistik. Mereka mendapatkan ketrampilan dari
pengalaman.
2.
Rasa ingin tahu
Ketika
seorang wartawan meliput sebuah peristiwa, akan muncul berbagai pertanyaan. Hal
ini dikarenakan wartawan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Pertanyaan –
pertanyaan yang muncul itu akan menguntungkan wartawan karena ia dapat
memperoleh banyak informasi tentang peristiwa itu daripada yang diperlukan
pembaca.
3.
Daya khayal
Daya khayal disebut juga imajinasi. Menurut
Charnley wartawan pun menggunakan daya khayalnya tetapi dengan caranya sendiri.
Wartawan mengumpulkan fakta – fakta yang tampaknya tidak saling berkaitan lalu
mempertautkannya dalam sebuah konteks
sehingga tercipta sebuah realitas. Pers tidak hanya mengungkapkan
peristiwa – peristiwa yang terjadi secara actual dan factual, tetapi juga harus
mengungkapkan hal – hal yang ada kaitannya sebelum peristiwa terjadi . Hal ini
berguna agar masyarakat dapat mengantisipasi peristiwa – peristiwa yang terjadi
sejak dini.sehingga bila peristiwa tersebut benar – benar terjadi , dampak yang
lebih membahayakan dapat dihindari orang banyak. Pemberitaan semacam ini bukan
meramalkan , melainkan meraik kesimpulan yang cerdas berdasarkan pengetahuan
dan pengamatan imajinatif.
4.
Pengetahuan
Seorang
wartawan setidaknya meguasai ilmu pengetahuan kemasayarakatan. Seorang wartawan
yang tidak menguasai pengetahuan kemasyarakatan akan sulit mepersepsikan
dinamika yang dialami masyarakat. Kedaan masyarakat Indonesia sekarang jauh
lebih kompleks daripada keadaan beberapa dekade lalu. Lebih – lebih masyarakat
Indonesia di era reformasi sekarang jauh lebih membingungkan keadaannya
dibandingkan masyarakat masih berada di era orde baru. Hal inilah yang membuat
wartawan perlu memiliki pengetahuan luas untuk mengenali peristiwa yang memilki
nilai berita.
Profil Wartawan Profesional
Ada beberapa tokoh wartawan
profesional di Indonesia. Salah satunya adalah Karni Ilyas. Karni Ilyas
bukanlah sebuah nama yang asing di bidang jurnalisme, baik cetak maupun
elektronik. Karni berangkat dari media cetak pada 1972 yakni harian Suara Karya
sebelum pada 1978 pindah ke majalah Tempo. Sebelum ditugaskan menjadi pemimpin
redaksi majalah hukum Forum pada 1992, jabatan terakhirnya di TEMPO adalah
redaktur pelaksana.
Berita-berita
yang dihasilkan Karni inilah yang membuat Karni adalah salah satu wartawan
profesional. Kegigihannya dalam menembus jaringan dan sumber berita tanpa
meningglakan etika jurnalistik patut diacungi jempol. Hal ini menunjukkan bahwa
Karni memiliki kualifikasi sebagai seorang wartawan profesional yang memiliki
pengetahuan yang tinggi, bekerja demi kepentingan umum dan mematuhi kode etik
yang berlaku.
Adapun
perusahaan pers yang bisa dianggap profesional salah satunya adalah Metro TV.
Sebagai satu-satunya saluran televisi yang berani mengkhususkan diri pada
pemberitaan, Metro TV memiliki wartawan yang memiliki profesionalitas. Stasiun
TV ini pada awalnya memiliki konsep agak berbeda dengan yang lain, sebab selain
mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya
pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini
kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya. Metro TV
adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa
Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang
tidak menayangkan program sinetron. Metro TV juga menayangkan siaran
internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat
disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini juga dikenal memiliki presenter
berita terbanyak di Indonesia.
Simpulan
1.
Wartawan
profesional adalah wartawan yang memiliki keterampilan untuk melakukan
reportase dan mengolah karya-karya jurnalistik sesuai dengan nilai yang
berlaku, memiliki independensi dari objek liputan dan kekuasaan, memiliki hati
nurani serta memegang teguh kode etik jurnalistik yang diatur oleh organisasi
profesi yang diikutinya.
2.
Ada 10 kompetensi yang harus dimiliki wartawan profesional,
antara lain : kompetensi penulisan, kompetensi berbicara, kompetensi riset dan
investigasi, kompetensi pengetahuan dasar, kompetensi dasar web, kompetensi
audio visual, kompetensi aplikasi computer, kompetensi etika, kompetensi legal,
kompetensi karier. Selain itu, seorang wartawan
professional memegang teguh 9 elemen
jurnalisme Bill Kovach, antara lain :
1. Kewajiban utama
jurnalisme adalah pada pencarian kebenaran;
2. Loyalitas utama
jurnalisme adalah pada warga Negara;
3. Esensi jurnalisme
adalah disiplin verifikasi;
4. Jurnalis harus
menjaga independensi dari obyek liputannya;
5. Jurnalis harus
membuat dirinya sebagai pemantau independen dari
kekuasaan;
kekuasaan;
6. Jurnalis harus
memberi forum bagi publik untuk saling-kritik dan menemukan kompromi;
7. Jurnalis harus
berusaha membuat hal penting menjadi menarik dan relevan;
8. Jurnalis harus
membuat berita yang komprehensif dan proporsional;
9. Jurnalis harus
diperbolehkan mendengarkan hati nurani personalnya.
3.
Floyd G. Arpan memberikan lima syarat kepada wartawan untuk bisa menjadi
wartawan yang baik (profesional). Kelima syarat itu meliputi: menguasai bahasa,
mengetahui jiwa kemanusiaan, berpengetahuan luas, kematangan pikiran dan
ketajaman pikiran. Sementara, Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat
dalam bukunya “ Jurnalistik Teori dan
Praktik “ menyebutkan ada empat kualitas yang harus dimiliki oleh seorang
wartawan , antara lain: pengalaman, rasa ingin tahu, daya khayal, dan
pengetahuan.
Saran
Saran penulis bagi pembaca yang tertarik
menggeluti bidang jurnalisme khususnya menjadi seorang wartawan, berusahalah
menjadi seorang wartawan professional, patuhilah kode etik wartawan Indonesia,
pasti kesuksesan menyertai anda.
DAFTAR PUSTAKA
Yunus,Syarifudin.2010.Jurnalistik Terapan. Jakarta : Ghalia
Indonesia.