Alkisah, disebuah kerajaan yang terkenal adil dan makmur, kerajaan itu dilindungi oleh penyihir - penyihir yang hebat dan kuat. kerajaan itu bernama kerajaan arthena. Akan tetapi banyak orang yang tidak tahu bahwa dikerajaan itu , orang orang kaya akan tinggal dikota yang bersih, nyaman , dan indah. Sedangkan orang miskin, mereka akan dikucilkan disebuah desa kumuh yang terdapat hutan angker disana.
Kerajaan Arthena dipimpin oleh raja Anastachius dan ratu leassa. Mereka memiliki seorang putri bernama Putri Chelsie. Ia adalah seorang putri yang sangat pintar dan cantik. Tak hanya cantik, ia juga mahir dalam seni beladiri. Ia juga memiliki sedikit sihir. Bisa dibilang, ia adalah sosok putri yang sempurna.
Berita kecantikan putri Chelsie sudah menyebar keseluruhan
penjuru dunia. Sehingga tak mengherankan lagi , banyak pangeran datang untuk
melamar sang putri. Tetapi, tidak ada satupun dari mereka yang berhasil
meluluhkan hati sang putri. Hal ini membuat sang raja menjadi geram.
"Putriku, kenapa kamu tidak menerima satupun lamaran dari mereka?"
"Ayah, aku
tidak ingin menikah, aku hanya ingin melihat dunia luar, aku sangat bosan
berada di istana . Aku ingin pergi keluar untuk berpetualang, ayah. Aku mohon
." ( Pinta sang putri).
"Putriku , aku akan menuruti apapun permintaanmu. Tapi, tidak untuk permintaanmu yang satu ini ."(Ucap raja meninggalkan sang putri dengan raut wajah yang kesal).
Sejak kecil, putri Chelsie dikekang orang tuanya agar tidak keluar dari istana. Setiap kali putri Chelsie bertanya tentang hal itu, mereka selalu menjawab bahwa dunia luar sangat berbahaya. Tanpa putri Chelsie ketahui, orang tuanya menyembunyikan sesuatu yang sangat besar.....
FLASHBACK
*
MASA LALU*
Dahulu kala, sang raja dan ratu sangat -
sangat menginginkan seorang anak. Tetapi, karena sebuah kutukan , sang ratu
tidak bisa mempunyai seorang anak. Dengan penuh harap, sang raja memulai
perjalananya menuju hutan angker untuk mencari bunga kehidupan , demi memiliki
seorang anak. Hutan angker itu dihuni oleh penyihir kegelapan bernama Elen.
#Sebuah kutukan
Dulu, penyihir Elen adalah penyihir yang baik hati dan suka menolong. Ia adalah penyihir yang sangat disegani dikerajaan Arthena. Namun hal itu berubah saat pemilihan ratu penyihir tiba. Sejak lama, penyihir Elen sangat mendamba - dambakan posisi itu . Namun apalah daya, bak disambar petir disiang bolong , hati Elen hancur sehancur - hancurnya saat posisi ratu dinobatkan kepada penyihir Isabel .
( Sejak kecil, Isabel dan Elen adalah sahabat yang tak terpisahkan. Saking dekatnya, kemana pun itu mereka selalu bersama . Namun hubungan itu renggang seiring berjalannya waktu. Ditambah lagi , mereka bersaing untuk menjadi seorang ratu.)
Penyihir Elen yang tidak terima dengan keputusan itu, merasa marah, kecewa dan sakit hati. Perasaan itu membuat emosinya tidak terkontrol lagi. " Tetua , apakah anda tidak salah memilih seorang ratu? Mengapa yang menjadi ratu bukan aku?? Tapi Isabel? Padahal kan aku lebih layak menjadi ratu daripada Isabel. Mengapa? MENGAPAA?"
Tetua:"
Sudahlah Elen , keputusanku sudah mutlak . Kau harus menerimanya. Disini,
akulah yang berkuasa . Aku mengetahui apapun yang terjadi disini. Aku tau ,
siapa yang layak untuk dijadikan ratu" ( ucap tetua dengan tegas)
Elen
:"ciih. Sampai kapanpun aku tidak terima jika Isabel menjadi ratu. "(
Perkataan Elen membuat tetua naik pitam )
Tetua:" AKU
LEBIH TAU DARIPADA KAU MENGENAI HAL INI. JADI JIKA KAU TIDAK TERIMA... SILAHKAN
KAU KELUAR DARISINI DAN JANGAN PERNAH KAU MENAMPAKKAN WUJUDMU DIHADAPANKU
SELAMANYA. AKU MEMBERIMU SATU KESEMPATAN . JIKA KAU MENERIMA KEPUTUSANKU, KAU
AKAN SELAMAT. Dan JIKA KAU TIDAK
MENERIMANYA, KAU AKU ANGGAP SEBAGAI PEMBERONTAK. KAU BUKAN LAGI BAGIAN DARI
KAMI."( Tetua berbicara seperti itu karena tau jika Elen sangat keras
kepala. Bukan karena tetua menyombongkan dirinya).
Isabel :"
Elen, apa yang dikatakan tetua benar adanya. Sebenarnya jika aku boleh memilih,
aku tidak ingin bersaing denganmu dan menjadi ratu. Karena menjadi ratu
bukanlah hal yang mudah."
Elen :"
Haha. Omong kosong aku sudah muak mendengarkan celotehanmu itu."
Tetua :"
Waktumu sudah habis Elen . Sekarang juga kau keluar dari sini . PERGI!!!"
Elen:"Baiklah,
kau tak perlu repot-repot mengusirku. Aku akan keluar darisini dengan sukarela.
Ahahahaha." ( Ucapnya pergi meninggalkan ruangan itu)
Setelah kejadian
itu, hari demi hari kesehatan tetua memburuk. Banyak para tabib dari kerajaan
Arthena maupun dari kerajaan tetangga berdatangan untuk menyembuhkan tetua.
Hingga pada suatu hari......
Tetua:"
Isabel , aku rasa waktuku tinggal sebentar lagi."
Isabel:"
apa yang tetua katakan, tetua pasti bisa sembuh."(Tanpa sadar, Isabel
menihkan air matanya).
Tetua:' Tidak , Isabel. Ini sudah waktunya aku mempercayakan kerajaan Arthena ini kepadamu. Lindungi kerajaan ini dengan segenap jiwa dan ragamu, nak."( Tetua memberikan sebuah batu permata yang telah disimpan dan dijaga secara turun temurun oleh nenek moyang mereka).
Tetua:"Ambil
ini , nak. Batu inilah yang nantinya akan membantumu melindungi kerajaan ini .
Batu ini juga bisa menyerap kekuatan
jahat yang menyerang pemiliknya. Jaga batu ini baik - baik. Karena jika batu
ini jatuh ketangan orang yang salah. Maka kerajaan ini akan hancur.ingat itu,
nak."(Pesan sang tetua).
Isabel:"
Baik tetua. Aku akan mengingatnya. Aku juga akan melakukan apa yang engkau perintahkan." ( Isabel mengambil
batu itu dengan hati -hati. Isabel merasakan akan kekuatan yang sangat besar
dari batu itu.)
Tetua :"
Jika Elen kembali untuk balas dendam , kau juga bisa menggunakan batu ini untuk
melawannya . Kau jangan takut, aku hanya memberikannya pelajaran kecil saja
pada elen ."
Isabel:"
Elen? Aku tidak menyangka elen akan melakukan itu . Hhuuuh .Aku harap elen bisa
sadar akan kesalahannya ."
Tetua:"
Sudah ya nak. Hanya itu yang ingin aku sampaikan . Waktuku sudah habis. I-ingat... yang ku - kukatakan
....ta-di."
Isabel:"Ti
-tidak tetua. TETUA JANGAN PERGIIIIII!!!."
Tangis Isabel
pecah saat mendapati tubuh tetua perlahan lahan menghilang. Kaki Isabel luruh
ke tanah tak kuat menopang tubuhnya. Semua penyihir yang menyaksikan itu ,
merasa terpukul karena telah kehilangan sosok tetua penyihir. Air mata mereka,
terjun bebas membasahi pipi.